Puisi Muh Faisal Reza | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 24 Mei 2009 , Hal.IV
Hidup adalah cinta
Cinta yang hiasi hari kita...
Hidup adalah perjalanan
Perjalanan yang tak lekang oleh waktu...
Hidup adalah misteri
Misteri yang harus kita selesaikan...
Hidup adalah teka teki
Yang harus kita pecahkan...
Kehadiranmu
Perlahan kusimpan semua anganku
Kubuang jauh semua rasaku
Kupendam semua cintaku
Ku ingin semua berakhir...
Kehadiranmu membuka
Mata hatiku...
Membuka pintu hati
Yang tlah lama tertutup...
Tak kusadari semua itu...
Kehadiranmu buat sejuk hatiku...
Membuat indah hariku...
Membuka semua kenangan indahku...
Kehadiranmu buatku mengerti akan arti cinta...
Buatku mengerti arti hidup ini...
Buatku mengerti tentang semua hal...
Muh Faisal Reza
SMP Negeri 9 Solo,
Jl Sekar Jagad 1, Pajang, Laweyan, Solo 57146
http://www.solopos.co.id/indexminggu3.asp?id=272752
|
Enigma Kehidupan |
Hidup adalah sebuah mimpi Mimpi yang harus kita raih Hidup... Adalah sebuah perjuangan Perjuangan tuk gapai sebuah impian... |
Cinta yang hiasi hari kita...
Hidup adalah perjalanan
Perjalanan yang tak lekang oleh waktu...
Hidup adalah misteri
Misteri yang harus kita selesaikan...
Hidup adalah teka teki
Yang harus kita pecahkan...
Kehadiranmu
Perlahan kusimpan semua anganku
Kubuang jauh semua rasaku
Kupendam semua cintaku
Ku ingin semua berakhir...
Kehadiranmu membuka
Mata hatiku...
Membuka pintu hati
Yang tlah lama tertutup...
Tak kusadari semua itu...
Kehadiranmu buat sejuk hatiku...
Membuat indah hariku...
Membuka semua kenangan indahku...
Kehadiranmu buatku mengerti akan arti cinta...
Buatku mengerti arti hidup ini...
Buatku mengerti tentang semua hal...
Muh Faisal Reza
SMP Negeri 9 Solo,
Jl Sekar Jagad 1, Pajang, Laweyan, Solo 57146
http://www.solopos.co.id/indexminggu3.asp?id=272752
Sajak-sajak Wati Istanti | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 17 Mei 2009 , Hal.VIII
Kelelawar pun merasa manja
enggan kembali dalam mimpinya
sedang aku masih berada di hulu
yang melihat pekat tanpa celah
Mendung telah hinggap di bumi
Bisikan dari ruh-ruh yang akan bertamu
di rahasia alam-Mu
Menyangga pilar-pilar yang mengokohkan
untaian bening yang menyulam penuh
pada sayapmu yang hampir patah
Rapuh sudah
ketika kau akhiri malam
dengan hujan yang menyapa
dari teguran malaikat yang berdendang
Solo, 19 Februari 2009
Kidung Laba-laba
Jaring laba-laba membentuk rasa
pada dinding gereja
Camar turut bersenandung
tawarkan pesona kidung
satu sulaman yang terbingkai
telah terbentuk lukisan
penawar keadilan
di negeri yang terbengkalai
Solo, 19 Februari 2009
- *) Wati Istanti SPd MPd
Guru Bahasa Indonesia di Singapore Piaget Academy, Solo Raya. Aktif dalam penulisan karya sastra seperti puisi dan Cerpen.
rantaikata solopos.co.id
|
Sajak Percakapan Malam Mendung telah hinggap di bumi Bisikan dari ruh-ruh yang akan bertamu di rahasia alam-Mu |
Kelelawar pun merasa manja
enggan kembali dalam mimpinya
sedang aku masih berada di hulu
yang melihat pekat tanpa celah
Mendung telah hinggap di bumi
Bisikan dari ruh-ruh yang akan bertamu
di rahasia alam-Mu
Menyangga pilar-pilar yang mengokohkan
untaian bening yang menyulam penuh
pada sayapmu yang hampir patah
Rapuh sudah
ketika kau akhiri malam
dengan hujan yang menyapa
dari teguran malaikat yang berdendang
Solo, 19 Februari 2009
Kidung Laba-laba
Jaring laba-laba membentuk rasa
pada dinding gereja
Camar turut bersenandung
tawarkan pesona kidung
satu sulaman yang terbingkai
telah terbentuk lukisan
penawar keadilan
di negeri yang terbengkalai
Solo, 19 Februari 2009
- *) Wati Istanti SPd MPd
Guru Bahasa Indonesia di Singapore Piaget Academy, Solo Raya. Aktif dalam penulisan karya sastra seperti puisi dan Cerpen.
