Sajak-sajak Eka Mega Cynthia | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 15 Maret 2009 , Hal.V
Ia
Berkabung pada malam
Ia spasi waktu tak terkendali
Merontokkan derai hujan
Yang menghujam
-
Basuh harmoninya dalam
Sisa tangis
Jaring-jaring kusut
Berbatu
Kau, Aku Ada
Malaikat kau
Sentuh pucuk embun
Di kening mentari
Mekar kau
Di cakrawala kata
Membias luas
Aku pandang seluruh
Penjuru dengan matamu
Aku pun hinggap di pojokan
Menari-nari indah
Mendayu tak layu
Kau, aku ada
Untuk nyata
Di lingkaran makna
Eka Mega Cynthia
SMA MTA Solo.
rantaikata solopos.co.id
|
|
Terpenjara Cinta Cinta kita... Kita pun jadi cinta Cinta kita Cabik emosi di dini hari Mentari kita terluka tersakiti Cinta kita Terpenjara cinta Bergembok badai bumi Cinta kita pun mulai mati |
Ia
Berkabung pada malam
Ia spasi waktu tak terkendali
Merontokkan derai hujan
Yang menghujam
-
Basuh harmoninya dalam
Sisa tangis
Jaring-jaring kusut
Berbatu
Kau, Aku Ada
Malaikat kau
Sentuh pucuk embun
Di kening mentari
Mekar kau
Di cakrawala kata
Membias luas
Aku pandang seluruh
Penjuru dengan matamu
Aku pun hinggap di pojokan
Menari-nari indah
Mendayu tak layu
Kau, aku ada
Untuk nyata
Di lingkaran makna
Eka Mega Cynthia
SMA MTA Solo.
rantaikata solopos.co.id
Sajak-sajak Anggraini KD | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 08 Maret 2009 , Hal.VIII
Rasai sensasi tsunami
dari bus-bus yang menjerit sepanjang garis
tualang negeri para TKI
Dekap nyala api abadi
Meski hujan bikin mati suri
Tanah air, Desember 2008
Fatalis
Apa karena namaku perempuan
dirumahkan dalam koyak
diinjak-injak
Mereka sebut kau bukan perempuan
Sebab kaki melaju
Menginjakku
Aku pungut luka aniaya
Berbungkus kata berbisa kadaluarsa
Sia-sia
Catatan Perantauan
Menekur jalan melelahkan
Sesal jadi bebek amnesia
di negeri asing
Harapan surga didamba
Hanya balon terbang ke angkasa
jatuh entah di mana
Lewati jembatan ini meletihkan
Cenayang terbahak-bahak melihatku percaya ramalan
pada kejayaan tempat jauh
Polos terhipnotis gemerincing uang
ditebus dengan penyiksaan
Rumah gubuk yang dirindu
Akankah kumasuki pintu?
Tatkala luka aniaya intim menghabisi
Lugu aku ini
Terpedaya puja-puja
pahlawan devisa!
Wie, 5 Mei 2007
Anggraini KD
rantaikata solopos.co.id
|
Tentang Sebuah Kota Titik di selembar peta Sempatkah terbaca? |
Rasai sensasi tsunami
dari bus-bus yang menjerit sepanjang garis
tualang negeri para TKI
Dekap nyala api abadi
Meski hujan bikin mati suri
Tanah air, Desember 2008
Fatalis
Apa karena namaku perempuan
dirumahkan dalam koyak
diinjak-injak
Mereka sebut kau bukan perempuan
Sebab kaki melaju
Menginjakku
Aku pungut luka aniaya
Berbungkus kata berbisa kadaluarsa
Sia-sia
Catatan Perantauan
Menekur jalan melelahkan
Sesal jadi bebek amnesia
di negeri asing
Harapan surga didamba
Hanya balon terbang ke angkasa
jatuh entah di mana
Lewati jembatan ini meletihkan
Cenayang terbahak-bahak melihatku percaya ramalan
pada kejayaan tempat jauh
Polos terhipnotis gemerincing uang
ditebus dengan penyiksaan
Rumah gubuk yang dirindu
Akankah kumasuki pintu?
Tatkala luka aniaya intim menghabisi
Lugu aku ini
Terpedaya puja-puja
pahlawan devisa!
