Friday, September 14, 2012

Puisi-puisi Solopos (bagian 9)

Mar 15, '09 3:25 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 15 Maret 2009 , Hal.V



Terpenjara Cinta

Cinta kita...
Kita pun jadi cinta
Cinta kita
Cabik emosi di dini hari
Mentari kita terluka tersakiti
Cinta kita
Terpenjara cinta
Bergembok badai bumi
Cinta kita pun mulai mati


Ia

Berkabung pada malam
Ia spasi waktu tak terkendali
Merontokkan derai hujan
Yang menghujam
-
Basuh harmoninya dalam
Sisa tangis
Jaring-jaring kusut
Berbatu

Kau, Aku Ada

Malaikat kau
Sentuh pucuk embun
Di kening mentari
Mekar kau
Di cakrawala kata
Membias luas

Aku pandang seluruh
Penjuru dengan matamu
Aku pun hinggap di pojokan
Menari-nari indah
Mendayu tak layu

Kau, aku ada
Untuk nyata
Di lingkaran makna

Eka Mega Cynthia
SMA MTA Solo.

rantaikata solopos.co.id

Mar 12, '09 11:43 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 08 Maret 2009 , Hal.VIII

Tentang Sebuah Kota

Titik di selembar peta
Sempatkah terbaca?


Rasai sensasi tsunami
dari bus-bus yang menjerit sepanjang garis
tualang negeri para TKI

Dekap nyala api abadi
Meski hujan bikin mati suri

Tanah air, Desember 2008

Fatalis

Apa karena namaku perempuan
dirumahkan dalam koyak
diinjak-injak

Mereka sebut kau bukan perempuan
Sebab kaki melaju
Menginjakku

Aku pungut luka aniaya
Berbungkus kata berbisa kadaluarsa
Sia-sia

Catatan Perantauan

Menekur jalan melelahkan
Sesal jadi bebek amnesia
di negeri asing
Harapan surga didamba
Hanya balon terbang ke angkasa
jatuh entah di mana

Lewati jembatan ini meletihkan
Cenayang terbahak-bahak melihatku percaya ramalan
pada kejayaan tempat jauh
Polos terhipnotis gemerincing uang
ditebus dengan penyiksaan

Rumah gubuk yang dirindu
Akankah kumasuki pintu?
Tatkala luka aniaya intim menghabisi

Lugu aku ini
Terpedaya puja-puja
pahlawan devisa!

Wie, 5 Mei 2007

Anggraini KD
rantaikata solopos.co.id

Mar 12, '09 11:33 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 01 Maret 2009 , Hal.VIII

Diskusi Hujan

Februari basah rebah
mendung masih membawa puting angin
mengarak jelaga awan-awan di langit


Alam mendengar
hujan berdiskusi dengan angin,
awan, tanah, petir
hingga isi langit bumi turut hadir
hanya manusia terlalu tuli
untuk mendengar diskusi hujan
banjir, tanah longsor, badai
datang tiba-tiba
menikam manusia-manusia buta tuli

Lumpur dan angin membawa catatan pahit
mengganti penggalan napas yang mulai payah
hanya kilatan duka
bersemayam dalam tubuh manusia

Februari basah rebah
mendung masih membawa puting angin
mengantar manusia berdiskusi dengan Tuhan

Solo,16’02’09

Kehidupan Kaki Bukit

Dari kaki-kaki bukit
perempuan-perempuan keriput
menggendong bakul
menuruni setapak jalan berkelok
seakan rajutan otot kaki tak kenal lelah
menuju kota yang tegar bersama hiruk pikuk

Pasar kota lusuh berjejalan
begitu tampak kumuh
perempuan-perempuan keriput
menjajakan isi bakul
hasil alam kaki-kaki bukit
dengan sahaja mereka petik

Tak peduli
pada gedung-gedung bertingkat
pada monumen bersejarah
pada kritikus hingga politikus

Mereka hanya peduli
pada bukit-bukit mereka
semakin gersang kusam
dulu biru sekarang hitam

Tak tahu menahu,
mereka hanya dengar katanya Ha Pe Ha
gampang di dapat pejabat mereka
tak pernah dapat,
hanya dapat seonggok kayu bakar
dari celah bukit
dan berladang di kaki-kaki bukit