rantaikata solopos.co.id
Puisi Sakti Mutiara E | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 17 Mei 2009 , Hal.IV
|
|
Suara Kami Kami bayangan yang tumpah pada tanah Yang terinjak jejak waktu Kami pekat dalam gelap Tak ada cahaya yang terpantul di tubuh kami Atau hanya tuk membentuk difus di sini |
Kami adalah bara-bara bumi Yang tercipta begitu saja Tanpa peristiwa. Tapi kami ada Kami korban jaman tak waras Yang membual jenaka tanpa mencicipi Air mata kami yang pedas Kami adalah tahanan kolong-kolong nasib yang buram Yang tak mampu bebas Karena jeruji kami adalah mereka yang bertahta Yang tak mau menganggap kami manusia Tapi, bayangan hitam yang menghalangi kilau lambo mereka Sesungguhnya kami magma yang Diciptakan Tuhan tuk meledak Kapan saja. Yang mampu telan durja mereka Jangan anggap remeh kami! Kami hidup di antara kalian Bahkan lebih dekat dari nadi kalian Di bawah kulit kalian Parade Waktu Menunggumu Malam ketika rembulan terbius awan Adalah malam ketika waktu terbunuh kelam Di sanalah aku berdiri menanti pelangi padam Atau hanya menunggu gerimis tak berujung embun Atau kala aku mencari Panahku yang purna di hatinya Yang patah di kakinya Dan remuk di mukaku olehnya Malam-malam panjang bersama Angin-angin durja yang tak kunjung pulang Adalah kala ku harapkan kembali Panah itu utuh, kemudian Busurku merenggang kembali Pada sepucuk jiwa yang tenang Yang mengalun bagai sungai nirwana Yang mampu hanyutkanku Pada riak airnya Dan labuhi senja bersama Menuju gerbang langit yang terbuka Di bawah kaki mentari Entah kapan...Namun, Di ladang hatiku, ku tetap menunggu Datangnya detik yang mampu Hapus rintik Dalam hati yang tercekik Sakti Mutiara E SMA Negeri 3 Solo, kelas X, Jl RE Martadinata No 143, Solo |
rantaikata solopos.co.id |
Sajak-sajak Eko Haryanto | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 10 Mei 2009 , Hal.VIII
Mereka bercerita tentang buruh,
dan pengusaha
Tentang air mata PKL
yang oleh penggusuran
Tentang dewan dan kepentingan
percakapan usai menjelang subuh
Rembulan pun berpamitan
Rembulan berjanji lain hari akan datang lagi
Mata-mata Kerinduan
Bisik-bisik lirih suara
kudengar di balik jeruji besi
Semakin kumendekat
semakin jelas kudengar
Tentang puteranya, tentang isterinya
jelas kutangkap
Di antara tembok kusam dan jeruji
Kuperhatikan mata-mata kerinduan
Otot-otot tua yang menjulang
di antara daging
Menunggu saat nanti yang terindah
Kembali bersua dengan terkasih
Tak terasa jatuh titik air mataku
Teringat nasib kawan nan jauh di seberang
*) Eko Haryanto
Mahasiswa Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Solo.
rantaikata solopos.co.id
|
Percakapan Kota Sang kota tersenyum menyambut kedatangan rembulan Lalu bercakap-cakap di pelataran malam Sambil sesekali bercanda mesra Ditemani kopi pahit yang dipesan dari warung sebelah |
Mereka bercerita tentang buruh,
dan pengusaha
Tentang air mata PKL
yang oleh penggusuran
Tentang dewan dan kepentingan
percakapan usai menjelang subuh
Rembulan pun berpamitan
Rembulan berjanji lain hari akan datang lagi
Mata-mata Kerinduan
Bisik-bisik lirih suara
kudengar di balik jeruji besi
Semakin kumendekat
semakin jelas kudengar
Tentang puteranya, tentang isterinya
jelas kutangkap
Di antara tembok kusam dan jeruji
Kuperhatikan mata-mata kerinduan
Otot-otot tua yang menjulang
di antara daging
Menunggu saat nanti yang terindah
Kembali bersua dengan terkasih
Tak terasa jatuh titik air mataku
Teringat nasib kawan nan jauh di seberang
*) Eko Haryanto
Mahasiswa Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Solo.
rantaikata solopos.co.id
Sajak-sajak Lasinta Ari Nendra Wibawa | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 03 Mei 2009 , Hal.VIII
Boneka dan Roda
tanganmu sekarang adalah boneka
bukan lagi muara pemikiranmu
yang merdeka
sebab telah lama kau gadaikan keduanya
lewat transaksi demokrasi di negara kita
kakimu sekarang adalah roda
berjalan menurut mobil milik siapa
berbelok sesuai arah kemudinya
rem terinjak berhenti seketika
kemudian bernasib seperti roda-roda lainnya
tercium aspal panas kau diam tak bersuara
Fenomena
ada fenomena baru dalam pemilu
suara yang didapat tak sesuai yang dimau
beberapa mereka-reka tentang korelasi
antara kepicikan demokrasi
dan suara tertinggi
ada juga yang dikaitkan dengan korupsi
yang pernah dikupas media belum lama ini
kemudian diterjemahkan dengan peribahasa:
”Karena setitik nila, rusak susu sebelanga”
dari pilihan yang ada,
”Silakan mencontreng mana yang Anda suka!”
Usai Pesta
pesta akbar telah berlalu
ada yang memotong tumpeng
ada pula yang diam membisu
seperti pohonan di jalanan itu
yang sama-sama tertancap paku
*) Lasinta Ari Nendra Wibawa (Ari Nendra)
Menulis puisi, cerpen, artikel, esai, drama dan lirik lagu. Karya-karya pernah dimuat di berbagai media massa lokal maupun nasional. Pemimpin Redaksi LPM Eureka FT UNS...
Boneka dan Roda
tanganmu sekarang adalah boneka
bukan lagi muara pemikiranmu
yang merdeka
sebab telah lama kau gadaikan keduanya
lewat transaksi demokrasi di negara kita
kakimu sekarang adalah roda
berjalan menurut mobil milik siapa
berbelok sesuai arah kemudinya
rem terinjak berhenti seketika
kemudian bernasib seperti roda-roda lainnya
tercium aspal panas kau diam tak bersuara
Fenomena
ada fenomena baru dalam pemilu
suara yang didapat tak sesuai yang dimau
beberapa mereka-reka tentang korelasi
antara kepicikan demokrasi
dan suara tertinggi
ada juga yang dikaitkan dengan korupsi
yang pernah dikupas media belum lama ini
kemudian diterjemahkan dengan peribahasa:
”Karena setitik nila, rusak susu sebelanga”
dari pilihan yang ada,
”Silakan mencontreng mana yang Anda suka!”
