Friday, September 14, 2012

Puisi-puisi Solopos (bagian 8)

Jan 11, '09 6:02 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 11 Januari 2009 , Hal.VIII

Berkaca Dalam Luka

Luka-luka terdampar dalam gambaran
mengambil isi dunia di antara jarak
Luka-luka terjajar dataran raga
isi tatanan membawa pertarungan
Luka-luka terdaftar jeratan hati
meratakan semangat yang beku
Luka-luka terpancang di dasar nurani
melarikan isi keberanian tercuri
Luka-luka telah habis begitu saja
di kediaman permukaan semesta
- hotel alia, Jakarta 21208


Berjalan Aku di Mega-mega

Di ujung kemenangan, dengan jalan
terbuka pada pintu-pintu
masih menitipkan beberapa lembar jawaban
yang terlihat di antara kaki-kaki. Oleh mata

Di mana lagi kaki harus berpijak
dengan mata hati. Dan inilah aku
berjalan di mega-mega. Menuju
langit terbuka
menjaga mata. Dengan kepala

: agar tetap terjaga
- lion air, Jakarta-Jogja 41208
Triman Laksanamenulis dalam bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Dimuat media daerah dan nasional. Tahun 2007 juara I dan tahun 2008 juara 3, sayembara penulisan naskah Buku Fiksi Pusat Perbukuan Nasional...

rantaikata : solopos.net

Jan 11, '09 5:44 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 11 Januari 2009 , Hal.IV

Aku sendiri membisu
tak peduli pandangan di sudut itu
tak mau kudengar pertanyaan itu
tak mau tahu dengan tuntutan itu

Kulakukan yang kuanggap baik
padahal aku tidak pernah mengusik
tapi mengapa mereka selalu berbisik-bisik?
benci ataukah tanda simpatik?
Mereka lontarkan tuntutan
agar aku berubah perbuatan
Dan...
ketika mereka berontak
tak kuasa ku membentak
hanya hati luluh lantak
Dalam benak, tanya tercetak...
”Salahkan bila aku
ingin menyendiri dan membisu
hanya untuk saat ini”

Nur Aida
SMAN Kebakkramat,
Jl Nangsri, Kebakkramat, Karanganyar.
rantaikata : solopos.net

Jan 4, '09 5:28 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 04 Januari 2009 , Hal.VIII

Ketika malam menepi
* sang ibu di halaman saat senja
hanya tinggal amarah yang tertahan,
begitu pekat memenuhi
rongga dada bergetaran dengan doa ”berkacalah anakku,
setan selalu menjelma bara!”


seorang ibu melantunkan puja
di altar berbunga
berkubang air mata,
mengurai beragam sengketa
yang setiap saat datang
meskipun tanpa tanda
”ketika malam menepi, anakku,
bersegeralah!”
melawan yang menikam dada
adalah perjuangan
keberanian bukanlah merangkai
kata hujatan
2008

Ketika sunyi dalam sujud
* sendirian menyampaikan rindu

hanya adzan yang tersisa
seusai langkah terpanggil
menghadapkan wajah terluka,
biarlah wangi bunga
teruntai dari bening air mata
dan ketulusan memuja
ketika sunyi dalam sujud
tiada menyusun kata-kata
kepasrahan jiwa bukan
selalu mendesahkan entah
tetapi kembali terbuai cinta,
seperti ditimang ibunda
2008

Akhmad Muhaimin Azzet
setelah menyelesaikan studinya di Fakultas Tarbiyah IAIN (sekarang UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta, menjadi guru secara privat .
rantaikata : solopos.net

Jan 4, '09 5:26 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 04 Januari 2009 , Hal.IV

Hampir habislah waktu untuknya
Hampir lima tahun sudah ia duduk di sana
Apakah telah tercipta semua ucapan awalnya?
atau hanya angin lalu semata?

Bait-bait yang penuh dengan luka
Bait-bait yang penuh dengan derita
Kami orang-orang yang terbuang
Dalam hatinya mungkinkah hanya uang dan uang...
Jikalau kau bersumpah di atas Alquran
mungkin itu hanya ucapan belaka
akankah ada pemimpin yang membawa perubahan?
Untuk kami yang kian terbenam
Tak sadarkah ia akan negeri ini
Doa kami untuk bumi pertiwi
Semoga kan lebih baik di hari esok...