Solo,16’02’09
Andi D Handoko
rantaikata solopos.co.id

Mar 9, '09 8:08 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 08 Maret 2009 , Hal.IV

Umi,
Tak kan pernah terlupa
Saat kau gelayuti jilbab panjangmu
Saat kutarik baju muslimmu
Karena kuinginkan gendonganmu


Abi,
Tak kan hilang ingatanku
Saat kucium tangan harummu
Saat kurengkuh kekar tubuhmu
Setelah salat jamaah denganmu
Abi, Umi...
Akan selalu kuingat dalam pikiranku
Isi penting dari sederet nasihatmu,
Juga bentakan-bentakan halusmu
Yang menggetarkan hatiku
Sehingga aku kembali sadar
dari tingkah laku bodohku
Abi, Umi...
Surat ini kubuat dengan hati,
Dengan air mata,
Dengan senandung lirih...
Semoga Umi dan Abi
bisa membacanya,
Walau tidak dengan mata,
Namun dengan hati dan jiwa...
Umi...
Mungkin kini kau tak kuat
lagi menggendongku
Abi...
Mungkin kini kau tak sekekar dulu
Tapi,
Umi dan Abi tetap kebanggaanku...

Massinangling Galih H,
kelas XI IA, SMA Muhammadiyah 2 Solo.

rantaikata solopos.co.id

Feb 21, '09 11:55 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 22 Februari 2009 , Hal.VIII

Sepi di Ujung Luka

Usai sudah..semua tinggal kenangan
Tak ada lagi ratapan tangis
Tak ada lagi caci maki sumpah serapah
Tak ada lagi rasa iri,
tak ada lagi hati yang teriris pilu
Pun tak ada lagi canda bahagia
Di kala hati lega


Lengang..sunyi...sepi...
Hidup tak berbentuk!
Bagai hidup di awang-awang
Ah, tapi inilah kenyataan yang musti ku jalani
Karena kau telah berkehendak begini
Jalan curam di tepi jurang ku tempuh
Ku lakukan sebelum kau terbakar hangus
Dalam kedukaan dan kepedihan
Yang kau buat sendiri
Oleh praduga yang merajai alam hidupmu Kurela lakukan ku tak tega...
Kini aku termangu
Di sudut hati yang teriris
Sakit...pedih...pilu...
Semoga ku kan bisa menapak menuju hari esok Dengan separuh nyawa yang masih tertinggal Beku...

Ramadan 1, 01-09-08

Asa Terakhir

Ini wajah bersimbah darah, nanah
dengan sedikit nyali..yang tersisa
aku tengadahkan kepada langit
senja ini

Langit tiba-tiba jingga
memantulkan sejuta luka
yang membaur dengan sejuta dosa

Tuhan...
masihkah Engkau mau merengkuhku?
wajah dengan sejuta luka sejuta dosa
bergelimang dengan darah, nanah dan airmata
berikanlah setetes air...Tuhan
kalau masih pantas ku memohon
untuk membasuhnya
sedikit saja...setitik saja
setetes dari asa yang tersisa
semoga...!
sebelum bilur-bilur wajah ini
tenggelam ditelan masa

Solo, 190308
*) Nanik Supraptiningsih SPd
Guru SD Negeri Tegalsari, Karanggede, Boyolali.
rantaikata solopos.net

Feb 21, '09 11:53 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 22 Februari 2009 , Hal.IV

Suara musik mengalun indah
Mengiringi kesepianku
Hati ini tak bisa menipu diri
Merasakan batin antara kita


Luka hati yang perih
Penuh memar kekecewaan
Kisah cinta kita dulu
Tercatat indah penuh arti

Tersimpan dalam kenangan
Dalam hati yang terluka

Ainita Syafi’ah
SMK Negeri 9 Solo, Jl Tarumanegara, Banyuanyar, Solo.

rantaikata solopos.net

Feb 21, '09 11:51 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 22 Februari 2009 , Hal.IV

Aku hanya sebuah kata
Yang mampu buatmu terbang melayang
Juga menangisi setiap detik yang kau jalani

Aku lebih dari sekadar kata
Kata yang terucap penuh makna
Merasuk dalam setiap hela nafas di jiwa

Aku sesuatu yang istimewa
Sanggup buatmu tertawa dalam duka
Dan menangis dalam suka

Aku bukanlah bayang semu
Yang hanya datang dan pergi
Untuk mengisi hatimu

Aku hanyalah sesuatu yang sederhana
Mampu memberimu berbagai rasa
Sedih, senang, maupun kecewa
Aku adalah...
Cinta...

