ku sadari | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 05 Oktober 2008 , Hal.IV
Begitu diriku mencintaimu
Cinta begini yang ku harapkan
Bingkisan kata sayang
Terpancar dalam heningnya petang
Jadikan buku cinta ini
Menjelma menjadi satu karangan arti cinta
Muh Zusuf Qordhowi,
SMA MTA Solo, Jl Kyai Mojo, Semanggi, Solo
rantaikata : solopos.net
|
Kini ku sadari... Murni cintamu kasih Cintamu terurai indah dalam syair Ku ucapkan sumpah atas nama cinta Tak kan ku berpaling jauh dari sisimu Kan ku dekap Kasih cinta suci dalam kalbuku Kan ku abadikan Dalam bingkai cintaku |
Begitu diriku mencintaimu
Cinta begini yang ku harapkan
Bingkisan kata sayang
Terpancar dalam heningnya petang
Jadikan buku cinta ini
Menjelma menjadi satu karangan arti cinta
Muh Zusuf Qordhowi,
SMA MTA Solo, Jl Kyai Mojo, Semanggi, Solo
rantaikata : solopos.net
secuil malam terakhir | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 28 September 2008 , Hal.IV
Berjalan...
Menikmati malam penuh doa
Terdiam...
Merenung lelap, berjatuhan kurma sebiji.
Berlalu hari...
Secuil malam terakhirpun terbit
Terbuka sebuah lembaran
Lembaran ayat suci Alquran
Di sudut...
Di tengah mesjid...
Di luar ruangan
Senandung pujian dikumandangkan
Di malam beribu ampunan
Berdesakan berjuta sayap putih
Di tiap-tiap debu yang bergulir
Yang tak segan memintakan ampunan
Di malam yang terakhir
Secuil malam yang tengah akhir
Menyimpan sejuta cahaya
Bersama mereka
Yang sungguh dan ikhlas
Memanjat doa kepada-Nya.
Nuruddin Nova S
Klewer RT 02/VII, Sraten, Gatak, Sukoharjo
rantaikata : solopos.net
Seribu jejak langkah, Berbuah segenggam doa Sejangkah kaki berjalan, Berbuah sekeranjang amal. |
Menikmati malam penuh doa
Terdiam...
Merenung lelap, berjatuhan kurma sebiji.
Berlalu hari...
Secuil malam terakhirpun terbit
Terbuka sebuah lembaran
Lembaran ayat suci Alquran
Di sudut...
Di tengah mesjid...
Di luar ruangan
Senandung pujian dikumandangkan
Di malam beribu ampunan
Berdesakan berjuta sayap putih
Di tiap-tiap debu yang bergulir
Yang tak segan memintakan ampunan
Di malam yang terakhir
Secuil malam yang tengah akhir
Menyimpan sejuta cahaya
Bersama mereka
Yang sungguh dan ikhlas
Memanjat doa kepada-Nya.
Nuruddin Nova S
Klewer RT 02/VII, Sraten, Gatak, Sukoharjo
rantaikata : solopos.net
khilafku | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 28 September 2008 , Hal.IV
Tapi...
Ku tak pernah menyadarinya
Semuanya kurasakan
Karena kuasamu
Slalu kusakiti engkau
Slalu kutinggalkan engkau
Tak pernah ku bersyukur
Atas semua rahmatmu
Kini ku sadari
Semua yang terjadi karena kuasamu
Allah yang maha kuasa
Aku berjanji
Dalam setiap hembusan
Nafasku...
Ku kan slalu bersyukur
Tiara Murti
kelas IX D, SMP N 1 Delanggu, Jl PK Delanggu Baru, Klaten
rantaikata : solopos.net
Nafas yang kuhirup Nyawa ditubuhku Kenikmatan ini Ku rasakan semuanya |
Ku tak pernah menyadarinya
Semuanya kurasakan
Karena kuasamu
Slalu kusakiti engkau
Slalu kutinggalkan engkau
Tak pernah ku bersyukur
Atas semua rahmatmu
Kini ku sadari
Semua yang terjadi karena kuasamu
Allah yang maha kuasa
Aku berjanji
Dalam setiap hembusan
Nafasku...