Muh Faisalreza Irfani
SMP Negeri 9 Solo, Jl Sekar Jagat No 1, Pajang, Laweyan, Solo.

rantaikata : solopos.net

Jan 4, '09 5:16 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 04 Januari 2009 , Hal.IV

Bertemu denganmu itu takdir
Perasaan lain bertarung dalam hati
Terpana ku tatap pancaran bola mata
Mengingatkanku kenangan masa lalu
Cinta sudah pasti sayang
Tapi kenapa sayang belum tentu cinta ?
Pertemuan berujung perpisahan
Mencinta berujung kehilangan


Di luar sana banyak yang menungguku
Kenapa hatiku memilih dia ?
Dia..dia..dia..
Ku nyaman berada di dekatnya
Apa aku sedang jatuh cinta ?
Apa hanya mengaguminya ?
Kesekian kali hati merasakan ini
Jauh di mata dekat di hati

Aku tidak mau mencinta
Aku takut merasakan sakit
Sakit kehilangan dia
Karma dia sangat ku sayang

Indriani Suci Wulandari
SMA Warga Solo, Jalan Monginsidi 21 Solo.

rantaikata : solopos.net

Dec 28, '08 11:02 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 28 Desember 2008 , Hal.IV

Hujan pagi ibu...
engkau seolah hadir kembali...
di sini... dalam kamar ini...
Kamar yang slalu mengingatkanku
akan hangatnya pelukmu


Usapan lembut angin ini ibu...
Suara guntur di kejauhan...
Kecipak air...
Semua mengingatkanku akan engkau...

Dulu...
dalam suasana pagi yang lapar begini...
engkau sediakan sarapan lezat buat kami...
Nasi goreng dan kopi

Kini...
Sarapan itu jarang kami temui Ibu...
Karna ayah tak lagi ada yang bantu cari nafkah

Ibu...
Betapa aroma nasi goring ini...
juga kopi ini...
memukul-mukul perutku...
semua ada...
nasi goring dan kopi...
tapi bukan untukku Ibu...
karena hari ini...
giliran adik yang sarapan

Ayu Novita Sari
kelas VIII E, SMP Negeri 1 Jatisrono, Wonogiri.

rantaikata : solopos.net

Dec 28, '08 11:01 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 28 Desember 2008 , Hal.IV

Saat raga tak bisa berjumpa
Saat hati tak bisa bicara
Kau selalu ada
Dustakah aku, Bunda
Air mata yang kuberikan
Namun ku tak kan henti di sini
Ku tak mau kau tertawa lesu lagi


Kau berlian dalam raga ini
Kau insan yang tak pernah rapuh
Kau penerang dalam gelapnya hati
Izinkan aku tuk selalu dalam dekapmu
Karena kau tau aku begitu lemah
Aku takut kehilangan
Aku takut tersakiti
Aku takut sendirian

Dengan kasihmu
Aku bisa tenang
Merasakan indahnya hidup
Bersamamu dan di sampingmu
Selama kasih itu masih ada
Kan kujaga dia untukmu, Bunda
Dan ku selalu bermunajat
Semoga Tuhan selalu melindungimu
Dalam langkah senjamu

Latifah
SMA Negeri 7 Solo

rantaikata : solopos.net

Dec 21, '08 6:42 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 21 Desember 2008 , Hal.VIII
Soulmate bunga-bunga persahabatan 

Setia di jalan cahaya

Untuk apa berkelana kelam
Jika segalanya jadi runyam
Untuk apa menelikung di gelap malam
Kalau nyala iman di dada akhirnya padam

Tetaplah setia di Jalan Cahaya
Hati terang benderang supaya hidup bermakna
Ingat dan waspada tidak silau dunia gemerlap
Sabar menahan amarah tak pernah kalap

Setia menjunjung kebenaran

Tetaplah sadar dan sabar
Jangan sampai bertindak kasar, brutal dan barbar
Hati lemah lembut dan penuh kasih
Pada Allah jiwa terpaut, tulus bersih
berpandangan jernih

Setia menjunjung nilai-nilai kebenaran
Teguh menegakkan keadilan
Penuh kasih sayang, menyantuni
yang kekurangan
Di mana-mana bermaslahat, menjauhi
keserakahan

Tak ada

Tak ada cinta sejati
Tanpa kesetiaan dan ketulusan hati
Tak ada kasih sayang sepenuh perasaan
Tanpa kepemurahan dan keikhlasan berkurban
Tak ada persahabatan
Tanpa pengertian dan kemurnian perasaan
Yang saling membersamai dan menyetiai
Tak ada persaudaraan
Tanpa perdamaian dan hasrat suci
menunaikan kebajikan