Wie, 5 Mei 2007
Anggraini KD
rantaikata solopos.co.id
Sajak-sajak Andi D Handoko | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 01 Maret 2009 , Hal.VIII
Alam mendengar
hujan berdiskusi dengan angin,
awan, tanah, petir
hingga isi langit bumi turut hadir
hanya manusia terlalu tuli
untuk mendengar diskusi hujan
banjir, tanah longsor, badai
datang tiba-tiba
menikam manusia-manusia buta tuli
Lumpur dan angin membawa catatan pahit
mengganti penggalan napas yang mulai payah
hanya kilatan duka
bersemayam dalam tubuh manusia
Februari basah rebah
mendung masih membawa puting angin
mengantar manusia berdiskusi dengan Tuhan
Solo,16’02’09
Kehidupan Kaki Bukit
Dari kaki-kaki bukit
perempuan-perempuan keriput
menggendong bakul
menuruni setapak jalan berkelok
seakan rajutan otot kaki tak kenal lelah
menuju kota yang tegar bersama hiruk pikuk
Pasar kota lusuh berjejalan
begitu tampak kumuh
perempuan-perempuan keriput
menjajakan isi bakul
hasil alam kaki-kaki bukit
dengan sahaja mereka petik
Tak peduli
pada gedung-gedung bertingkat
pada monumen bersejarah
pada kritikus hingga politikus
Mereka hanya peduli
pada bukit-bukit mereka
semakin gersang kusam
dulu biru sekarang hitam
Tak tahu menahu,
mereka hanya dengar katanya Ha Pe Ha
gampang di dapat pejabat mereka
tak pernah dapat,
hanya dapat seonggok kayu bakar
dari celah bukit
dan berladang di kaki-kaki bukit
Solo,16’02’09
Andi D Handoko
rantaikata solopos.co.id
|
Diskusi Hujan Februari basah rebah mendung masih membawa puting angin mengarak jelaga awan-awan di langit |
Alam mendengar
hujan berdiskusi dengan angin,
awan, tanah, petir
hingga isi langit bumi turut hadir
hanya manusia terlalu tuli
untuk mendengar diskusi hujan
banjir, tanah longsor, badai
datang tiba-tiba
menikam manusia-manusia buta tuli
Lumpur dan angin membawa catatan pahit
mengganti penggalan napas yang mulai payah
hanya kilatan duka
bersemayam dalam tubuh manusia
Februari basah rebah
mendung masih membawa puting angin
mengantar manusia berdiskusi dengan Tuhan
Solo,16’02’09
Kehidupan Kaki Bukit
Dari kaki-kaki bukit
perempuan-perempuan keriput
menggendong bakul
menuruni setapak jalan berkelok
seakan rajutan otot kaki tak kenal lelah
menuju kota yang tegar bersama hiruk pikuk
Pasar kota lusuh berjejalan
begitu tampak kumuh
perempuan-perempuan keriput
menjajakan isi bakul
hasil alam kaki-kaki bukit
dengan sahaja mereka petik
Tak peduli
pada gedung-gedung bertingkat
pada monumen bersejarah
pada kritikus hingga politikus
Mereka hanya peduli
pada bukit-bukit mereka
semakin gersang kusam
dulu biru sekarang hitam
Tak tahu menahu,
mereka hanya dengar katanya Ha Pe Ha
gampang di dapat pejabat mereka
tak pernah dapat,
hanya dapat seonggok kayu bakar
dari celah bukit
dan berladang di kaki-kaki bukit
Solo,16’02’09
Andi D Handoko
rantaikata solopos.co.id
Untuk Umi dan Abi | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 08 Maret 2009 , Hal.IV
Abi,
Tak kan hilang ingatanku
Saat kucium tangan harummu
Saat kurengkuh kekar tubuhmu
Setelah salat jamaah denganmu
Abi, Umi...
Akan selalu kuingat dalam pikiranku
Isi penting dari sederet nasihatmu,
Juga bentakan-bentakan halusmu
Yang menggetarkan hatiku
Sehingga aku kembali sadar
dari tingkah laku bodohku
Abi, Umi...
Surat ini kubuat dengan hati,
Dengan air mata,
Dengan senandung lirih...
Semoga Umi dan Abi
bisa membacanya,
Walau tidak dengan mata,
Namun dengan hati dan jiwa...
Umi...
Mungkin kini kau tak kuat
lagi menggendongku
Abi...
Mungkin kini kau tak sekekar dulu
Tapi,
Umi dan Abi tetap kebanggaanku...
Massinangling Galih H,
kelas XI IA, SMA Muhammadiyah 2 Solo.
rantaikata solopos.co.id
Umi, Tak kan pernah terlupa Saat kau gelayuti jilbab panjangmu Saat kutarik baju muslimmu Karena kuinginkan gendonganmu |
Abi,
Tak kan hilang ingatanku
Saat kucium tangan harummu
Saat kurengkuh kekar tubuhmu
Setelah salat jamaah denganmu
Abi, Umi...
Akan selalu kuingat dalam pikiranku
Isi penting dari sederet nasihatmu,
Juga bentakan-bentakan halusmu
Yang menggetarkan hatiku
Sehingga aku kembali sadar
dari tingkah laku bodohku
Abi, Umi...
Surat ini kubuat dengan hati,
Dengan air mata,
Dengan senandung lirih...
Semoga Umi dan Abi
bisa membacanya,
Walau tidak dengan mata,
Namun dengan hati dan jiwa...
Umi...
Mungkin kini kau tak kuat
lagi menggendongku
Abi...
Mungkin kini kau tak sekekar dulu
Tapi,
Umi dan Abi tetap kebanggaanku...
Massinangling Galih H,
kelas XI IA, SMA Muhammadiyah 2 Solo.
rantaikata solopos.co.id
Sajak-sajak Nanik Supraptiningsih | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 22 Februari 2009 , Hal.VIII
Lengang..sunyi...sepi...
Hidup tak berbentuk!
Bagai hidup di awang-awang
Ah, tapi inilah kenyataan yang musti ku jalani
Karena kau telah berkehendak begini
Jalan curam di tepi jurang ku tempuh
Ku lakukan sebelum kau terbakar hangus
Dalam kedukaan dan kepedihan
Yang kau buat sendiri
Oleh praduga yang merajai alam hidupmu Kurela lakukan ku tak tega...
Kini aku termangu
Di sudut hati yang teriris
Sakit...pedih...pilu...
Semoga ku kan bisa menapak menuju hari esok Dengan separuh nyawa yang masih tertinggal Beku...