Ku kan slalu bersyukur
Tiara Murti
kelas IX D, SMP N 1 Delanggu, Jl PK Delanggu Baru, Klaten
rantaikata : solopos.net
sajaksajak sunardi ks | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 21 September 2008 , Hal.VIII
gunung berapi
menahan lahar
minyak tumpah
di atas ombak
angin pusing
di negeri gasing
semua gerak
bau ketiak
ketika tahu
semua beku
sekarung batu
harus membisu
suara menggema
sekejap sirna
angin diam
jadi juara
di negeri gasing
cakrawala digiring
kuakui kesedihan itu
kuakui kau memukau di atas panggung
orang-orang memuji lalu termenung
tetapi bukan itu maumu
ingin mengalir suara-suara madu
nurani memberi tahu
pada gemerlap lampu
serangga-serangga terperangkap dari gelap
baru beberapa waktu mengenalmu
seusai seminar kesenian di kotamu
lalu bertukan sms
tanpa tirai jendela dan pintu
yang menerobos pilu atau gerutu
kuakui kau menjelma pohon
meneduhkan gunung
dan tepi jurang
di pedalaman Ngawi
kau menganyam hari
dari kesederhanaan diri
kuakui kesederhanaan gunung kebiru-biruan
suratku baru saja kulayangkan
berisi sekian banyak desakan
Sunardi KS
lahir di Dukuh Bendowangen, Mayonglor, Mayong, Jepara, tahun 1955. Menulis sejak tahun 1980-an. Dan menulis dalam bahasa Indonesia, dan...
rantaikata : solopos.net
. |
di negeri gasing ketika mata melirik jadi mendelik layar film terbaru diputar asing ditemukan |
menahan lahar
minyak tumpah
di atas ombak
angin pusing
di negeri gasing
semua gerak
bau ketiak
ketika tahu
semua beku
sekarung batu
harus membisu
suara menggema
sekejap sirna
angin diam
jadi juara
di negeri gasing
cakrawala digiring
kuakui kesedihan itu
kuakui kau memukau di atas panggung
orang-orang memuji lalu termenung
tetapi bukan itu maumu
ingin mengalir suara-suara madu
nurani memberi tahu
pada gemerlap lampu
serangga-serangga terperangkap dari gelap
baru beberapa waktu mengenalmu
seusai seminar kesenian di kotamu
lalu bertukan sms
tanpa tirai jendela dan pintu
yang menerobos pilu atau gerutu
kuakui kau menjelma pohon
meneduhkan gunung
dan tepi jurang
di pedalaman Ngawi
kau menganyam hari
dari kesederhanaan diri
kuakui kesederhanaan gunung kebiru-biruan
suratku baru saja kulayangkan
berisi sekian banyak desakan
Sunardi KS
lahir di Dukuh Bendowangen, Mayonglor, Mayong, Jepara, tahun 1955. Menulis sejak tahun 1980-an. Dan menulis dalam bahasa Indonesia, dan...
rantaikata : solopos.net
kuingin ramadanku | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 21 September 2008 , Hal.IV
Kutunjukkan padanya
Esok penuh ampunan sudah menanti
Ingin...
Ku menjerit padanya
Padanya surga, jalanlah waktumu
Ramadanku...
Ku...nanti
Tak sabar ku nanti menepis hari
Menepis langkah
Kusandarkan waktuku
Di pundak...
Di pundak rembulan malam
Biar esok menjemputku
Istiqomah
Klas XIIAI, MAN 1 Sragen
rantaikata : solopos.net
Pagi esok tlah kunanti Mega sore ingin ku menutupnya Ingin... |
Kutunjukkan padanya
Esok penuh ampunan sudah menanti
Ingin...
Ku menjerit padanya
Padanya surga, jalanlah waktumu
Ramadanku...
Ku...nanti
Tak sabar ku nanti menepis hari
Menepis langkah
Kusandarkan waktuku
Di pundak...
Di pundak rembulan malam
Biar esok menjemputku
Istiqomah
Klas XIIAI, MAN 1 Sragen
rantaikata : solopos.net
waktu | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 21 September 2008 , Hal.IV
Ingin ku kembali
Ingin ku mengejar
Yang tak bisa terkejar
Hanya bisa terkenang
Pantaskah kuberharap
Tentang waktuku yang tlah lalu
Ingin kutata kembali
Ingin kulalui lagi
Ingin kubuang
Kegelisahan, ketakutan, keputusasaan
Ingin kudapatkan
Semua kepastian
Dan demi waktu...
Akankah kembali terulang?