Suksmawan Yant Mujiyanto
sastrawan yang juga pengajar di Universitas Sebelas Maret, (UNS) Solo.
rantaikata : solopos.net

Dec 21, '08 6:39 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 21 Desember 2008 , Hal.IV

Aku terdiam dalam tepian hati
Mencari jawaban atas segala resah jiwa
Sampai kapankah aku harus bertahan
Dalam penantian tak bertepi

Apalah yang bisa kuharapkan
Dari sebuah cinta palsu
Aku bukan pengemis cinta
Yang menggelosot memohon
setangkup cinta
Aku bukan pengamen cinta
Yang bernyanyi mendendangkan lagu cinta
Aku bukan pemulung cinta
Yang memungut cinta di sembarang tempat
aku hanyalah insane hina yang rindu
akan ketenangan hidup
Aku hanya insan kecil yang rindu
Akan kejujuran hidup

Nur Azizah Rizki Astuti,
SMP Negeri 1 Solo,Jl MT Haryono No 4, Solo

rantaikata : solopos.net

Dec 21, '08 6:15 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 21 Desember 2008 , Hal.IV

Seuntai kata cinta
Membuat senandung lara
Mencipta nyanyian jiwa
Membawa raga insan pencinta
Menoreh kenangan manis

Terkadang menuai tangis
Terlipur kata elok nan puitis
Terkadang berakhir tragis
Kisah romansa yang dulu romantis
Berbingkaikan bujuk rayuan
Berbumbukan kemesraan
Berawal dari pertemuan
Berakhir dengan perpisahan
Di kala rindu menderu
Saat itu pula hati kan sendu
Melambung hasrat ingin bertemu
Rindu...sungguh menyesakkan kalbu

Nissya Arienda,
SMP Negeri 9 Solo, Jl Sekar Jagad 1 Laweyan, Solo
rantaikata : solopos.net

Dec 14, '08 9:36 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 14 Desember 2008 , Hal.VIII

Hukuman

manusia suka gerak tangan
pegang pedang, pegang kelewang, pegang senapan


ambil peluru, buas memburu
bunuh-membunuh seru
melayang jiwa, menghilang nama

pembunuhan membayang di wajah tahanan
pengadilan memboyong ikut putuskan

hukuman tembak hukuman mati untuk badan

regu tembak siap, pegang senapan
Tembak!
pembunuhan disahkan oleh undang-undang
melayang jiwa, hilang nyawa

manusia suka gerakan tangan
melebihi kuasa tangan Tuhan!

Kesalahan

kesalahan adalah kekeliruan
langkah melenceng
gerak melengah

dari dulu kesalahan bertalu-talu

kesalahan membaca nama
kesalahan menulis nama
kesalahan mendengar nama
kesalahan menghapus nama

dari dulu kesalahan berhias cahaya setan
tarian telanjang aura setan
jangan mengeja nama dengan huruf setan
jangan menulis nama dengan sms setan
jangan mendengar nama dengan bisikan setan
jangan menghapus nama-nama dengan bius setan

dari dulu bius setan, meniupi hati suci
menjilatkan api

kesalahan adalah kekeliruan
langkah yang menyeleweng
korupsi, kolusi, nepotisme
yang abadi dalam gerak!
Agus Budi Wahyudi
Staf pengajar di PBSID FKIP UMS.
rantaikata : solopos.net

Dec 14, '08 1:37 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 14 Desember 2008 , Hal.IV

Pada hari Sabtu
Semenjak riang serbu menangkap kelelahan
Semenjak itu pula tersimpul ria melantun
antara kedua pipi
Terbisik renyuh lirih oh diam tolong jangan diam
Terkatalah ribuan aksara tercebur sumur
kebisuan
Kemelut nyawa tiap sadar dalam terang juga senang


”Hai kepala-kepala ranum di bawah terik
surya menikam”
alangkah deru bising membahana kian
merajut alam pikiran
Sebening cahaya rimbun peluh di tengah
hamparan rumpuh luas tanpa dinding
mencela sambut angin

Oh...
Kenapa hening?
Detik lalu ramai belum lelah isi tataran
matahari
Tiba-tiba saja hening...
Sang surya meredup