Shinta Maulana Dewi
SMP Negeri 1 Wonogiri, Jl Kepodang V, Wonogiri.

rantaikata solopos.net

Feb 15, '09 4:29 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 15 Februari 2009 , Hal.IV

Kala senja menyapa
Membalut kehangatan dalam keremangan
Seakan katakana usai
Ingin rasanya menjerit


Namun tak ubahnya kan terus sendiri
Merajut harapan di akhir malam
Terukir indah dalam benak yang kelam
Wahai barang mahal di pasar
Tidakkah kau goreskan dalam lembaran ini
Setelah sekian menanti
Tercampakkan oleh puing kesia-siaan
Sedang aku
Bukan hak ku memintamu kembali
Akankah semua berlalu hampa
Isak terbata penuh tanya
Tidak
Bagi siapa yang tak ingin kalah
Tapi siapa yang salah
Aku
Aku yang lelah akan kebodohan dan kelalaian
Mengharap senang dalam berjuang
Mampukah hati mengingkari
Meski masih lentera
Ku bersimpuh doa
Di sudut waktu yang kan selalu ada
Dan kini hingga nantinya
Kan kutemukan sebuah sandaran hati
Di mana asaku tunduk
Menunggu dan termangu

Kasanah
Sumber Nayu RT 03/RW 12, Solo.

rantaikata : solopos.net

Feb 15, '09 4:25 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 15 Februari 2009 , Hal.IV

Seindah senja berselimut cahaya jingga
Menurunkan sang Dewi dari langit
Membawa sepenggal hati


Untuk menemukan separuh hati lainnya
Dengan sepercik kasih dan segenggam cinta
Matanya bagai mata elang
Yang menatap tajam
Jauh...
Menusuk ke dalam relung sukma
Hembusan nafasnya,
Bagai sang Bayu
Yang memporak-porandakan laut selatan
Sang Dewi membawa setetes senyum
Dan sejumput cinta
Yang menyejukkan pelataran jiwa
Itulah arti datangnya cinta
Bagi yang menyambutnya dengan ketulusan
Dan mendapatkan kebahagiaan sejati
Dari cinta...

Putri Setyaningsih
XI MM2, SMK Negeri 6 Solo, Jl LU Adisucipto No 38, Solo.

rantaikata : solopos.net

Feb 9, '09 3:48 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 08 Februari 2009 , Hal.VIII

 Tuhan, Tolong Dengar Keluh Perutnya
:untuk Siti yang sering menahan lapar

Sit...
Matahari di matamu itu kini tampak redup
Terhalang pandang mendung hitam
yang tak begitu pekat
Sayu tatapmu meruang melukis wajahmu
Isyaratkan sesuatu akan hidupmu
Sungguh, ku begitu tahu apa
yang meraja di pikirmu
Dan hanya itu yang selalu, yang selalu
Memenjarakan ingar canda dan senyum anehmu

Senyum yang tertelan
Sudahlah,
Tak perlu kau gambarkan resahmu
pada mata dan telingaku
Ku tahu, lembar lembar rupiah itu tak ada lagi
Genggam tanganmu hanya berisikan udara-udara
Entah...apalagi yang akan kau pegang erat kini
Kertas kertas bergambar Pattimura itu kini telah
Melewati kerongkonganmu
Menjadi beberapa butir putih yang mungkin
Hanya sekejap mengganjal perutmu
Dan kini, dahagamu hanya terobati
oleh ludah yang kau telan
Karena itu...
Angin angin yang bertiup
sering membicarakanmu