Setia Ayu Maruti
Jagalan RT 01/RW 05, Bumi, Laweyan, Solo 57148.
rantaikata : solopos.net
Tiap detik terus berlalu Tak berjejak... tak berbekas Menggores sejarah Yang kelam nan berliku |
Ingin ku kembali
Ingin ku mengejar
Yang tak bisa terkejar
Hanya bisa terkenang
Pantaskah kuberharap
Tentang waktuku yang tlah lalu
Ingin kutata kembali
Ingin kulalui lagi
Ingin kubuang
Kegelisahan, ketakutan, keputusasaan
Ingin kudapatkan
Semua kepastian
Dan demi waktu...
Akankah kembali terulang?
Setia Ayu Maruti
Jagalan RT 01/RW 05, Bumi, Laweyan, Solo 57148.
rantaikata : solopos.net
sajaksajak wiyono | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 14 September 2008 , Hal.VIII
Memang, Saudara
Ratusan tahun harta musnah dijarah penjajah
Setelah merdeka terkikis habis dipindah ke Swiss
Tetapi takkan Saudara, takkan habis
Tuhan Maha Kaya
Jangan gelisah, saudara
Kita masih Kaya
Lihat Saudara
Laut dan isinya
Gunung dan suburnya
Bumi dan tambangnya
Hutan dan kekayaannya
Anak-anak dan cita-citanya
Adalah milik kita
Tak usah kita gelisah, Saudara
Kita masih kaya
Batu, Januari 2008
apa milik kita?
Bumi dan tambangnya
Laut dan isinya
Gunung dan suburnya
Hutan dan kekayaannya
Anak-anak dan cita-citanya
Guru dan pengabdiannya
Adalah milik kita
Manusia dan serakahnya
Penduduk dan malasnya
Pejabat dan korupnya
Pemuda dan foya-foyanya
Sungai dan keruhnya
Bencana dan korbannya
Sampah dan pemulungnya
Adalah milik kita
Batu, Januari 2008
Wiyono
Guru SMP Negeri 1 Paranggupito Wonogiri.
rantaikata : solopos.net
|
jangan gelisah saudara Walau pengadilan tak mampu berbuat adil Walau kekayaan bangsa ludes terkuras Walau harta koruptor telanjur parkir di luar angkasa Jangan gelisah, Saudara Kita masih kaya |
Memang, Saudara
Ratusan tahun harta musnah dijarah penjajah
Setelah merdeka terkikis habis dipindah ke Swiss
Tetapi takkan Saudara, takkan habis
Tuhan Maha Kaya
Jangan gelisah, saudara
Kita masih Kaya
Lihat Saudara
Laut dan isinya
Gunung dan suburnya
Bumi dan tambangnya
Hutan dan kekayaannya
Anak-anak dan cita-citanya
Adalah milik kita
Tak usah kita gelisah, Saudara
Kita masih kaya
Batu, Januari 2008
apa milik kita?
Bumi dan tambangnya
Laut dan isinya
Gunung dan suburnya
Hutan dan kekayaannya
Anak-anak dan cita-citanya
Guru dan pengabdiannya
Adalah milik kita
Manusia dan serakahnya
Penduduk dan malasnya
Pejabat dan korupnya
Pemuda dan foya-foyanya
Sungai dan keruhnya
Bencana dan korbannya
Sampah dan pemulungnya
Adalah milik kita
Batu, Januari 2008
Wiyono
Guru SMP Negeri 1 Paranggupito Wonogiri.
rantaikata : solopos.net
malam | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 14 September 2008 , Hal.IV
Malam...
Seperti inikah sepi?
Waktu berjalan pelan
Angin berhembus menghilang
Malam...
Seperti inikah duka?
Tak ada teman bercerita
Sahabat pergi tinggalkan duka
Malam...
Begitu setia temani alam
Tertidur,
Meniti sepi yang seperti ini
Setyaningsih
Garen RT 04/III Pandeyan, Ngemplak, Boyolali.
rantaikata : solopos.net
|
Malam... Tersirat sinar rembulan Bersinar terangi alam Yang tertidur, terlelap Meniti waktu perlahan Berjalan begitu pelan |
Malam...
Seperti inikah sepi?
Waktu berjalan pelan
Angin berhembus menghilang
Malam...
Seperti inikah duka?
Tak ada teman bercerita
Sahabat pergi tinggalkan duka
Malam...