Ramadan 1, 01-09-08
Asa Terakhir
Ini wajah bersimbah darah, nanah
dengan sedikit nyali..yang tersisa
aku tengadahkan kepada langit
senja ini
Langit tiba-tiba jingga
memantulkan sejuta luka
yang membaur dengan sejuta dosa
Tuhan...
masihkah Engkau mau merengkuhku?
wajah dengan sejuta luka sejuta dosa
bergelimang dengan darah, nanah dan airmata
berikanlah setetes air...Tuhan
kalau masih pantas ku memohon
untuk membasuhnya
sedikit saja...setitik saja
setetes dari asa yang tersisa
semoga...!
sebelum bilur-bilur wajah ini
tenggelam ditelan masa
Solo, 190308
*) Nanik Supraptiningsih SPd
Guru SD Negeri Tegalsari, Karanggede, Boyolali.
rantaikata solopos.net
|
Sepi di Ujung Luka Usai sudah..semua tinggal kenangan Tak ada lagi ratapan tangis Tak ada lagi caci maki sumpah serapah Tak ada lagi rasa iri, tak ada lagi hati yang teriris pilu Pun tak ada lagi canda bahagia Di kala hati lega |
Lengang..sunyi...sepi...
Hidup tak berbentuk!
Bagai hidup di awang-awang
Ah, tapi inilah kenyataan yang musti ku jalani
Karena kau telah berkehendak begini
Jalan curam di tepi jurang ku tempuh
Ku lakukan sebelum kau terbakar hangus
Dalam kedukaan dan kepedihan
Yang kau buat sendiri
Oleh praduga yang merajai alam hidupmu Kurela lakukan ku tak tega...
Kini aku termangu
Di sudut hati yang teriris
Sakit...pedih...pilu...
Semoga ku kan bisa menapak menuju hari esok Dengan separuh nyawa yang masih tertinggal Beku...
Ramadan 1, 01-09-08
Asa Terakhir
Ini wajah bersimbah darah, nanah
dengan sedikit nyali..yang tersisa
aku tengadahkan kepada langit
senja ini
Langit tiba-tiba jingga
memantulkan sejuta luka
yang membaur dengan sejuta dosa
Tuhan...
masihkah Engkau mau merengkuhku?
wajah dengan sejuta luka sejuta dosa
bergelimang dengan darah, nanah dan airmata
berikanlah setetes air...Tuhan
kalau masih pantas ku memohon
untuk membasuhnya
sedikit saja...setitik saja
setetes dari asa yang tersisa
semoga...!
sebelum bilur-bilur wajah ini
tenggelam ditelan masa
Solo, 190308
*) Nanik Supraptiningsih SPd
Guru SD Negeri Tegalsari, Karanggede, Boyolali.
rantaikata solopos.net
Terluka Cinta | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 22 Februari 2009 , Hal.IV
Luka hati yang perih
Penuh memar kekecewaan
Kisah cinta kita dulu
Tercatat indah penuh arti
Tersimpan dalam kenangan
Dalam hati yang terluka
Ainita Syafi’ah
SMK Negeri 9 Solo, Jl Tarumanegara, Banyuanyar, Solo.
rantaikata solopos.net
Suara musik mengalun indah Mengiringi kesepianku Hati ini tak bisa menipu diri Merasakan batin antara kita |
Luka hati yang perih
Penuh memar kekecewaan
Kisah cinta kita dulu
Tercatat indah penuh arti
Tersimpan dalam kenangan
Dalam hati yang terluka
Ainita Syafi’ah
SMK Negeri 9 Solo, Jl Tarumanegara, Banyuanyar, Solo.
rantaikata solopos.net
Cinta | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 22 Februari 2009 , Hal.IV
Aku lebih dari sekadar kata
Kata yang terucap penuh makna
Merasuk dalam setiap hela nafas di jiwa
Aku sesuatu yang istimewa
Sanggup buatmu tertawa dalam duka
Dan menangis dalam suka
Aku bukanlah bayang semu
Yang hanya datang dan pergi
Untuk mengisi hatimu
Aku hanyalah sesuatu yang sederhana
Mampu memberimu berbagai rasa
Sedih, senang, maupun kecewa
Aku adalah...
Cinta...
Shinta Maulana Dewi
SMP Negeri 1 Wonogiri, Jl Kepodang V, Wonogiri.
rantaikata solopos.net
Aku hanya sebuah kata Yang mampu buatmu terbang melayang Juga menangisi setiap detik yang kau jalani |
Kata yang terucap penuh makna
Merasuk dalam setiap hela nafas di jiwa
Aku sesuatu yang istimewa
Sanggup buatmu tertawa dalam duka
Dan menangis dalam suka
Aku bukanlah bayang semu
Yang hanya datang dan pergi
Untuk mengisi hatimu
Aku hanyalah sesuatu yang sederhana
Mampu memberimu berbagai rasa
Sedih, senang, maupun kecewa
Aku adalah...
Cinta...
Shinta Maulana Dewi
SMP Negeri 1 Wonogiri, Jl Kepodang V, Wonogiri.
rantaikata solopos.net
Sudut Waktu | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 15 Februari 2009 , Hal.IV
Namun tak ubahnya kan terus sendiri
Merajut harapan di akhir malam
Terukir indah dalam benak yang kelam
Wahai barang mahal di pasar
Tidakkah kau goreskan dalam lembaran ini
Setelah sekian menanti
Tercampakkan oleh puing kesia-siaan
Sedang aku
Bukan hak ku memintamu kembali
Akankah semua berlalu hampa
Isak terbata penuh tanya
Tidak
Bagi siapa yang tak ingin kalah
Tapi siapa yang salah
Aku
Aku yang lelah akan kebodohan dan kelalaian
Mengharap senang dalam berjuang
Mampukah hati mengingkari
Meski masih lentera
Ku bersimpuh doa
Di sudut waktu yang kan selalu ada
Dan kini hingga nantinya
Kan kutemukan sebuah sandaran hati
Di mana asaku tunduk
Menunggu dan termangu
Kasanah
Sumber Nayu RT 03/RW 12, Solo.