Syair Orang Gila

Peluh yang menetes tak juga hentikan langkahmu
Menyusuri jejak jejak kehidupan
Meski kau juga tak pernah tahu akan tujuan
Tak ada yang terlintas dalam pikirmu
Suara-suara sumbang itu kemudian terdengar
Di antara rumput tepi jalanan yang meranggas
Menantang matahari yang kejam memanas
Dan kau pun tersenyum, tertawa,
kadang juga beringas
Ah...Damang muda yang gila
Kutahu namamu dari anak-anak itu
mereka berlarian dengan teriakan-teriakan kecil
menertawakan derap tapak kakimu
”orang gila...orang gila...Damang gila...week”
”bukan! Aku bukan orang gila!” katamu lancang dengan mengacungkan kepalan tangan
Dan kemudian...
Kau tersenyum hingga debu jalanan itu
Merasuk dan bersembunyi di sela-sela gigimu

Achmadi Joko Siswanto
Mahasiswa Sastra Indonesia FSSR UNS.
rantaikata : solopos.net

Feb 9, '09 3:45 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 08 Februari 2009 , Hal.IV

“Aku, aku, aku, aku”
hanya kata itu yang aku punya
berani torehkan,
tunjukkan sosok ini sepenuhnya
tak sudi dilihat dan siapa
“Cukup aku saja!”

Apa dan bagaimana
Aku...
sebagai tanda pemberontakan,
tanda hadirnya ada,
tanda dewasa, beda...!
Keegoisan - kemanjaan
Keprasahan - keprinsipelan
Keacuhan - keangkuhan
Kepolosan - keluguan
Kehadiran... dan kehilangan...
“AKU”...
Sebuah misteri
yang selalu menari
terpahat dalam diri
dan tidak bisa untuk lari...

Nur Aida
Kelas XII A1 SMAN Kebakkramat,
Jl Nangsri, Kebakkramat, Karanganyar.

rantaikata : solopos.net

Feb 9, '09 3:38 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 08 Februari 2009 , Hal.IV

Teman. . .
Kau anggap ku berbeda
Kau anggap ku istimewa
Kau anggap ku malaikat
Kau jadikanku sahabat

Meski begitu, teman...
Perlu engkau tahu...
Sahabat tak selalu ada di dekatmu, ketika kau butuhkan
Sahabat tak selalu bisa jadi sandaran, ketika hatimu layu
Sahabat tak selalu bisa terjadiakn wadah suka duka hatimu
Sahabat tak selalu berpihak, karna sahabat tahu yang terbaik bagimu
Sahabat ialah musuh besar kala kita belum saling mengerti
Andai sahabat takkan pernah khianati
Ia kan jadi yang terindah dalam hidup ini
Ia lah obat gores luka di hati
Ia lah manis dalam pahit hati
Ia lah lentera tatkala hati ini redup
Takkan pernah padam
Sampai kapan pun...
Karna itu, teman...
Jikalau kau tetap percaya
Ku pun kan buktikan
Bahwa aku bisa
Pantas...
Tuk menjadi sahabat
Yang Senantiasa
Berikan yang terbaik bagimu. . .

Nurvita Yulianti
SMA Negeri 3 Solo

rantaikata : solopos.net

Feb 1, '09 10:49 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 01 Februari 2009 , Hal.VIII

Panorama Gambar Caleg

Panorama gambar Caleg
Di musim kampanye
Di pohon-pohon berkecambah varietas baru
Gambar-gambar caleg bermekaran
Mewarnai kota
dengan panorama menggemaskan
Biji-biji janji juga disemai
Beriring dengan wajah-wajah sumringah
Yang bercahaya menyaingi sang surya
Semua gambar seakan bicara
”Aku bersih dan layak dipilih!”
Lalu hujan berderai
mengguyur bendera partai
Mengelupaskan, mengoyak, melunturkan
Gambar-gambar caleg yang penuh wibawa
Hingga tak dapat dikenali lagi wajahnya
Tinggal potongan janji yang sulit dimengerti

Semoga ini bukan isyarat khianat
Kepada rakyat saat menjabat

Surakarta, 2009

Karnaval Kota

Aku, kau dan kota ini
Mungkin dilahirkan tidak saling kenal
Tapi di jalanan yang penuh sesak
Di antara orang yang berdesakan
Kita ditakdirkan berjumpa lewat karnaval

Maka mari kita lupakan sejenak
Tiap sengketa dan beban dunia
Tiap perbedaan dan permusuhan
Mari kita nikmati eloknya budaya
Yang beriring dan berarak
Membelah jantung kota