Begitu setia temani alam
Tertidur,
Meniti sepi yang seperti ini
Setyaningsih
Garen RT 04/III Pandeyan, Ngemplak, Boyolali.
rantaikata : solopos.net
hitam putih | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 14 September 2008 , Hal.IV
setitik nur
menghampiri
Terangi jalan pada-Mu
Segala puji bagi-Mu
Yang mencukupkan rizki
Untuk Alif kecil
Ya Rab semesta alam
Pereratlah taliku dengan Alif
Jadikanlah ia mutiara terindahku
kusumaku yang ayu
Istiqomahkan ia di jalan-Mu
Dan berikan padanya miftah menuju Jannah-Mu
Nabiela Tiarasari
SMP IT Nur Hidayah, Jl Kahuripan Utara, Sumber, Solo.
rantaikata : solopos.net
|
Di lingkaran pekat terpaku tak terlihat |
setitik nur
menghampiri
Terangi jalan pada-Mu
Segala puji bagi-Mu
Yang mencukupkan rizki
Untuk Alif kecil
Ya Rab semesta alam
Pereratlah taliku dengan Alif
Jadikanlah ia mutiara terindahku
kusumaku yang ayu
Istiqomahkan ia di jalan-Mu
Dan berikan padanya miftah menuju Jannah-Mu
Nabiela Tiarasari
SMP IT Nur Hidayah, Jl Kahuripan Utara, Sumber, Solo.
rantaikata : solopos.net
Persahabatan Kita | untuk semuanya |
hari ini ku takkan kemana
menunggu apa yang terjadi
semua yang kuharap semula
dari lubuk ku tajam memaknai
ramai!
nan damai!
kunjungku harapkan
biar terbawa sampai kau mau
otakku takkan mampu mencernai, kawan!
aku harus ikuti saja kemauan isi hatiku
tetapi..!
saranmu akan s'lalu kuingat kawan!
di lubuk yang hampir mati ini
aku takkan kemana
kemanapun ku langkahkan kaki
kan tiba juga kita bersua kembali
lagi, disini...
memang...!
segala pertemuan itu menyenangkan
tapi pula harus kita renungkan, kawan!
segala pertemuan itu pasti ada perpisahan
bukankah!
itu sudah jadi kodrat Ilahi
dan kaupun menangis terharu dan bahagia
kawanku...
bagaimana jalan panjang kita nanti ?
ingatkah kau padaku...
pada sobatsobat kita...
semua...
dan akupun takkan kemana
kan ku jaga persahabatan kita
atau terkoyak waktu!
selamanya...
jadi beku!
karanganyar,- - -
rantaikata : serampaikata
dimuat di solopos
Edisi : Minggu, 08 Oktober 2006 , Hal.V
menunggu apa yang terjadi
semua yang kuharap semula
dari lubuk ku tajam memaknai
ramai!
nan damai!
kunjungku harapkan
biar terbawa sampai kau mau
otakku takkan mampu mencernai, kawan!
aku harus ikuti saja kemauan isi hatiku
tetapi..!
saranmu akan s'lalu kuingat kawan!
di lubuk yang hampir mati ini
aku takkan kemana
kemanapun ku langkahkan kaki
kan tiba juga kita bersua kembali
lagi, disini...
memang...!
segala pertemuan itu menyenangkan
tapi pula harus kita renungkan, kawan!
segala pertemuan itu pasti ada perpisahan
bukankah!
itu sudah jadi kodrat Ilahi
dan kaupun menangis terharu dan bahagia
kawanku...
bagaimana jalan panjang kita nanti ?
ingatkah kau padaku...
pada sobatsobat kita...
semua...
dan akupun takkan kemana
kan ku jaga persahabatan kita
atau terkoyak waktu!
selamanya...
jadi beku!
karanganyar,- - -
rantaikata : serampaikata
dimuat di solopos
Edisi : Minggu, 08 Oktober 2006 , Hal.V
sajaksajak munawar syamsuddin | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 31 Agustus 2008 , Hal.V
Makan minum sahur sebelum imsak
Tadarus ayat kitab suci kudus kusimak
Kuhangatkan subuh sembahyang
Merapat tubuh mulut semua liang
Seharian kelamin kembali kusunat
Saat azan magrib serentak pulih dan sehat
Sekuntum bulan bertambah ranum
Di halaman taman tergelar pasar malam
Di surau mesjid upacara ibadah malam
Asap api masakan menyalakan dapur umum
Mereguk teh kopi hangat di bibir makrifat
Terima kasih Tuhan, hidup semakin nikmat
2008
Magrib Ramadan
Setetes senja
Tergenang merah kesumba
Mengambang di pelupuk
Mataku membasah di ufuk
Setetes air mata
Menangis bahagia
Melepas matahari terpuruk
Ditenggelamkan ombak
Jauh luas laut pancaroba
Kuicip nikmat garamnya
Alhamdulillah tubuh ruh
Menebus puasa tuntas utuh
Tapi, Allah, aku terdampar jauh
Di pulau asing terpencil
Jemaat kapalku sudah punah
Tinggal seorang imam tunggal
Menyembahyang nasib
Sekusuk salat Magrib
Aku pun sembahyang gaib
Untuk korban-korban raib
2008
Sahur Pertama
Nyanyian zikir seekor burung pungguk
Menurunkan kesejukan kudus garis ufuk
Kunci pintu batinku membuka terbangun
Demi makan minum sahur setetes embun
Sebutir dua butir nasi putih berasap harum
Berlauk pauk rebus daun bunga sekuntum
Demi perintah suci dari dalam diriku sendiri
Sehangat suhu tubuh ruhani sebelum ku mati
Aku berniat ibadah puasa sehidup semati
Senyawa sehati sepasang panas dengan api
Menyalakan pijar puisi sinar cahaya ilahi
Di lubuk matahari siang malam kekal abadi
2008
Munawar Syamsuddin
tinggal di Boyolali, aktif menulis puisi di media cetak sejak tahun 1970.