Usai Pesta
pesta akbar telah berlalu
ada yang memotong tumpeng
ada pula yang diam membisu
seperti pohonan di jalanan itu
yang sama-sama tertancap paku
*) Lasinta Ari Nendra Wibawa (Ari Nendra)
Menulis puisi, cerpen, artikel, esai, drama dan lirik lagu. Karya-karya pernah dimuat di berbagai media massa lokal maupun nasional. Pemimpin Redaksi LPM Eureka FT UNS...
**Solopos
Jadi Debu | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 10 Mei 2009 , Hal.IV
Dunia adalah rumahku
Tempatku melayangkan
mimpi-mimpi maya
Merebahnya seluruh raga
Dan tempat terakhir
untuk meregangkan nyawa
Tubuhku,
Berdiri tulang-tulangku
Terkunci sendi-sendiku
Mengalir darah-darahku
Aku, rumahku, tubuhku...
Adalah batu-batu kecil dunia
Di saat musim-musim meniadakannya
Ketika lumut-lumut tumbuh memeluk
Batu-batu itu akan lapuk dan hancur
Jadi debu...
Pradita Nurmalia,
Kelas XII, SMAN 6 Solo
Ketika aku melebur dalam kedinginan Aku mengalir ke lembah-lembah kesunyian Terasa lebih dingin dari musim-musim gugur Di mana salju telah mengubur setiap kehangatan |
Tempatku melayangkan
mimpi-mimpi maya
Merebahnya seluruh raga
Dan tempat terakhir
untuk meregangkan nyawa
Tubuhku,
Berdiri tulang-tulangku
Terkunci sendi-sendiku
Mengalir darah-darahku
Aku, rumahku, tubuhku...
Adalah batu-batu kecil dunia
Di saat musim-musim meniadakannya
Ketika lumut-lumut tumbuh memeluk
Batu-batu itu akan lapuk dan hancur
Jadi debu...
Pradita Nurmalia,
Kelas XII, SMAN 6 Solo
Cinta | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 03 Mei 2009 , Hal.IV
Setiap butirnya adalah kebahagiaan
Di setiap sisinya adalah kerinduan
Manisnya kan slalu kau rasakan
Namun pahit itu pasti ada
Luka itu pasti datang
Namun cinta...
Takkan goyah karena badai
Takkan hilang tersapu ombak
Takkan pergi terbawa angin
Karena ketulusan cinta
Takkan pernah hilang
Desi Fajarwati,
kelas VIIA SMPN 1 Bayat, Banyuripan, Bayat, Klaten 57462.
rantaikata solopos.co.id
|
Cinta memang indah |
Di setiap sisinya adalah kerinduan
Manisnya kan slalu kau rasakan
Namun pahit itu pasti ada
Luka itu pasti datang
Namun cinta...
Takkan goyah karena badai
Takkan hilang tersapu ombak
Takkan pergi terbawa angin
Karena ketulusan cinta
Takkan pernah hilang
Desi Fajarwati,
kelas VIIA SMPN 1 Bayat, Banyuripan, Bayat, Klaten 57462.
rantaikata solopos.co.id
Warna | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 03 Mei 2009 , Hal.IV
Cokelat kau seperti tanah
Hitam kau begitu menakutkan
Putih kau begitu suci
Kuning kau bagai matahari
Begitu buta jika kau tidak ada
Begitu hampa jika kau tidak ada
Terima kasih Tuhan kau telah ciptakan
Warna yang begitu indah dan menarik
Darmawan Adhi Pradana,
kelas VIIA SMPN 1 Bayat, Banyuripan, Bayat, Klaten 57462.
rantaikata solopos.co.id
Biru kau seperti laut Merah kau seperti darah Hijau kau seperti daun |
Hitam kau begitu menakutkan
Putih kau begitu suci
Kuning kau bagai matahari
Begitu buta jika kau tidak ada
Begitu hampa jika kau tidak ada
Terima kasih Tuhan kau telah ciptakan
Warna yang begitu indah dan menarik
Darmawan Adhi Pradana,
kelas VIIA SMPN 1 Bayat, Banyuripan, Bayat, Klaten 57462.
rantaikata solopos.co.id
Sajak-sajak Achmadi Joko Siswanto | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 26 April 2009 , Hal.VIII
Goresan kegundahan masih juga terpatri
Pada dinding dan lorong kumuh yang tersisa
Siklus keresahan itu terus membayang
Selalu datang bersama musim yang basah
Menggenangi mimpi dan lamunan tenang
Menerobos celah-celah ketegaran jiwa
Dan sisakan belas nestapa
yang memasung asa
Potret Rahmat Kecil
Terpampang...
wajah itu masih tergambar jelas
di sudut kota, di tepi perempatan lampu merah
di jantung kota yang gagah
Kau tampak begitu lemah
tengadahkan telapak tangan
Coba raih belas kehidupan
Menyatukan keping demi keping
Untuk sekadar membungkam jerit perut
Meski tak tersaji sendawa karenanya
Tapi cukuplah...
Kalau dunia memang masih mau berbaik hati
Esok, mungkin napas masih terhembus
*) Achmadi Joko Siswanto
Mahasiswa Sastra Indonesia FSSR UNS.
rantaikata solopos.co.id
Resah Musim Basah :untuk Rizza di pinggiran gundah Bengawan Bola mata Rizza tampak hampa Saat ribuan runcing air itu kian menderu Menyerbu tanpa ampun dari pelupuk langit Dan coba menjelma Menjadi genangan tenang yang sungguh berang Tak ada gelombang berarti, namun Canda-canda kecil itu harus terbawa Juga tawa-tawa yang turut serta Meninggalkan resah yang kini berserakan |
Goresan kegundahan masih juga terpatri
Pada dinding dan lorong kumuh yang tersisa
Siklus keresahan itu terus membayang
Selalu datang bersama musim yang basah
Menggenangi mimpi dan lamunan tenang
Menerobos celah-celah ketegaran jiwa
Dan sisakan belas nestapa
yang memasung asa
Potret Rahmat Kecil
Terpampang...
wajah itu masih tergambar jelas
di sudut kota, di tepi perempatan lampu merah
di jantung kota yang gagah
Kau tampak begitu lemah
tengadahkan telapak tangan
Coba raih belas kehidupan
Menyatukan keping demi keping
Untuk sekadar membungkam jerit perut
Meski tak tersaji sendawa karenanya
Tapi cukuplah...