rantaikata : solopos.net
Kala senja menyapa Membalut kehangatan dalam keremangan Seakan katakana usai Ingin rasanya menjerit |
Namun tak ubahnya kan terus sendiri
Merajut harapan di akhir malam
Terukir indah dalam benak yang kelam
Wahai barang mahal di pasar
Tidakkah kau goreskan dalam lembaran ini
Setelah sekian menanti
Tercampakkan oleh puing kesia-siaan
Sedang aku
Bukan hak ku memintamu kembali
Akankah semua berlalu hampa
Isak terbata penuh tanya
Tidak
Bagi siapa yang tak ingin kalah
Tapi siapa yang salah
Aku
Aku yang lelah akan kebodohan dan kelalaian
Mengharap senang dalam berjuang
Mampukah hati mengingkari
Meski masih lentera
Ku bersimpuh doa
Di sudut waktu yang kan selalu ada
Dan kini hingga nantinya
Kan kutemukan sebuah sandaran hati
Di mana asaku tunduk
Menunggu dan termangu
Kasanah
Sumber Nayu RT 03/RW 12, Solo.
rantaikata : solopos.net
Dewi Cinta | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 15 Februari 2009 , Hal.IV
Untuk menemukan separuh hati lainnya
Dengan sepercik kasih dan segenggam cinta
Matanya bagai mata elang
Yang menatap tajam
Jauh...
Menusuk ke dalam relung sukma
Hembusan nafasnya,
Bagai sang Bayu
Yang memporak-porandakan laut selatan
Sang Dewi membawa setetes senyum
Dan sejumput cinta
Yang menyejukkan pelataran jiwa
Itulah arti datangnya cinta
Bagi yang menyambutnya dengan ketulusan
Dan mendapatkan kebahagiaan sejati
Dari cinta...
Putri Setyaningsih
XI MM2, SMK Negeri 6 Solo, Jl LU Adisucipto No 38, Solo.
rantaikata : solopos.net
Seindah senja berselimut cahaya jingga Menurunkan sang Dewi dari langit Membawa sepenggal hati |
Untuk menemukan separuh hati lainnya
Dengan sepercik kasih dan segenggam cinta
Matanya bagai mata elang
Yang menatap tajam
Jauh...
Menusuk ke dalam relung sukma
Hembusan nafasnya,
Bagai sang Bayu
Yang memporak-porandakan laut selatan
Sang Dewi membawa setetes senyum
Dan sejumput cinta
Yang menyejukkan pelataran jiwa
Itulah arti datangnya cinta
Bagi yang menyambutnya dengan ketulusan
Dan mendapatkan kebahagiaan sejati
Dari cinta...
Putri Setyaningsih
XI MM2, SMK Negeri 6 Solo, Jl LU Adisucipto No 38, Solo.
rantaikata : solopos.net
Sajak-sajak Achmadi Joko Siswanto | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 08 Februari 2009 , Hal.VIII
Senyum yang tertelan
Sudahlah,
Tak perlu kau gambarkan resahmu
pada mata dan telingaku
Ku tahu, lembar lembar rupiah itu tak ada lagi
Genggam tanganmu hanya berisikan udara-udara
Entah...apalagi yang akan kau pegang erat kini
Kertas kertas bergambar Pattimura itu kini telah
Melewati kerongkonganmu
Menjadi beberapa butir putih yang mungkin
Hanya sekejap mengganjal perutmu
Dan kini, dahagamu hanya terobati
oleh ludah yang kau telan
Karena itu...
Angin angin yang bertiup
sering membicarakanmu
Syair Orang Gila
Peluh yang menetes tak juga hentikan langkahmu
Menyusuri jejak jejak kehidupan
Meski kau juga tak pernah tahu akan tujuan
Tak ada yang terlintas dalam pikirmu
Suara-suara sumbang itu kemudian terdengar
Di antara rumput tepi jalanan yang meranggas
Menantang matahari yang kejam memanas
Dan kau pun tersenyum, tertawa,
kadang juga beringas
Ah...Damang muda yang gila
Kutahu namamu dari anak-anak itu
mereka berlarian dengan teriakan-teriakan kecil
menertawakan derap tapak kakimu
”orang gila...orang gila...Damang gila...week”
”bukan! Aku bukan orang gila!” katamu lancang dengan mengacungkan kepalan tangan
Dan kemudian...
Kau tersenyum hingga debu jalanan itu
Merasuk dan bersembunyi di sela-sela gigimu
Achmadi Joko Siswanto
Mahasiswa Sastra Indonesia FSSR UNS.
rantaikata : solopos.net
|
Tuhan, Tolong Dengar Keluh Perutnya :untuk Siti yang sering menahan lapar Sit... Matahari di matamu itu kini tampak redup Terhalang pandang mendung hitam yang tak begitu pekat Sayu tatapmu meruang melukis wajahmu Isyaratkan sesuatu akan hidupmu Sungguh, ku begitu tahu apa yang meraja di pikirmu Dan hanya itu yang selalu, yang selalu Memenjarakan ingar canda dan senyum anehmu |
Sudahlah,
Tak perlu kau gambarkan resahmu
pada mata dan telingaku
Ku tahu, lembar lembar rupiah itu tak ada lagi
Genggam tanganmu hanya berisikan udara-udara
Entah...apalagi yang akan kau pegang erat kini
Kertas kertas bergambar Pattimura itu kini telah
Melewati kerongkonganmu
Menjadi beberapa butir putih yang mungkin
Hanya sekejap mengganjal perutmu
Dan kini, dahagamu hanya terobati
oleh ludah yang kau telan
Karena itu...
