Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang pemarah. Untuk
mengurangi kebiasaan marah-marah tersebut, sang ayah memberikannya
sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk memakukan sebuah
paku di pagar belakang setiap kali dia marah.
Hari pertama anak
itu telah memakukan 30 paku ke pagar setiap kali dia marah... memang
terkenal temperamen, sampai-sampai sehari saja sudah 30 kali
marah-marah. Hari berganti hari jumlah yang ia pakukan berkurang. Sang
anak merasakan capek dan lelah ketika harus memakukan paku-paku saat
marah.
Akhirnya tibalah hari dimana anak tersebut merasa bisa
mengendalikan amarahnya dan lebih bisa bersabar.
Dia memberitahukan
kabar baik ini kepada sang ayah dengan malu-malu.
Sang ayah pun
tersenyum puas. Namun ia meminta anaknya untuk mencabut satu paku
setiap hari ketika ia tidak marah. Hari-hari berlalu dan anak
laki-lakinya telah berhasil mencabut semua paku.
Sang ayah lalu menuntun anaknya ke pagar.
“Kamu
telah berhasil dengan baik anakku, tapi lihatlah lubang-lubang di
pagar ini. Pagar ini tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya.
Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan. Kata-katamu akan
meninggalkan bekas di hati orang lain seperti lubang-lubang ini.”
Semoga
kita bisa belajar dari kisah ini. Ketika kita marah atau menyakiti
orang lain, tidak peduli berapa kali kita meminta maaf. Luka itu akan tetap ada... Maka, tidak ada ruginya banyak-banyak berbuat baik dan berhenti marah-marah apalagi menyakiti orang lain.
No comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar Anda. No Spam No Ads. Thanks.