Warnaku dan warnamu jadi satu
Bersenyawa jadi warna kota
Tak perlu kita risaukan peradaban
Yang kian ke depan kian edan

Cukup kita nguri-uri
Kearifan yang diwariskan pendiri negeri
Dengan satu bahasa yang sering terlupakan
: keindahan

Surakarta, 2008

Katimin Atmo Wiyono
Lahir di Pacitan tanggal 18 Agustus 1952. Selain menulis puisi juga menulis cerita, kebanyakan berlatar budaya Jawa. Beberapa karyanya dipublikasikan di media massa.

rantaikata : solopos.net

Feb 1, '09 10:40 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 01 Februari 2009 , Hal.IV

Perjuangan hidup
Pagi baru saja berlalu
Asa baru sudah mulai menunggu
Memacu tuk segera bertemu
Walau kalbu masih terpaku

Mengasah tajam mata sabit
Untuk senjata agar bisa bangkit
Kucari dia dibalik tumpukan jerami
Terhempas pada teriknya mentari

Selama ini dia tak kujumpai lagi
Entah ke mana dia pergi, aku tak kan peduli
Tumbuhan hijau selalu melambai
Seolah memanggilku tuk menggapai

Dunia ini seolah panggung sandiwara
Peran demi peran dilakukannya
Walau perjuangan hidup sudah mulai surut
Namun ternyata hidup ini
tak sekadar urusan perut

Nina Fajrika Puspita,
Kelas IX C, SMP Negeri 1 Sragen, Jl Sukowati No 162, Sragen 57212.

rantaikata : solopos.net

Feb 1, '09 10:35 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 01 Februari 2009 , Hal.IV

Harum sang mawar
Tak seharum aroma cintamu
Kerlip manja sang bintang
Tak dapat kalahkan sinar matamu
Hangat sinar mentari esok
Tak sehangat belaian kasihmu


Kasih...
Tak dapat ku tunjukkan bias cintaku untukmu
Goresan tinta pelangi
Tak dapat lukiskan gejolak cintaku padamu
Kata cinta pun tak dapat
wakili perasaanku untukmu
Suatu rasa yang lebih dari cinta
Suatu hasrat yang tak ingin kau lepas
Sayang...
Inginku tuk selalu genggam bintangmu
Dan kan ku benamkan di relung hatiku
Agar ku selalu dapat rasakan getar cintamu

Retno Murtiasih,
Jetis, Karakan, Weru, Sukoharjo.

rantaikata : solopos.net

Jan 25, '09 4:56 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 25 Januari 2009 , Hal.IV

Langit mendung melatari hari
Kilat menyambar menyelingi
Guntur menggelegar memecah sunyi, ngeri...!

Gemericik air seakan bernyanyi
Kadang keras menyeringai
Kadang lirih menempuh sepi
Terus mengalir... dan mengalir
Menembus semua butir, semua bulir

Datang seorang bercaping putih... tertatih
Baju bersih-basah kotor terciprat air berbuih,
Sopir taksi sungguh tak peduli
Terus melaju tak mau berhenti, tak peduli
Sudah berapa kali dicaci dan dimaki
Tak peduli... semua dijalani...!
Tak peduli... gimana nanti...!
Yang penting hari ini...
Sudah ada pembeli nasi...
Untuk anak istri
Ya... hanya untuk hari ini
Esok pagi... entah...
Aku tak mengerti dan tak peduli

Nissya Arienda
SMP Negeri 9 Solo, Jl Sekar Jagad 1 Laweyan, Solo.

rantaikata : solopos.net

Jan 25, '09 4:38 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 25 Januari 2009 , Hal.IV

Ibu...
Sembilan bulan aku bersamamu
Engkau bawa kemana pun kau pergi
Suka duka aku turut bersamamu
Betapa besar kasih sayangmu, Ibu


Ibu...
Saat aku terlahir di dunia
Engkau merawat dengan kasih sayangmu
Engkau tumbuhkan cinta kasihmu dalam diriku
Engkau berikan yang terbaik untukku
Ibu...
Pelita hatiku
Belahan jiwaku
Tempat berbagi suka dan duka
Engkaulah permata dalam kalbuku
Ibu...
Kini aku tlah dewasa
Engkau bantu aku menemukan
jalan hidupku
Terima kasih Ibu
Surga berada di telapak kakimu
Cinta kasihku padamu, Ibu