Angin angin yang bertiup
sering membicarakanmu
Syair Orang Gila
Peluh yang menetes tak juga hentikan langkahmu
Menyusuri jejak jejak kehidupan
Meski kau juga tak pernah tahu akan tujuan
Tak ada yang terlintas dalam pikirmu
Suara-suara sumbang itu kemudian terdengar
Di antara rumput tepi jalanan yang meranggas
Menantang matahari yang kejam memanas
Dan kau pun tersenyum, tertawa,
kadang juga beringas
Ah...Damang muda yang gila
Kutahu namamu dari anak-anak itu
mereka berlarian dengan teriakan-teriakan kecil
menertawakan derap tapak kakimu
”orang gila...orang gila...Damang gila...week”
”bukan! Aku bukan orang gila!” katamu lancang dengan mengacungkan kepalan tangan
Dan kemudian...
Kau tersenyum hingga debu jalanan itu
Merasuk dan bersembunyi di sela-sela gigimu
Achmadi Joko Siswanto
Mahasiswa Sastra Indonesia FSSR UNS.
rantaikata : solopos.net
Tired...! | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 08 Februari 2009 , Hal.IV
Apa dan bagaimana
Aku...
sebagai tanda pemberontakan,
tanda hadirnya ada,
tanda dewasa, beda...!
Keegoisan - kemanjaan
Keprasahan - keprinsipelan
Keacuhan - keangkuhan
Kepolosan - keluguan
Kehadiran... dan kehilangan...
“AKU”...
Sebuah misteri
yang selalu menari
terpahat dalam diri
dan tidak bisa untuk lari...
Nur Aida
Kelas XII A1 SMAN Kebakkramat,
Jl Nangsri, Kebakkramat, Karanganyar.
rantaikata : solopos.net
|
“Aku, aku, aku, aku” hanya kata itu yang aku punya berani torehkan, tunjukkan sosok ini sepenuhnya tak sudi dilihat dan siapa “Cukup aku saja!” |
Aku...
sebagai tanda pemberontakan,
tanda hadirnya ada,
tanda dewasa, beda...!
Keegoisan - kemanjaan
Keprasahan - keprinsipelan
Keacuhan - keangkuhan
Kepolosan - keluguan
Kehadiran... dan kehilangan...
“AKU”...
Sebuah misteri
yang selalu menari
terpahat dalam diri
dan tidak bisa untuk lari...
Nur Aida
Kelas XII A1 SMAN Kebakkramat,
Jl Nangsri, Kebakkramat, Karanganyar.
rantaikata : solopos.net
Sahabat Terbaik Bagimu | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 08 Februari 2009 , Hal.IV
Meski begitu, teman...
Perlu engkau tahu...
Sahabat tak selalu ada di dekatmu, ketika kau butuhkan
Sahabat tak selalu bisa jadi sandaran, ketika hatimu layu
Sahabat tak selalu bisa terjadiakn wadah suka duka hatimu
Sahabat tak selalu berpihak, karna sahabat tahu yang terbaik bagimu
Sahabat ialah musuh besar kala kita belum saling mengerti
Andai sahabat takkan pernah khianati
Ia kan jadi yang terindah dalam hidup ini
Ia lah obat gores luka di hati
Ia lah manis dalam pahit hati
Ia lah lentera tatkala hati ini redup
Takkan pernah padam
Sampai kapan pun...
Karna itu, teman...
Jikalau kau tetap percaya
Ku pun kan buktikan
Bahwa aku bisa
Pantas...
Tuk menjadi sahabat
Yang Senantiasa
Berikan yang terbaik bagimu. . .
Nurvita Yulianti
SMA Negeri 3 Solo
rantaikata : solopos.net
|
Teman. . . Kau anggap ku berbeda Kau anggap ku istimewa Kau anggap ku malaikat Kau jadikanku sahabat |
Perlu engkau tahu...
Sahabat tak selalu ada di dekatmu, ketika kau butuhkan
Sahabat tak selalu bisa jadi sandaran, ketika hatimu layu
Sahabat tak selalu bisa terjadiakn wadah suka duka hatimu
Sahabat tak selalu berpihak, karna sahabat tahu yang terbaik bagimu
Sahabat ialah musuh besar kala kita belum saling mengerti
Andai sahabat takkan pernah khianati
Ia kan jadi yang terindah dalam hidup ini
Ia lah obat gores luka di hati
Ia lah manis dalam pahit hati
Ia lah lentera tatkala hati ini redup
Takkan pernah padam
Sampai kapan pun...
Karna itu, teman...
Jikalau kau tetap percaya
Ku pun kan buktikan
Bahwa aku bisa
Pantas...
Tuk menjadi sahabat
Yang Senantiasa
Berikan yang terbaik bagimu. . .
Nurvita Yulianti
SMA Negeri 3 Solo
rantaikata : solopos.net
Sajak-sajak Katimin Atmo Wiyono | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 01 Februari 2009 , Hal.VIII
Panorama Gambar Caleg
Panorama gambar Caleg
Di musim kampanye
Di pohon-pohon berkecambah varietas baru
Gambar-gambar caleg bermekaran
Mewarnai kota
dengan panorama menggemaskan
Biji-biji janji juga disemai
Beriring dengan wajah-wajah sumringah
Yang bercahaya menyaingi sang surya
Semua gambar seakan bicara
”Aku bersih dan layak dipilih!”