rantaikata : solopos.net
Marhaban Ramadan Sekuntum bulan sabit Mencium ubun-ubun embun Sekemilau mata pisau silet Perintah tarawih hidmat sedang turun |
Makan minum sahur sebelum imsak
Tadarus ayat kitab suci kudus kusimak
Kuhangatkan subuh sembahyang
Merapat tubuh mulut semua liang
Seharian kelamin kembali kusunat
Saat azan magrib serentak pulih dan sehat
Sekuntum bulan bertambah ranum
Di halaman taman tergelar pasar malam
Di surau mesjid upacara ibadah malam
Asap api masakan menyalakan dapur umum
Mereguk teh kopi hangat di bibir makrifat
Terima kasih Tuhan, hidup semakin nikmat
2008
Magrib Ramadan
Setetes senja
Tergenang merah kesumba
Mengambang di pelupuk
Mataku membasah di ufuk
Setetes air mata
Menangis bahagia
Melepas matahari terpuruk
Ditenggelamkan ombak
Jauh luas laut pancaroba
Kuicip nikmat garamnya
Alhamdulillah tubuh ruh
Menebus puasa tuntas utuh
Tapi, Allah, aku terdampar jauh
Di pulau asing terpencil
Jemaat kapalku sudah punah
Tinggal seorang imam tunggal
Menyembahyang nasib
Sekusuk salat Magrib
Aku pun sembahyang gaib
Untuk korban-korban raib
2008
Sahur Pertama
Nyanyian zikir seekor burung pungguk
Menurunkan kesejukan kudus garis ufuk
Kunci pintu batinku membuka terbangun
Demi makan minum sahur setetes embun
Sebutir dua butir nasi putih berasap harum
Berlauk pauk rebus daun bunga sekuntum
Demi perintah suci dari dalam diriku sendiri
Sehangat suhu tubuh ruhani sebelum ku mati
Aku berniat ibadah puasa sehidup semati
Senyawa sehati sepasang panas dengan api
Menyalakan pijar puisi sinar cahaya ilahi
Di lubuk matahari siang malam kekal abadi
2008
Munawar Syamsuddin
tinggal di Boyolali, aktif menulis puisi di media cetak sejak tahun 1970.
rantaikata : solopos.net
keinginan | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 07 September 2008 , Hal.IV
Ku tak kan berjanji bila tak kan tepati
Ku tak kan meminta bila tak sanggup memberi
Ku hanya tawarkan satu cinta
Tempatmu berbagi dan tertawa
Seribu kataku, tak membuatmu mengenal
Senyum manisku, tak membuatmu terjerat
Kau tetap melangkah dan tak kan kembali
Teman, sulitkah kau percaya arti persahabatan?
Alifia Fathur Rizkiyah
SMP Negeri 9 Solo, Jl Sekar Jagad 1, Laweyan, Solo.
rantaikata : solopos.net
. |
Sejenak ku memandang lukisan agung Sang Kuasa: Langit dan para bidadari penerangnya, bintang-bintang Ingin katakan sebuah jeritan pada cinta Ungkapan hati budak hati yang kan ditinggal pergi |
Ku tak kan berjanji bila tak kan tepati
Ku tak kan meminta bila tak sanggup memberi
Ku hanya tawarkan satu cinta
Tempatmu berbagi dan tertawa
Seribu kataku, tak membuatmu mengenal
Senyum manisku, tak membuatmu terjerat
Kau tetap melangkah dan tak kan kembali
Teman, sulitkah kau percaya arti persahabatan?