”Ke mana para pelangkah bumi
tak terpandang?”
”Hilang”

Riang tak ada lambat remang menyambar
Belum hari Minggu
Cerah terbias hujan sembilu perih merana
Gelap abu-abu
Basah
Dingin menusuk tulang

Tangisan dalam luka meraih jiwa terpental
Setara sudi berlari anggukan bilah ketakutan
”ggggrrr...”
Sulit bibir berkata dalam biru menggigil
Gerakan melambat serta tubuh dihujam sambaran angin salurkan rintih terhempas dari ruang jiwa

”Oh...hai...”
”Hari Sabtu yang malang”
”Tak adakah pemberitahuan lebih dahulu oleh peristiwa ini?”

Yizca Yemima C
SMA PL St Yoseph, Solo.

rantaikata : solopos.net

Dec 10, '08 9:28 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 08 Oktober 2006 , Hal.IV

lima siang lima malam
memberi petuah begitu dalam
sampai aku hanyut tenggelam
merenung siang malam

ilmu bumi engkau paham

banyak godaan sedang merajam
terdampar aku menuju karam
kau berikan putih diatas hitam

karena engkaulah

ku seberangi lautan teduh
mencari nyata berkata lidah
begitu yakin begitu ampuh

karanganyar,120404


Eko Hm Arata

Karanganyar, Solo

rantaikata : serampaikata

Dec 7, '08 11:13 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 07 Desember 2008 , Hal.IV

Sebelum Hujan

sekumpulan orang berparas cemas
yang tak lagi bersahabat dengan cuaca panas
menginginkan kemarau segera berkemas
seribu mantra bergetar di bibir pawang
coba membawa sengkarut pancaroba
memanggil hujan untuk datang
dedaunan yang mulai risih
berbisik pada angin yang kian melirih
”selimut debu terlalu menganggu
upacara pemandian tak bisa lagi ditunggu
hanya curah hujan pembasuh tubuh”

seakan langit bermata dan bertelinga
menyimak tiap lenguh dan desah putus asa
hanya ada sekelumit mendung menggantung
biarpun diperas hingga tandas
hanya menetes butir-butir gerimis
yang belum cukup untuk menjawab
doa mereka


Ketika Hujan Datang

bumi adalah kanvas kerontang
hujan menjelma pelukis kesiangan
dengan kuas dan palet sejuta tirta
berbekal naluri purba pemberian Dewata
sebuah lukisan segera tercipta
entah bertinta suka atau duka
semua serba rahasia
seperti suratan yang disisipkan di garis tangan

manusia hanya bisa membuat agenda
sekadar menyusun acara sederhana
tentang sekian perjalanan dan pertemuan
selebihnya hanya berharap dengan cemas
karena hujanlah yang menentukan segalanya

sebuah hujan adalah penggugur rerimbun rencana matang

ketika hujan pertama datang
bocah-bocah segera lari telanjang
menuju halaman, jalan, dan tanah lapang
segala dahaga seakan telah tertuang

ketika hujan yang ke sekian datang
buah kekhawatiran mulai matang
topeng-topeng gamang kian meremang
karena kota mungkin tergenang
karena rumah mereka mungkin mengambang

Gunawan Tri Atmodjo
dilahirkan di Solo 1 Mei 1982. Puisi dan Cerpennya telah dipublikasikan di sejumlah media massa.

rantaikata : solopos.net

Dec 7, '08 11:11 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 07 Desember 2008 , Hal.IV
.
Selenggang hina
Yang sukar disua
Adalah kita


Sejumput dosa
Lembur karena doa
Adalah kita

Sepotong puisi
Tanpa arti
Adalah kita

Seonggok janji
Yang tak ditepati
Adalah kita

Semua misteri
Perihal jati diri
Adalah kita

Kata manis
Tanpa rasa dan makna
Adalah kita pula

Lalu,
siapa ini kita?

Hendy Pradita SD,
SMA Negeri 4, Solo.

rantaikata : solopos.net

Dec 7, '08 10:41 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 07 Desember 2008 , Hal.IV
.
Ku ingin berlari
Menyusuri pekatnya malam
Tuk menangkap bayangmu
Kawan...