Kalau dunia memang masih mau berbaik hati
Esok, mungkin napas masih terhembus
*) Achmadi Joko Siswanto
Mahasiswa Sastra Indonesia FSSR UNS.
rantaikata solopos.co.id
Puisi Annisa Citra Sari | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 26 April 2009 , Hal.IV
Rayuan Gombal
Kau belai aku dengan lembut
Perlahan namun pasti
Kau tenggelamkanku
Dalam romantika cintamu
Ku terbuai dalam gombalmu
Ku terlena dalam nikmatmu
Hingga tanpa ku pahami
Kau nikmati lemah tubuhku
Oleh usilmu
Dan tatkala ku terhempas
Tersadar akan khilafku
Telanjur sulit tuk berpaling
Darimu, ya Narkoba...
Annisa Citra Sari
XII IA 1 SMA Muhammadiyah 2 Solo.
rantaikata solopos.co.id
|
Lembah Cinta Dari balik dinding rasa aku menatap Dirimu tlah merenggut rasa Dari lembah cinta di pegunungan rasaku Tatkala aku melirik ke wajah damaimu Satu lagi bunga tumbuh di lembah itu Namun... Taman senyum pun mulai runtuh Terhempas sadar aku akan realita pahit Tak sekalipun ku tahu Bunga siapa yang mengisi lembah cintamu Laksana burung betina berkicau sendiri Aku terus menanti di lembah ini Kau seekor pangeran merak Segala bunga mengharapmu Segala cantik tlah berserah padamu Aku mengerti dengan pasti Ragaku hanya bunga layu tiada indahnya Namun... Aku tak enggan membusuk demi harapku Aku tak segan termenung demi mimpiku Harapku...mimpiku... Demi hadirku dalam lembah cintamu... Nanti... |
Rayuan Gombal
Kau belai aku dengan lembut
Perlahan namun pasti
Kau tenggelamkanku
Dalam romantika cintamu
Ku terbuai dalam gombalmu
Ku terlena dalam nikmatmu
Hingga tanpa ku pahami
Kau nikmati lemah tubuhku
Oleh usilmu
Dan tatkala ku terhempas
Tersadar akan khilafku
Telanjur sulit tuk berpaling
Darimu, ya Narkoba...
Annisa Citra Sari
XII IA 1 SMA Muhammadiyah 2 Solo.
rantaikata solopos.co.id
Sajak-sajak Imam Abdul Rofiq | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 19 April 2009 , Hal.VIII
”Di manakah engkau bersembunyi?”
teriakku
Bumi berguncang
Langit membuka matanya
Dan kilat tertawa terbahak-bahak
Lelah aku mencari
Tak jua kutemukan cahaya nurani
Hingga kuputuskan tuk ceburkan diri
Pada bara api merapi
Tubuhku melepuh
Lebur bersama asap yang mengepul
Cahaya itu perlahan muncul
Dari dalam hatiku
Cengkrama Dua Dunia
Awan putih di langit
Berbincang kepadaku
Tentang hari-hari yang telah lalu
Tentang masa depan yang entah biru
Entah kelabu
Kita sangat asyik bercengkrama
tentang apa saja
Dari mulai kursi istana
sampai bencana yang melanda
tiba-tiba
angin bertiup begitu resah
ditemani rintik gerimis
yang membuatku basah
percakapan kami terhenti
ia terbang
aku berlari
*) Imam Abdul Rofiq
Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo.
rantaikata solopos.co.id
Sajak Nurani |
Aku berlari Menembus silau matahari Menepis badai Mencari nurani |
”Di manakah engkau bersembunyi?”
teriakku
Bumi berguncang
Langit membuka matanya
Dan kilat tertawa terbahak-bahak
Lelah aku mencari
Tak jua kutemukan cahaya nurani
Hingga kuputuskan tuk ceburkan diri
Pada bara api merapi
Tubuhku melepuh
Lebur bersama asap yang mengepul
Cahaya itu perlahan muncul
Dari dalam hatiku
Cengkrama Dua Dunia
Awan putih di langit
Berbincang kepadaku
Tentang hari-hari yang telah lalu
Tentang masa depan yang entah biru
Entah kelabu
Kita sangat asyik bercengkrama
tentang apa saja
Dari mulai kursi istana
sampai bencana yang melanda
tiba-tiba
angin bertiup begitu resah
ditemani rintik gerimis
yang membuatku basah
percakapan kami terhenti
ia terbang
aku berlari
*) Imam Abdul Rofiq
Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo.
rantaikata solopos.co.id
Puisi Gracia B Chatarina | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 19 April 2009 , Hal.IV
Jika...
Semuanya sisakan luka
Ku hanya bisa menangis duka
Relakan kehilangan rasa bahagia
Walau sungguh batinku mengeluh
Dan rasa takut menghantuiku
Meski yang tercurah tangis dan peluh
Tapi kenyataan ini telah terjadi
Aku kehilangan hatimu, cintamu
Hilang sudah penyemangatku
Memang terlalu pahit di pikirku
Tapi kenyataan ini telah terjadi
** Kenyataan yang sulit
dan sakit tuk diterima.
12 Maret 2009
Menjadi Pagi
Aku tak mau seperti malam
Yang hanya tampakkan kegelapan
Terlalu dingin menusuk jiwa
Aku tak ingin seperti siang
Yang hanya hadirkan kepenatan
Terlalu terik membakar raga
Aku tak suka seperti petang
Yang hanya jadi pemisah waktu
Terlalu haru melepas surya
Aku hanya ingin menjadi pagi
Yang selalu awali cerita baru
Selalu hangatkan kebekuan hati
** Ku ingin hidupku
berguna bagi semua orang.