Alifia Fathur Rizkiyah
SMP Negeri 9 Solo, Jl Sekar Jagad 1, Laweyan, Solo.
rantaikata : solopos.net
bayangan jiwa | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 07 September 2008 , Hal.IV
Hai!
Di manakah kau berada?
Kemarilah wahai bayangan jiwa!
Ku ingin kau tahu keinginanku padamu!
Kemarilah wahai bayangan jiwa!
Bantulah saudaramu yang merana ini!
Biarlah aku tak melihatmu
Yang terpenting adalah kau bisa melihatku
Melihatku mewarnai dunia
Dunia yang tak bisa menampakkanmu
Dunia yang telah memisahkan diriku dengan mu
Hai!
Bayangan jiwa!
Kemarilah wahai saudaraku!
Marilah kita bersajak irama!
Marilah kita bercengkerama ria!
Karena dirimulah aku ada dalam kedamaian...
Galih Purnama Sari
SMA Negeri 3 Sukoharjo, Jl Jend Sudirman No 197, Sukoharjo.
rantaikata : solopos.net
|
Ingin ku terbang menyusuri indahnya awan Ingin ku lepas dari segala akar-akar kepedihan Ingin ku bernyanyi dengan bayangan jiwa Bayangan yang selalu melekat Dengan puing-puing kehidupan |
Di manakah kau berada?
Kemarilah wahai bayangan jiwa!
Ku ingin kau tahu keinginanku padamu!
Kemarilah wahai bayangan jiwa!
Bantulah saudaramu yang merana ini!
Biarlah aku tak melihatmu
Yang terpenting adalah kau bisa melihatku
Melihatku mewarnai dunia
Dunia yang tak bisa menampakkanmu
Dunia yang telah memisahkan diriku dengan mu
Hai!
Bayangan jiwa!
Kemarilah wahai saudaraku!
Marilah kita bersajak irama!
Marilah kita bercengkerama ria!
Karena dirimulah aku ada dalam kedamaian...
Galih Purnama Sari
SMA Negeri 3 Sukoharjo, Jl Jend Sudirman No 197, Sukoharjo.
rantaikata : solopos.net
bulan terindah | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 31 Agustus 2008 , Hal.VIII
Allah berikan kenikmatan itu
Inilah bulan terindah
Ramadan yang damai
Bulan penuh kenikmatan
Ku telah rasakannya
Udara sejuk dan kedamaian
Inilah bulan terindah
Ku tak bisa pungkirinya
Oh Tuhanku...
Pencipta alam semesta ini
Lindungi aku hambamu
Sampai hari kemenangan itu tiba
Tiara Murti PD
kelas IX D SMP Negeri 1 Delanggu, Klaten.
rantaikata : solopos.net
Ketika cahaya matahari bersinar Embun pagi yang sejuk Dedaunan yang bersemi Rizki yang melimpah |
Allah berikan kenikmatan itu
Inilah bulan terindah
Ramadan yang damai
Bulan penuh kenikmatan
Ku telah rasakannya
Udara sejuk dan kedamaian
Inilah bulan terindah
Ku tak bisa pungkirinya
Oh Tuhanku...
Pencipta alam semesta ini
Lindungi aku hambamu
Sampai hari kemenangan itu tiba
Tiara Murti PD
kelas IX D SMP Negeri 1 Delanggu, Klaten.
rantaikata : solopos.net
kupunya cerita... | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 31 Agustus 2008 , Hal.VIII
Munafik, bebal, cerdik seperti ular...
Itulah dia, sahabat palsuku...
Dia pecahkan kepingan hatiku yang telah hancur...
Dia ambil belahan jiwaku...
Dia jahat, sangat...
Bukan, dia bukan sahabat...
Dia musuh yang cerdik...
Sahabat tak kan pernah seperti itu...
Karena sahabat akan selalu mengalah meski hatinya terluka...
Korinta Mitayani Gilang Pamungkas
kelas 3 IPS 2 SMA Kristen 1 Solo.
rantaikata : solopos.net
Sahabat... Dengar, ku punya cerita... Tentang sahabat yang tak bersahabat, Tentang musuk yang memakai topeng sahabat, Tentang perkataan manis yang sebenarnya candu... |
Munafik, bebal, cerdik seperti ular...
Itulah dia, sahabat palsuku...
Dia pecahkan kepingan hatiku yang telah hancur...
Dia ambil belahan jiwaku...