Ku ingin berteriak
Memecahkan hening malam ini
Namun lidahku seakan terkunci
Tak dapatku berkata padamu

Hanya tanganku ini yang dapat berkata
Bercerita padamu
Ku hanya ingin ungkapkan
Maafkan aku....sobat

Annisa Syafitri Nurdiana
SMA Negeri 1 Solo, Jl Monginsidi No 40, Solo.

rantaikata : solopos.net

Nov 30, '08 6:42 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 30 November 2008 , Hal.IV

Selimut indera tak lagi peka
Menilai jiwa dalam cakrawala
Tak kuasa...
Selalu terekam dalam asa

Kertas seakan kardus
Banyak seakan rakus
Haus...semakin haus
Kebenaran selalu pupus
Menghunus tajam tanpa arus
Kelam...
Mampu terselam
Jernih...
Berakhir perih
Di mana keadilan
Perasaan jadi taruhan
Gejolak dalam batin
Bukan hanya angin

Helti Nur Aisyiah
Begalon RT 06/RW IV, Panularan, Laweyan, Solo 57149.
rantaikata : solopos.net

Nov 30, '08 6:36 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 30 November 2008 , Hal.IV

hh....
Ilalang yang melambai-lambai
Dibasahi rintik-rintik tangis alam


Butir-butir embun menyejukkan angin
Angin-angin itu terhempas memasuki jiwaku...
Anginku...
Kembali tersenyum saat badai hadir...
Mengendap-endap menghapus penantianku
Menjawab doaku kepada Allah
Debu...
Aku slalu menemukannya
Dalam suka dan duka ku
Namun debu akan segera berlalu
Bila tiba saat dia menurunka kakinya
Berjuta rinduku kutemukan
Hari ini...
Sungguh pengasihnya Allah
Menyatukan rinduku di Himalaya
Udara dingin puncak dunia pun tak terasa
Hanya cinta dan syukur yang ada
Aku menitipkan angin dan debuku
Di sisi Rabbku
Himalaya,130908
Mughnifia Putri Sabrina
SMP-IT Nur Hidayah, Jl Kahuripan Utara, Sumber, Solo.
rantaikata : solopos.net

Nov 23, '08 9:33 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 23 November 2008 , Hal.VIII

Lelahmu Kawan

pahlawan
tak ada yang lenyap
di balik papan


atau peti tak menyembunyikan arti
dan gunung-gunung kecil
dari tanah basah
tak membuat terpencil

ataukah yang perlu dicatat
hanya dengan tinta darah
sebab tak ada penjajah
selain lelah

itu hanya gelisah

tak ada yang menyulap
bintang hanya kepingan bulan
sebab semua akan kembali
kepada rumah sebenarnya

tak ada yang bisa
menyembunyikan angin
hanya udara
yang diam dan dingin
Kauman/Jepara, Oktober 2008


Jarum Jam yang Mengejar

jarum jam menjelma ular
terus menjalar, gesit mengejar
kita lupa, itulah kata paling tepat
banyak teman hilang alamat
lenyap dalam catatan
saudara sudah tak ada
dalam nomor urut
aku adalah saya
engkau adalah kamu

jarum jam selalu menggelitikmu
engkau selalu bergerak
tak ada pagi, siang atau malam
terbedakan
dan memang
siang atau malam apa bedanya kalau selalu terang
di waktu senja semua merasa temaram
tetapi matahari maukah kita surutkan

aku selalu sendiri
meski engkau bisa di sini
detik ini
tanpa transportasi
Kauman/Jepara, Oktober 2008
Sunardi KS


rantaikata : solopos.net

Nov 23, '08 9:27 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 23 November 2008 , Hal.IV

Ketika ku termenung...
aku tak lebih tangguh ketimbang boneka
berjalan, bermain, di sentuh tangan-tangan
tak terlihat...


Bisu manakala bosan menatapku
perjalanan melelahkan...!
mengajarkanku bahwa gurun bukanlah tumpukan

pasir dan debu...
Melainkan oase melimpah dalam dahaga
meronta, menatap, berlari seperti halilintar
semuanya hampa, karena akupun terlarut di dalamnya
bilapun terhempas dari wujud keasingan

Di mataku... satu keganjilan yaitu perenungan...
aku adalah aku, tak lebih dari ikatan nafsu
ketakutan dan keberanian itulah aku
adakah malaikat menjemputku tersenyum atau memaki?
Aku tetap bertanya..
Nur Aida
SMA Negeri 1 Kebakkramat, Jl Nangsri, Kebakkramat, Karanganyar


rantaikata : solopos.net

No comments:

Post a Comment

Silakan beri komentar Anda. No Spam No Ads. Thanks.