22 Januari 2009
Gracia B Chatarina
Kelas IXa, SMP Widya Wacana 2, Solo
rantaikata solopos.co.id
|
Kenyataan Bila... Waktunya t’lah tiba juga Ku tak bisa berbuat apa-apa Biarkan semuanya berjalan saja |
Jika...
Semuanya sisakan luka
Ku hanya bisa menangis duka
Relakan kehilangan rasa bahagia
Walau sungguh batinku mengeluh
Dan rasa takut menghantuiku
Meski yang tercurah tangis dan peluh
Tapi kenyataan ini telah terjadi
Aku kehilangan hatimu, cintamu
Hilang sudah penyemangatku
Memang terlalu pahit di pikirku
Tapi kenyataan ini telah terjadi
** Kenyataan yang sulit
dan sakit tuk diterima.
12 Maret 2009
Menjadi Pagi
Aku tak mau seperti malam
Yang hanya tampakkan kegelapan
Terlalu dingin menusuk jiwa
Aku tak ingin seperti siang
Yang hanya hadirkan kepenatan
Terlalu terik membakar raga
Aku tak suka seperti petang
Yang hanya jadi pemisah waktu
Terlalu haru melepas surya
Aku hanya ingin menjadi pagi
Yang selalu awali cerita baru
Selalu hangatkan kebekuan hati
** Ku ingin hidupku
berguna bagi semua orang.
22 Januari 2009
Gracia B Chatarina
Kelas IXa, SMP Widya Wacana 2, Solo
rantaikata solopos.co.id
Sajak-sajak Agus Budi Wahyudi | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 12 April 2009 , Hal.VIII
Wahyu ini punya diri
Kursi presiden bagai terpatri
Duduk diri setiap hari
Turun wahyu dari langit
Ke dirinya
Tidak ada yang menggugatnya
Tidak ada yang menandinginya
Wahyu ini punya diri
Warna kursi presiden
Terbayang kian indah
Bangun! Bangun!
Banjir Lumpur Lapindo luber ke leher!
Peminta-minta Suara
Gaung Pemilu
Lewat gambar-bahasa kau
Cuma peminta-minta suara
Lewat gambar kau peminta-minta
Lewat bahasa kau peminta-minta
Pemilu ini tawar wajah peminta-minta
Lewat gambar lewat bahasa peminta-minta
Minta dukungan
Minta restu
Minta doa
Kumpulkan saja peminta-minta suara
Semua di istana! Asal lahir suara!
*) Agus Budi Wahyudi
Staf Pengajar PBSID, FKIP UMS.
rantaikata solopos.co.id
|
Mimpi Seorang Calon Presiden Turun dari wahyu langit Ke rumahnya Tidak ada yang mencegahnya Tidak ada yang menghalaunya |
Wahyu ini punya diri
Kursi presiden bagai terpatri
Duduk diri setiap hari
Turun wahyu dari langit
Ke dirinya
Tidak ada yang menggugatnya
Tidak ada yang menandinginya
Wahyu ini punya diri
Warna kursi presiden
Terbayang kian indah
Bangun! Bangun!
Banjir Lumpur Lapindo luber ke leher!
Peminta-minta Suara
Gaung Pemilu
Lewat gambar-bahasa kau
Cuma peminta-minta suara
Lewat gambar kau peminta-minta
Lewat bahasa kau peminta-minta
Pemilu ini tawar wajah peminta-minta
Lewat gambar lewat bahasa peminta-minta
Minta dukungan
Minta restu
Minta doa
Kumpulkan saja peminta-minta suara
Semua di istana! Asal lahir suara!
*) Agus Budi Wahyudi
Staf Pengajar PBSID, FKIP UMS.
rantaikata solopos.co.id
Ukiran Cerita Cinta | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 12 April 2009 , Hal.IV
Cintamu kan ku simpan dalam sanubariku
Anganmu kan bersatu dalam impianku
Dalam hembusan nafasku
Tercipta jalan cerita cintaku
Cintaku terbendung rasa
Rinduku terteteskannya air mata
Dirimu anugerah keagungan cinta
Yang mengajarkan arti cinta sebenarnya
Manja diri ini
Ingin selalu diriku bersamamu
Hangat kecupan bibirmu
Menggugahkan lamunanku
Suara merdumu
Mengingatkanku akan canda tawamu
Kan ku nanti dirimu
Kan ku bawa dirimu
Dalam kenyataan cerita cintaku
Bersama dirimu
Kan ku gapai akhir
kebahagiaan cerita cintaku
Rindu yang tak berujung
Bibir merahku berucapkan kata
Aku ingin bertemu
Hati kecilku bertuturkan
Aku rindu akan hadirmu
Suatu kenangan yang ingin ku hentikan
Saat ku berada dalam puncak kerinduan
Suatu kenyataan yang ingin ku ciptakan
Saat kau ikrarkan janji kesetiaan
Jika diriku sanggup memutar waktu
Ku kan putar saat-saat indah bersamamu
Jika diriku sanggup menghentikan detik
Ku kan hentikan saat diriku bersandar dalam dekapan hangatmu
Kini ku berjalan tanpamu
Tanpa ada dirimu tuk tujuan hidupku
Ku ingin kau tahu
Diriku merindukanmu
Dheichy Nurul N Tyaz
SMA Batik 1 Solo, Jl Slamet Riyadi No 445, Solo
rantaikata solopos.co.id
|
Ku ukir sebuah cerita cinta Ku tuturkan lewat suara hati Ku tanamkan dalam benak jiwa Yang kan terjaga hingga mati |
Cintamu kan ku simpan dalam sanubariku
Anganmu kan bersatu dalam impianku
Dalam hembusan nafasku
Tercipta jalan cerita cintaku
Cintaku terbendung rasa
Rinduku terteteskannya air mata
Dirimu anugerah keagungan cinta
Yang mengajarkan arti cinta sebenarnya
Manja diri ini
Ingin selalu diriku bersamamu
Hangat kecupan bibirmu
Menggugahkan lamunanku
Suara merdumu
Mengingatkanku akan canda tawamu