Dia jahat, sangat...
Bukan, dia bukan sahabat...
Dia musuh yang cerdik...
Sahabat tak kan pernah seperti itu...
Karena sahabat akan selalu mengalah meski hatinya terluka...
Korinta Mitayani Gilang Pamungkas
kelas 3 IPS 2 SMA Kristen 1 Solo.
rantaikata : solopos.net
sajaksajak imam abdul rofik | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 24 Agustus 2008 , Hal.V
Wanita tua itu pun melakukan hal yang sama
Menuruni lereng, menyusuri sungai
Sambil membawa sekarung bunga
Dengan aneka rupa dan warna
Sesampainya di pasar
Ia tata beragam bunga itu
dengan posisi seperti biasa,
posisi yang paling tepat tentunya
karena ia tahu,
Posisi menentukan pembeli
Hari itu, mungkin bukan hari baik untuknya
Dari fajar hingga mentari mulai tenggelam
Belum satu pun kembang terjual
Wajahnya pun mulai layu
Seperti melati tak disiram seminggu
Namun senyum senantiasa melekat di bibirmu
Aku pun menghampiri wanita tua itu
Ia berkata dengan penuh harap:
Badhe ngersakke napa, Den?
Lalu kubeli seikat mawar merah
Dengan harga tujuh ribu rupiah
Wajahnya pun mulai cerah kembali
Bagai bunga tulip di pagi hari
Tak lupa ia bungkus mawar itu
dengan doa untukku dan citaku
Pasar Kembang, 29 April 2008
Penerimaan
Kutanam benih cinta di hatiku
Tiap hari kusiram dengan air kerinduan
Tak lupa kupupuk dengan rasa kasih sayang
Benih mulai tumbuh dengan suburnya
Daun mulai menghijau di mana-mana
Bunga mulai mekar dengan seksama
Tiba saatnya sang bunga siap kupetik,
siap ku antarkan
Kucium bunga itu
Harumnya semerbak
dari tangkai hingga kelopak
Kuberikan bunga itu
Tepat dihari ulang tahunmu
Kau sambut aku dengan senyummu
Tak terasa air mata menetes di pipiku
Dan kau usap air mataku dengan jari lentikmu
Anyer, 4 Desember 2005
Imam Abdul Rofik, mahasiswa jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).
rantaikata : solopos.net
Penjual Bunga |
Sang mentari mulai beranjak dari tidurnya Bersiap jalankan tugas suci Instruksi Sang Maha Tinggi |
Wanita tua itu pun melakukan hal yang sama
Menuruni lereng, menyusuri sungai
Sambil membawa sekarung bunga
Dengan aneka rupa dan warna
Sesampainya di pasar
Ia tata beragam bunga itu
dengan posisi seperti biasa,
posisi yang paling tepat tentunya
karena ia tahu,
Posisi menentukan pembeli
Hari itu, mungkin bukan hari baik untuknya
Dari fajar hingga mentari mulai tenggelam
Belum satu pun kembang terjual
Wajahnya pun mulai layu
Seperti melati tak disiram seminggu
Namun senyum senantiasa melekat di bibirmu
Aku pun menghampiri wanita tua itu
Ia berkata dengan penuh harap:
Badhe ngersakke napa, Den?
Lalu kubeli seikat mawar merah
Dengan harga tujuh ribu rupiah
Wajahnya pun mulai cerah kembali
Bagai bunga tulip di pagi hari
Tak lupa ia bungkus mawar itu
dengan doa untukku dan citaku
Pasar Kembang, 29 April 2008
Penerimaan
Kutanam benih cinta di hatiku
Tiap hari kusiram dengan air kerinduan
Tak lupa kupupuk dengan rasa kasih sayang
Benih mulai tumbuh dengan suburnya
Daun mulai menghijau di mana-mana
Bunga mulai mekar dengan seksama
Tiba saatnya sang bunga siap kupetik,
siap ku antarkan
Kucium bunga itu
Harumnya semerbak
dari tangkai hingga kelopak
Kuberikan bunga itu
Tepat dihari ulang tahunmu
Kau sambut aku dengan senyummu
Tak terasa air mata menetes di pipiku
Dan kau usap air mataku dengan jari lentikmu
Anyer, 4 Desember 2005
Imam Abdul Rofik, mahasiswa jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).
rantaikata : solopos.net
sajaksajak andi dwi handoko | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 17 Agustus 2008 , Hal.V
Bianglala Reformasi
Lelaki tua tanpa kaca mata
Diam memandang sawah puso
Kemudian bertanya pada jerami-jerami
Inikah akibat reformasi?