Lalu hujan berderai
mengguyur bendera partai
Mengelupaskan, mengoyak, melunturkan
Gambar-gambar caleg yang penuh wibawa
Hingga tak dapat dikenali lagi wajahnya
Tinggal potongan janji yang sulit dimengerti
Semoga ini bukan isyarat khianat
Kepada rakyat saat menjabat
Surakarta, 2009
Karnaval Kota
Aku, kau dan kota ini
Mungkin dilahirkan tidak saling kenal
Tapi di jalanan yang penuh sesak
Di antara orang yang berdesakan
Kita ditakdirkan berjumpa lewat karnaval
Maka mari kita lupakan sejenak
Tiap sengketa dan beban dunia
Tiap perbedaan dan permusuhan
Mari kita nikmati eloknya budaya
Yang beriring dan berarak
Membelah jantung kota
Warnaku dan warnamu jadi satu
Bersenyawa jadi warna kota
Tak perlu kita risaukan peradaban
Yang kian ke depan kian edan
Cukup kita nguri-uri
Kearifan yang diwariskan pendiri negeri
Dengan satu bahasa yang sering terlupakan
: keindahan
Surakarta, 2008
Katimin Atmo Wiyono
Lahir di Pacitan tanggal 18 Agustus 1952. Selain menulis puisi juga menulis cerita, kebanyakan berlatar budaya Jawa. Beberapa karyanya dipublikasikan di media massa.
rantaikata : solopos.net
Panorama Gambar Caleg
Panorama gambar Caleg
Di musim kampanye
Di pohon-pohon berkecambah varietas baru
Gambar-gambar caleg bermekaran
Mewarnai kota
dengan panorama menggemaskan
Biji-biji janji juga disemai
Beriring dengan wajah-wajah sumringah
Yang bercahaya menyaingi sang surya
Semua gambar seakan bicara
”Aku bersih dan layak dipilih!”
Lalu hujan berderai
mengguyur bendera partai
Mengelupaskan, mengoyak, melunturkan
Gambar-gambar caleg yang penuh wibawa
Hingga tak dapat dikenali lagi wajahnya
Tinggal potongan janji yang sulit dimengerti
Semoga ini bukan isyarat khianat
Kepada rakyat saat menjabat
Surakarta, 2009
Karnaval Kota
Aku, kau dan kota ini
Mungkin dilahirkan tidak saling kenal
Tapi di jalanan yang penuh sesak
Di antara orang yang berdesakan
Kita ditakdirkan berjumpa lewat karnaval
Maka mari kita lupakan sejenak
Tiap sengketa dan beban dunia
Tiap perbedaan dan permusuhan
Mari kita nikmati eloknya budaya
Yang beriring dan berarak
Membelah jantung kota
Warnaku dan warnamu jadi satu
Bersenyawa jadi warna kota
Tak perlu kita risaukan peradaban
Yang kian ke depan kian edan
Cukup kita nguri-uri
Kearifan yang diwariskan pendiri negeri
Dengan satu bahasa yang sering terlupakan
: keindahan
Surakarta, 2008
Katimin Atmo Wiyono
Lahir di Pacitan tanggal 18 Agustus 1952. Selain menulis puisi juga menulis cerita, kebanyakan berlatar budaya Jawa. Beberapa karyanya dipublikasikan di media massa.
rantaikata : solopos.net
Perjuangan Hidup | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 01 Februari 2009 , Hal.IV
Mengasah tajam mata sabit
Untuk senjata agar bisa bangkit
Kucari dia dibalik tumpukan jerami
Terhempas pada teriknya mentari
Selama ini dia tak kujumpai lagi
Entah ke mana dia pergi, aku tak kan peduli
Tumbuhan hijau selalu melambai
Seolah memanggilku tuk menggapai
Dunia ini seolah panggung sandiwara
Peran demi peran dilakukannya
Walau perjuangan hidup sudah mulai surut
Namun ternyata hidup ini
tak sekadar urusan perut
Nina Fajrika Puspita,
Kelas IX C, SMP Negeri 1 Sragen, Jl Sukowati No 162, Sragen 57212.
rantaikata : solopos.net
Perjuangan hidup Pagi baru saja berlalu Asa baru sudah mulai menunggu Memacu tuk segera bertemu Walau kalbu masih terpaku |
Untuk senjata agar bisa bangkit
Kucari dia dibalik tumpukan jerami
Terhempas pada teriknya mentari
Selama ini dia tak kujumpai lagi
Entah ke mana dia pergi, aku tak kan peduli
Tumbuhan hijau selalu melambai
Seolah memanggilku tuk menggapai
Dunia ini seolah panggung sandiwara
Peran demi peran dilakukannya
Walau perjuangan hidup sudah mulai surut
Namun ternyata hidup ini
tak sekadar urusan perut
Nina Fajrika Puspita,
Kelas IX C, SMP Negeri 1 Sragen, Jl Sukowati No 162, Sragen 57212.
rantaikata : solopos.net
Getaran Cinta | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 01 Februari 2009 , Hal.IV
Kasih...
Tak dapat ku tunjukkan bias cintaku untukmu
Goresan tinta pelangi
Tak dapat lukiskan gejolak cintaku padamu
Kata cinta pun tak dapat
wakili perasaanku untukmu
Suatu rasa yang lebih dari cinta
Suatu hasrat yang tak ingin kau lepas
Sayang...