Kan ku nanti dirimu
Kan ku bawa dirimu
Dalam kenyataan cerita cintaku
Bersama dirimu
Kan ku gapai akhir
kebahagiaan cerita cintaku
Rindu yang tak berujung
Bibir merahku berucapkan kata
Aku ingin bertemu
Hati kecilku bertuturkan
Aku rindu akan hadirmu
Suatu kenangan yang ingin ku hentikan
Saat ku berada dalam puncak kerinduan
Suatu kenyataan yang ingin ku ciptakan
Saat kau ikrarkan janji kesetiaan
Jika diriku sanggup memutar waktu
Ku kan putar saat-saat indah bersamamu
Jika diriku sanggup menghentikan detik
Ku kan hentikan saat diriku bersandar dalam dekapan hangatmu
Kini ku berjalan tanpamu
Tanpa ada dirimu tuk tujuan hidupku
Ku ingin kau tahu
Diriku merindukanmu
Dheichy Nurul N Tyaz
SMA Batik 1 Solo, Jl Slamet Riyadi No 445, Solo
rantaikata solopos.co.id
Sajak-sajak Risky Kusuma Wardani | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 05 April 2009 , Hal.IV
Malam gelap redup membayang
Bintang bersinar pagi menghilang
Bahagia datang menjadi impian
Kepedihan hadir menjawab
kehancuran
Desir pasir terhempas gelombang
Rasa sakit menghapus kenangan
Semua batin dalam kehidupan
Kebahagiaan tak kunjung datang
Detik waktu menghitung kematian
Denyut nadi berjalan kencang
Sampai napas mulai terhentikan
Gugup daun pun telah terpandang
Ku Menanti
Hidup ini bagaikan duri
Yang selalu menyimpan pedih di hati
Sampai sakit yang aku lalui
Membawa kehancuran di dalam diri
Batin terluka saat mencintai
Hancur hati bagai sunami
Andai mati telah menghampiri
Beri aku ketenangan di alam suci
Sekejap kurasakan semua tragedi
Begitu sulit ku terima kenyataan ini
Sampai nafas ku akan terhenti
Tapi masalah tetap menyelimuti
Semua batin telah terlewati
Udara dingin telah memasuki
Kini tinggal penantian diri
Tuk menanti kematian yang terjadi
Risky Kusuma Wardani
Kelas X AK2, SMK Batik 2 Solo.
rantaikata solopos.co.id
|
Detik Kematian Hampa, sunyi, tragedi menyelimuti Air mata jatuh membasahi hati Aku terdiam menyimpan naluri Debur ombak telah menyirami |
Bintang bersinar pagi menghilang
Bahagia datang menjadi impian
Kepedihan hadir menjawab
kehancuran
Desir pasir terhempas gelombang
Rasa sakit menghapus kenangan
Semua batin dalam kehidupan
Kebahagiaan tak kunjung datang
Detik waktu menghitung kematian
Denyut nadi berjalan kencang
Sampai napas mulai terhentikan
Gugup daun pun telah terpandang
Ku Menanti
Hidup ini bagaikan duri
Yang selalu menyimpan pedih di hati
Sampai sakit yang aku lalui
Membawa kehancuran di dalam diri
Batin terluka saat mencintai
Hancur hati bagai sunami
Andai mati telah menghampiri
Beri aku ketenangan di alam suci
Sekejap kurasakan semua tragedi
Begitu sulit ku terima kenyataan ini
Sampai nafas ku akan terhenti
Tapi masalah tetap menyelimuti
Semua batin telah terlewati
Udara dingin telah memasuki
Kini tinggal penantian diri
Tuk menanti kematian yang terjadi
Risky Kusuma Wardani
Kelas X AK2, SMK Batik 2 Solo.
rantaikata solopos.co.id
Laskar Pemimpi | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 29 Maret 2009 , Hal.IV
namun tak dilewati
sebab hati budak nafsu nan fana
ada terserap fatamorgananya
dan emas tak kekal dijalaninya
detik ke menit ke lain rumusan hitung
tahu salah dan salah bertumpuk
dan pedoman hidup tak dijamah
hanya bersenandung
dalam mimpinya yang nyenyak
Bita Gadsia Spaltani,
SMA N 1 Solo, Jl Tarumanegara III RT 04/RW VI Banyuanyar 57137.
rantaikata solopos.co.id
|
mimpi berkah sutra aliran sungai nan indah yang tak bisa diilham namun kenal jalan setapak menujunya |
sebab hati budak nafsu nan fana
ada terserap fatamorgananya
dan emas tak kekal dijalaninya
detik ke menit ke lain rumusan hitung
tahu salah dan salah bertumpuk
dan pedoman hidup tak dijamah
hanya bersenandung
dalam mimpinya yang nyenyak
Bita Gadsia Spaltani,
SMA N 1 Solo, Jl Tarumanegara III RT 04/RW VI Banyuanyar 57137.
rantaikata solopos.co.id
Cahaya Itu Masih Bersinar | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 29 Maret 2009 , Hal.IV
Slalu terngiang
Slalu terbayang
Ketika hamparan putih suci itu
Bertabur noktah hitam
Noktah dalam persimpangan jalan
Kini menutup benteng batasan
Dinding mata air tiada tertahan
Mengalir lembut
Dalam lantunan nada kerinduan
Dalam belaian suasana kesunyian
Dengan iringan getaran pengharapan
Terpercik ketakutan yang mendalam
Kegelisahan yang makin menghujam
Tiada ingin kembali
Dengan sapuan noktah hitam
Setitik cahaya itu masih bersinar
Terbersit asa dalam jalannya masa
Hanya ingin kembali
Dengan hantaran cinta
Rizky Setiawati,
Kelas XI IPS 3, SMA N 1 Klaten, Jl. Merbabu No 13, Klaten.