Sri Jayanti
SMA Batik 1 Solo.

rantaikata : solopos.net

Jan 18, '09 8:37 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 18 Januari 2009 , Hal.VIII

Mutiara di Pangkuan

Kukabari jejak-gerak waktu kecilku
Ibu, ibu, ibu hanya seorang ibu
Ibuku pengelola jiwaku
Yang setia melintang-bentangkan
kasih sayangnya kepadaku
Kau timang badanku
Kau tidurkan diriku di dada
ranum wangi bumi selalu


Ibu, Ibu, Ibu senyum teruntai lembutmu
Damaikan hati, tentram sucikan jiwaku
Aroma wangi indah tubuhmu
menggelorakan semangatku
Memilin masa,
memungut getar kehidupan yang bertalu

Ibu, Ibu, Ibu jari-jemari lentikmu
Ajari aku mengupas tuntas
hiruk pikuk dan gemerlap waktu
Ajari aku memegang kendali
dan tali kesucian perilaku
Menegak berdirikan kebajikan,
membawa keimananku

Kukabari jejak-getar waktu kecilku
Kukabari jejak-getar kalbuku

Ibu, Ibu, Ibu mutiara di pangkuan jaman!

Kelembutan

Yang kukenal, ibu yang berkata lembut
Yang kukenal, ibu yang bergerak lembut
Yang kukenal, ibu yang berhati lembut
Yang kukenal, ibu yang berkulit lembut

Hari-indah penuh kelembutan
Ibu, Ibu, Ibu
Yang kukenal kelembutanmu

Ibu, kau tawarkan kecantikan
Ke jagad raya ini
Itu aku benci

Ibu, kau eksploitasikan tubuhmu
Ke luar negeri
Itu aku benci
Yang kukenal, ibu penjaga jiwa jaman

Yang kukenal, ibu sebagai teman
Yang kukenal, ibu sebagai mutiara
di pangkuan jaman
Yang kukenal, ibu sebagai penyusun keindahan

Ibu tak perlu jadikan diri
sebagai ratu kecantikan!
Kelembutan gerakmu di rumah
menjelma sorga bagi ayah

Agus Budi Wahyudi

rantaikata : solopos.net

Jan 18, '09 8:36 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 18 Januari 2009 , Hal.IV

Kudengarkan satu petikan gitar
Entah kenapa jantungku berdebar
Walau hujan turun tak kubayangkan
Tapi cintaku selalu aku simpan

Terik matahari begitu bersinar
Andai semua cinta tak pernah pudar
Mungkin kujalani sakit ini dengan ketulusan
Sampai napasku akan terhentikan
Waktu kupejamkan mata dalam kematian
Kumohon satu permintaan
Hiasilah bintang dan sang rembulan
Tuk bawa ku terbang ke dalam awan

Riski Kusuma Wardani,
SMK Batik 2 Solo.

rantaikata : solopos.net

Jan 18, '09 8:31 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 18 Januari 2009 , Hal.IV

Deru mesiu juga genderang serdadu
Terus menggetar hati juga kalbu
Menikam, mencekik dan menggebu
Menghardik jiwa penuh debu


Tiadalah tau kau Israel?!
Senjatamu tiadalah arti tuk koral
Tank-tank bajamu yang gagah
Hanyalah mainan anak penuh gairah

Hai Israel yang kaya!!
Rugilah kiranya kau bersusah
Tak perlu saudaraku kau musnah
Sedang kau semakin melemah

Tiap tetesan darah adakah tanda
Tiap tetes air mata itu mutiara surga
Tiap langkah mereka itu kepastian
Dan cahaya kian terpancar dari tubuhnya

Berjuta tameng kau rancangi
Walau takkan bisa terus menahan
Gebuan semangat mujahidin
Demi bahagia surga keabadian

Fitria Apriliani,
SMA Al-Islam 1 Solo, Jl Honggowongso 94 Solo 57149.

rantaikata : solopos.net

No comments:

Post a Comment

Silakan beri komentar Anda. No Spam No Ads. Thanks.