Inginku tuk selalu genggam bintangmu
Dan kan ku benamkan di relung hatiku
Agar ku selalu dapat rasakan getar cintamu
Retno Murtiasih,
Jetis, Karakan, Weru, Sukoharjo.
rantaikata : solopos.net
|
Harum sang mawar Tak seharum aroma cintamu Kerlip manja sang bintang Tak dapat kalahkan sinar matamu Hangat sinar mentari esok Tak sehangat belaian kasihmu |
Kasih...
Tak dapat ku tunjukkan bias cintaku untukmu
Goresan tinta pelangi
Tak dapat lukiskan gejolak cintaku padamu
Kata cinta pun tak dapat
wakili perasaanku untukmu
Suatu rasa yang lebih dari cinta
Suatu hasrat yang tak ingin kau lepas
Sayang...
Inginku tuk selalu genggam bintangmu
Dan kan ku benamkan di relung hatiku
Agar ku selalu dapat rasakan getar cintamu
Retno Murtiasih,
Jetis, Karakan, Weru, Sukoharjo.
rantaikata : solopos.net
Tak Peduli | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 25 Januari 2009 , Hal.IV
Gemericik air seakan bernyanyi
Kadang keras menyeringai
Kadang lirih menempuh sepi
Terus mengalir... dan mengalir
Menembus semua butir, semua bulir
Datang seorang bercaping putih... tertatih
Baju bersih-basah kotor terciprat air berbuih,
Sopir taksi sungguh tak peduli
Terus melaju tak mau berhenti, tak peduli
Sudah berapa kali dicaci dan dimaki
Tak peduli... semua dijalani...!
Tak peduli... gimana nanti...!
Yang penting hari ini...
Sudah ada pembeli nasi...
Untuk anak istri
Ya... hanya untuk hari ini
Esok pagi... entah...
Aku tak mengerti dan tak peduli
Nissya Arienda
SMP Negeri 9 Solo, Jl Sekar Jagad 1 Laweyan, Solo.
rantaikata : solopos.net
Langit mendung melatari hari Kilat menyambar menyelingi Guntur menggelegar memecah sunyi, ngeri...! |
Kadang keras menyeringai
Kadang lirih menempuh sepi
Terus mengalir... dan mengalir
Menembus semua butir, semua bulir
Datang seorang bercaping putih... tertatih
Baju bersih-basah kotor terciprat air berbuih,
Sopir taksi sungguh tak peduli
Terus melaju tak mau berhenti, tak peduli
Sudah berapa kali dicaci dan dimaki
Tak peduli... semua dijalani...!
Tak peduli... gimana nanti...!
Yang penting hari ini...
Sudah ada pembeli nasi...
Untuk anak istri
Ya... hanya untuk hari ini
Esok pagi... entah...
Aku tak mengerti dan tak peduli
Nissya Arienda
SMP Negeri 9 Solo, Jl Sekar Jagad 1 Laweyan, Solo.
rantaikata : solopos.net
Ibu | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 25 Januari 2009 , Hal.IV
Ibu...
Saat aku terlahir di dunia
Engkau merawat dengan kasih sayangmu
Engkau tumbuhkan cinta kasihmu dalam diriku
Engkau berikan yang terbaik untukku
Ibu...
Pelita hatiku
Belahan jiwaku
Tempat berbagi suka dan duka
Engkaulah permata dalam kalbuku
Ibu...
Kini aku tlah dewasa
Engkau bantu aku menemukan
jalan hidupku
Terima kasih Ibu
Surga berada di telapak kakimu
Cinta kasihku padamu, Ibu
Sri Jayanti
SMA Batik 1 Solo.
rantaikata : solopos.net
Ibu... Sembilan bulan aku bersamamu Engkau bawa kemana pun kau pergi Suka duka aku turut bersamamu Betapa besar kasih sayangmu, Ibu |
Ibu...
Saat aku terlahir di dunia
Engkau merawat dengan kasih sayangmu
Engkau tumbuhkan cinta kasihmu dalam diriku
Engkau berikan yang terbaik untukku
Ibu...
Pelita hatiku
Belahan jiwaku
Tempat berbagi suka dan duka
Engkaulah permata dalam kalbuku
Ibu...
Kini aku tlah dewasa
Engkau bantu aku menemukan
jalan hidupku
Terima kasih Ibu
Surga berada di telapak kakimu
Cinta kasihku padamu, Ibu
Sri Jayanti
SMA Batik 1 Solo.
rantaikata : solopos.net
sajaksajak agus budi wahyudi | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 18 Januari 2009 , Hal.VIII
Ibu, Ibu, Ibu senyum teruntai lembutmu
Damaikan hati, tentram sucikan jiwaku
Aroma wangi indah tubuhmu
menggelorakan semangatku
Memilin masa,
memungut getar kehidupan yang bertalu
Ibu, Ibu, Ibu jari-jemari lentikmu
Ajari aku mengupas tuntas
hiruk pikuk dan gemerlap waktu
Ajari aku memegang kendali
dan tali kesucian perilaku
Menegak berdirikan kebajikan,
membawa keimananku
Kukabari jejak-getar waktu kecilku
Kukabari jejak-getar kalbuku
Ibu, Ibu, Ibu mutiara di pangkuan jaman!