rantaikata solopos.co.id
|
Merenung dalam kesendirian Dalam kehampaan Kegelapan malam tiada berbintang Tiada pula berbaring sang rembulan Kelam, dalam kesenyapan |
Slalu terbayang
Ketika hamparan putih suci itu
Bertabur noktah hitam
Noktah dalam persimpangan jalan
Kini menutup benteng batasan
Dinding mata air tiada tertahan
Mengalir lembut
Dalam lantunan nada kerinduan
Dalam belaian suasana kesunyian
Dengan iringan getaran pengharapan
Terpercik ketakutan yang mendalam
Kegelisahan yang makin menghujam
Tiada ingin kembali
Dengan sapuan noktah hitam
Setitik cahaya itu masih bersinar
Terbersit asa dalam jalannya masa
Hanya ingin kembali
Dengan hantaran cinta
Rizky Setiawati,
Kelas XI IPS 3, SMA N 1 Klaten, Jl. Merbabu No 13, Klaten.
rantaikata solopos.co.id
Sajak-sajak Sus S Hardjono | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 22 Maret 2009 , Hal.VIII
Suara deru air bah
Membuka tabir malam
Bakal ada air mata tumpah
Air warna darah
Lautan segara baru
Anakan bengawan
O alah Gustiallah
Jangan Kau bendu
Dengan bala Mu
Tanggul jebol
Santer menerjang rumah papan
Meski katanya cuma air lewat
Meski numpang lewat kata orang
Ini banjir lebih dahsyat lagi
Menggenang
Kenangan-kenangan indah berubah merah
Memporandakan bangunan
Yang baru setahun lewat
Menyisakan luka menganga
Pengungsi,
Dan menunggu bantuanMu
Kapan air mata ini berhenti
Banjir datang lagi
Luka lama bersemi kembali
Sragen 09
Di Bawah Jembatan
Kecemasan macam apa lagi ini
Tak cukupkah duka ini
Airmata ini
Menghajar setiap hari
Kecemasan macam apa lagi ini
Gantung diri, mutilasi
Kami bukan bangsa kecoa
Tetapi manusia yang bermartabat tinggi, katamu
Juga bukan bangsa tempe yang tidak tahan derita
Ketika benderamu gagah di bumi pertiwi
Merah mu di mana lagi
Putihmu tak lagi suci
Karena banyak yang menulisi dengan korupsi
Tak cukupkah duka ini
Oleh bah, longsor dan bencana lagi
Telah habis sisa-sisa tenaga kami
Kami hanyalah kecoak
Yang hidup di tempat sempit dan pengab
Yang hanya bisa memikirkan sebatas makan dan mengurangi lapar
Di saat yang lain sibuk menaikkan gaji
Tunjangan dan fasilitas lainnya
Mempertinggi kompetensi
Kami hanya bisa melihat kemajuan ini
Katanya SDM kami ini rendah
Katanya kami tak mau belajar
Katanya kami masyarakat kecoak
Di saat yang lain butuh prestasi, kami hanya sekadar butuh nasi
Duka macam apa lagi ini
Sukowati 08
*) Sus S Hardjono,
Lahir di Sragen 5 November 1969. Menamatkan S1 di FKIP UNS, pernah ikut gabung Teater Peron Solo. Sekarang mengajar di MAN 1 Sragen.
rantaikata solopos.co.id
Banjir Datang Lagi |
Bendungan bedah Tambalen jadah ..... |
Membuka tabir malam
Bakal ada air mata tumpah
Air warna darah
Lautan segara baru
Anakan bengawan
O alah Gustiallah
Jangan Kau bendu
Dengan bala Mu
Tanggul jebol
Santer menerjang rumah papan
Meski katanya cuma air lewat
Meski numpang lewat kata orang
Ini banjir lebih dahsyat lagi
Menggenang
Kenangan-kenangan indah berubah merah
Memporandakan bangunan
Yang baru setahun lewat
Menyisakan luka menganga
Pengungsi,
Dan menunggu bantuanMu
Kapan air mata ini berhenti
Banjir datang lagi
Luka lama bersemi kembali
Sragen 09
Di Bawah Jembatan
Kecemasan macam apa lagi ini
Tak cukupkah duka ini
Airmata ini
Menghajar setiap hari
Kecemasan macam apa lagi ini
Gantung diri, mutilasi
Kami bukan bangsa kecoa
Tetapi manusia yang bermartabat tinggi, katamu
Juga bukan bangsa tempe yang tidak tahan derita
Ketika benderamu gagah di bumi pertiwi
Merah mu di mana lagi
Putihmu tak lagi suci
Karena banyak yang menulisi dengan korupsi
Tak cukupkah duka ini
Oleh bah, longsor dan bencana lagi
Telah habis sisa-sisa tenaga kami
Kami hanyalah kecoak
Yang hidup di tempat sempit dan pengab
Yang hanya bisa memikirkan sebatas makan dan mengurangi lapar
Di saat yang lain sibuk menaikkan gaji
Tunjangan dan fasilitas lainnya
Mempertinggi kompetensi
Kami hanya bisa melihat kemajuan ini
Katanya SDM kami ini rendah
Katanya kami tak mau belajar
Katanya kami masyarakat kecoak
Di saat yang lain butuh prestasi, kami hanya sekadar butuh nasi
Duka macam apa lagi ini
Sukowati 08
*) Sus S Hardjono,
Lahir di Sragen 5 November 1969. Menamatkan S1 di FKIP UNS, pernah ikut gabung Teater Peron Solo. Sekarang mengajar di MAN 1 Sragen.
rantaikata solopos.co.id
Sajak-sajak Yulita Nurul Hidayati | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 22 Maret 2009 , Hal.IV
Ayah pergi sangat pagi
Kapan
Tapi saat pulang
Ia tak lupa menjinjing pelangi
Lalu dengan sabar
Menguraikan warnanya
Satu persatu padaku
Dengan mata berbinar
Waktu memang tak akrab
Denganku dan ayah
Tapi di dalam buku gambarku
Tak pernah ada duka atau badai
Hanya sederet sketsa
Tentang aku, ayah, dan tawa
Yang selalu bersama
Sahabat
Kaulah yang menaruh bintang
Dalam hati dan mata, genggamanku
Kau tak pernah meninggalkanku
Mungkin, sesaat aku tak melihatmu di bawah
Matahari, tapi seketika sampai pada malam
Kau selalu ada di sana
Menjelma pelita
Di lorong paling gelap berdebu
Sahabat...
Kaulah bintang sejati
Yang menangis, tertawa, dan berjalan
Dan tak henti berkelip
Dalam langit hidupku
Yulita Nurul Hidayati
MA Al Islam Jamsaren, Jl Semenromo No 65, Ngruki, Cemani.
rantaikata solopos.co.id
|
Ayah Sedalam laut, seluas langit Cinta selalu tak bisa diukur Begitulah ayah mengurai waktu Meneteskan keringat dan rindunya |
Ayah pergi sangat pagi
Kapan
Tapi saat pulang
Ia tak lupa menjinjing pelangi
Lalu dengan sabar
Menguraikan warnanya
Satu persatu padaku
Dengan mata berbinar
Waktu memang tak akrab
Denganku dan ayah
Tapi di dalam buku gambarku
Tak pernah ada duka atau badai
Hanya sederet sketsa
Tentang aku, ayah, dan tawa
Yang selalu bersama
Sahabat
Kaulah yang menaruh bintang
Dalam hati dan mata, genggamanku
Kau tak pernah meninggalkanku
Mungkin, sesaat aku tak melihatmu di bawah
Matahari, tapi seketika sampai pada malam
Kau selalu ada di sana
Menjelma pelita
Di lorong paling gelap berdebu
Sahabat...
Kaulah bintang sejati
Yang menangis, tertawa, dan berjalan
Dan tak henti berkelip
Dalam langit hidupku
Yulita Nurul Hidayati
MA Al Islam Jamsaren, Jl Semenromo No 65, Ngruki, Cemani.
rantaikata solopos.co.id
Sajak-sajak Sosiawan Leak | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 15 Maret 2009 , Hal.VIII
tentara langit,
menyebar huru-hara sambil terus berdoa
berayat pedang dan belati
berkitab suci dengki dan iri hati
memuja perusakan dan pembakaran
dalam setiap upacara persembahan
tentara langit,
menyandera tuhan atas nama kemanusiaan
menculik nabi
dan mencuci otaknya demi kebenaran pribadi
meminang kerusuhan sebagai jalan suci
tentara langit,
apakah kamu punya nurani?
pelangi-mojosongo, solo 2009
Mimpi Padi tentang Naga dan Garuda
hari ini
para padi menanti air dan keringat petani
mengharap kesuburan dari tanah olahan dan pupuk kiriman
tapi yang datang tikus, wereng dan belalang
bergantian dengan air bah dan air mata
di antara nyanyian anak-anak kelaparan
atau tagihan uang sekolah yang terlambat dibayarkan
di langit, para pidato menguasai angkasa
memburu burung-burung kecil pemakan hama
namun membebaskan perampok padi muda
dan membiarkan perompak panen raya
sementara di pematang dan saluran irigasi
pestisida dibiarkan berpesta
diantara pertikaian politik
dan adu jotos masa sepak bola
; membantai humus dan hara!
hari ini
para padi menanti air dan keringat petani
sementara yang datang lebih dulu; impian ketakutan
tentang persetubuhan naga dan garuda
yang tak henti-henti saling birahi
sambil membakar lumbung dan mencengkram
petani!
pelangi-mojosongo, solo 2009
Sosiawan Leak
Solo
rantaikata solopos.co.id
|
Tentara Langit |
tentara langit, menggambar wajah tuhan serupa billgate menyanyikan ayat-ayat serupa lagu wajib mengurus segala atas nama yang kuasa dengan tombak berujung ganda ; neraka - surga |
tentara langit,
menyebar huru-hara sambil terus berdoa
berayat pedang dan belati
berkitab suci dengki dan iri hati
memuja perusakan dan pembakaran
dalam setiap upacara persembahan
tentara langit,
menyandera tuhan atas nama kemanusiaan
menculik nabi
dan mencuci otaknya demi kebenaran pribadi
meminang kerusuhan sebagai jalan suci
tentara langit,
apakah kamu punya nurani?
pelangi-mojosongo, solo 2009
Mimpi Padi tentang Naga dan Garuda
hari ini
para padi menanti air dan keringat petani
mengharap kesuburan dari tanah olahan dan pupuk kiriman
tapi yang datang tikus, wereng dan belalang
bergantian dengan air bah dan air mata
di antara nyanyian anak-anak kelaparan
atau tagihan uang sekolah yang terlambat dibayarkan
di langit, para pidato menguasai angkasa
memburu burung-burung kecil pemakan hama
namun membebaskan perampok padi muda
dan membiarkan perompak panen raya
sementara di pematang dan saluran irigasi
pestisida dibiarkan berpesta
diantara pertikaian politik
dan adu jotos masa sepak bola
; membantai humus dan hara!
hari ini
para padi menanti air dan keringat petani
sementara yang datang lebih dulu; impian ketakutan
tentang persetubuhan naga dan garuda
yang tak henti-henti saling birahi
sambil membakar lumbung dan mencengkram
petani!
pelangi-mojosongo, solo 2009
Sosiawan Leak
Solo
rantaikata solopos.co.id
No comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar Anda. No Spam No Ads. Thanks.