Kelembutan
Yang kukenal, ibu yang berkata lembut
Yang kukenal, ibu yang bergerak lembut
Yang kukenal, ibu yang berhati lembut
Yang kukenal, ibu yang berkulit lembut
Hari-indah penuh kelembutan
Ibu, Ibu, Ibu
Yang kukenal kelembutanmu
Ibu, kau tawarkan kecantikan
Ke jagad raya ini
Itu aku benci
Ibu, kau eksploitasikan tubuhmu
Ke luar negeri
Itu aku benci
Yang kukenal, ibu penjaga jiwa jaman
Yang kukenal, ibu sebagai teman
Yang kukenal, ibu sebagai mutiara
di pangkuan jaman
Yang kukenal, ibu sebagai penyusun keindahan
Ibu tak perlu jadikan diri
sebagai ratu kecantikan!
Kelembutan gerakmu di rumah
menjelma sorga bagi ayah
Agus Budi Wahyudi
rantaikata : solopos.net
|
Mutiara di Pangkuan Kukabari jejak-gerak waktu kecilku Ibu, ibu, ibu hanya seorang ibu Ibuku pengelola jiwaku Yang setia melintang-bentangkan kasih sayangnya kepadaku Kau timang badanku Kau tidurkan diriku di dada ranum wangi bumi selalu |
Ibu, Ibu, Ibu senyum teruntai lembutmu
Damaikan hati, tentram sucikan jiwaku
Aroma wangi indah tubuhmu
menggelorakan semangatku
Memilin masa,
memungut getar kehidupan yang bertalu
Ibu, Ibu, Ibu jari-jemari lentikmu
Ajari aku mengupas tuntas
hiruk pikuk dan gemerlap waktu
Ajari aku memegang kendali
dan tali kesucian perilaku
Menegak berdirikan kebajikan,
membawa keimananku
Kukabari jejak-getar waktu kecilku
Kukabari jejak-getar kalbuku
Ibu, Ibu, Ibu mutiara di pangkuan jaman!
Kelembutan
Yang kukenal, ibu yang berkata lembut
Yang kukenal, ibu yang bergerak lembut
Yang kukenal, ibu yang berhati lembut
Yang kukenal, ibu yang berkulit lembut
Hari-indah penuh kelembutan
Ibu, Ibu, Ibu
Yang kukenal kelembutanmu
Ibu, kau tawarkan kecantikan
Ke jagad raya ini
Itu aku benci
Ibu, kau eksploitasikan tubuhmu
Ke luar negeri
Itu aku benci
Yang kukenal, ibu penjaga jiwa jaman
Yang kukenal, ibu sebagai teman
Yang kukenal, ibu sebagai mutiara
di pangkuan jaman
Yang kukenal, ibu sebagai penyusun keindahan
Ibu tak perlu jadikan diri
sebagai ratu kecantikan!
Kelembutan gerakmu di rumah
menjelma sorga bagi ayah
Agus Budi Wahyudi
rantaikata : solopos.net
permintaan | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 18 Januari 2009 , Hal.IV
Terik matahari begitu bersinar
Andai semua cinta tak pernah pudar
Mungkin kujalani sakit ini dengan ketulusan
Sampai napasku akan terhentikan
Waktu kupejamkan mata dalam kematian
Kumohon satu permintaan
Hiasilah bintang dan sang rembulan
Tuk bawa ku terbang ke dalam awan
Riski Kusuma Wardani,
SMK Batik 2 Solo.
rantaikata : solopos.net
Kudengarkan satu petikan gitar Entah kenapa jantungku berdebar Walau hujan turun tak kubayangkan Tapi cintaku selalu aku simpan |
Andai semua cinta tak pernah pudar
Mungkin kujalani sakit ini dengan ketulusan
Sampai napasku akan terhentikan
Waktu kupejamkan mata dalam kematian
Kumohon satu permintaan
Hiasilah bintang dan sang rembulan
Tuk bawa ku terbang ke dalam awan
Riski Kusuma Wardani,
SMK Batik 2 Solo.
rantaikata : solopos.net
hai israel | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 18 Januari 2009 , Hal.IV
Tiadalah tau kau Israel?!
Senjatamu tiadalah arti tuk koral
Tank-tank bajamu yang gagah
Hanyalah mainan anak penuh gairah
Hai Israel yang kaya!!
Rugilah kiranya kau bersusah
Tak perlu saudaraku kau musnah
Sedang kau semakin melemah
Tiap tetesan darah adakah tanda
Tiap tetes air mata itu mutiara surga
Tiap langkah mereka itu kepastian
Dan cahaya kian terpancar dari tubuhnya
Berjuta tameng kau rancangi
Walau takkan bisa terus menahan
Gebuan semangat mujahidin
Demi bahagia surga keabadian
Fitria Apriliani,
SMA Al-Islam 1 Solo, Jl Honggowongso 94 Solo 57149.
rantaikata : solopos.net
|
Deru mesiu juga genderang serdadu Terus menggetar hati juga kalbu Menikam, mencekik dan menggebu Menghardik jiwa penuh debu |
Tiadalah tau kau Israel?!
Senjatamu tiadalah arti tuk koral
Tank-tank bajamu yang gagah
Hanyalah mainan anak penuh gairah
Hai Israel yang kaya!!
Rugilah kiranya kau bersusah
Tak perlu saudaraku kau musnah
Sedang kau semakin melemah
Tiap tetesan darah adakah tanda
Tiap tetes air mata itu mutiara surga
Tiap langkah mereka itu kepastian
Dan cahaya kian terpancar dari tubuhnya
Berjuta tameng kau rancangi
Walau takkan bisa terus menahan
Gebuan semangat mujahidin
Demi bahagia surga keabadian
Fitria Apriliani,
SMA Al-Islam 1 Solo, Jl Honggowongso 94 Solo 57149.
rantaikata : solopos.net
No comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar Anda. No Spam No Ads. Thanks.