Ketika pupuk beranjak naik
Hasil panen meringkuk di kolong tempat tidur
Petani pun berselimut kelaparan tidur di atas jerami
Lelaki itu masih diam
Mencoba mengejawantahkan reformasi
Terus berpikir merenung dalam gejolak pikiran kosong
Mata terlihat merah berduka maya
Nanar memandang sawah puso menjelma raksasa
Kemudian menelannya ke sebuah lembah
Yang disebut orang-orang sebagai lembah reformasi masa lalu
Ia sekarang tertidur dalam waktu tak lain dari dulu
Kembali ke masa lalu
Kakinya beranjak bangun dan bergumam
“Apa guna reformasi?!”
Menunggu purnama
Purnama telah usai
Namun kau masih berzig-zag melantunkan kidung asmarandana
Di atas rerumputan setelah berperang kelaparan
Kau buat kaki-kakimu menyilang
Mengapit kerikil batu pada semak kekuasaan
Sesuai iramamu
Tubuh bergolek menantang zaman
Tak tahu apa yang baru sadar
Kau membuka ketidakadilan di depan matamu
Kemudian kembali
Mengapit kerikil batu pada semak kekuasaan
Melemparnya ke dalam pasir waktu
Larut dan tenggelam menjadi pusara kematian
Kau tinggalkan risalah pada nisannya
Bahwa kau masih menyuruh liliput di depanmu
Untuk tetap menunggu purnama
Andi Dwi Handoko
mahasiswa PBSID FKIP UNS, aktif di Himpunan Mahasiswa PBSID FKIP UNS Bidang Kreativitas Mahasiswa dan teater Peron Solo. Karya pernah termuat dalam Antologi Cerpen Joglo 3, Antologi Puisi Pendhapa 4, SOLOPOS, Pawonsastra dan buletin intern kampus. Karya lagu dipentaskan dalam pementasan musik Teater Peron Solo.
rantaikata : solopos.net
|
Lelaki tua tanpa kaca mata
Diam memandang sawah puso
Kemudian bertanya pada jerami-jerami
Inikah akibat reformasi?
Ketika pupuk beranjak naik
Hasil panen meringkuk di kolong tempat tidur
Petani pun berselimut kelaparan tidur di atas jerami
Lelaki itu masih diam
Mencoba mengejawantahkan reformasi
Terus berpikir merenung dalam gejolak pikiran kosong
Mata terlihat merah berduka maya
Nanar memandang sawah puso menjelma raksasa
Kemudian menelannya ke sebuah lembah
Yang disebut orang-orang sebagai lembah reformasi masa lalu
Ia sekarang tertidur dalam waktu tak lain dari dulu
Kembali ke masa lalu
Kakinya beranjak bangun dan bergumam
“Apa guna reformasi?!”
Menunggu purnama
Purnama telah usai
Namun kau masih berzig-zag melantunkan kidung asmarandana
Di atas rerumputan setelah berperang kelaparan
Kau buat kaki-kakimu menyilang
Mengapit kerikil batu pada semak kekuasaan
Sesuai iramamu
Tubuh bergolek menantang zaman
Tak tahu apa yang baru sadar
Kau membuka ketidakadilan di depan matamu
Kemudian kembali
Mengapit kerikil batu pada semak kekuasaan
Melemparnya ke dalam pasir waktu
Larut dan tenggelam menjadi pusara kematian
Kau tinggalkan risalah pada nisannya
Bahwa kau masih menyuruh liliput di depanmu
Untuk tetap menunggu purnama
Andi Dwi Handoko
mahasiswa PBSID FKIP UNS, aktif di Himpunan Mahasiswa PBSID FKIP UNS Bidang Kreativitas Mahasiswa dan teater Peron Solo. Karya pernah termuat dalam Antologi Cerpen Joglo 3, Antologi Puisi Pendhapa 4, SOLOPOS, Pawonsastra dan buletin intern kampus. Karya lagu dipentaskan dalam pementasan musik Teater Peron Solo.
rantaikata : solopos.net
katak-katak syuhada | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 24 Agustus 2008 , Hal.VIII
Menggembung-melompat-menggembung-melompat
Darah hitam bertebaran di sekeliling
Kau tenang tak bergidig
Telah mengalir berjuta taktik
Tuk didihkan sekeliling, demi wujudkan impian kami
Melompat-berenang-melompat-berenang,
Menggembung-melompat,
Menggembung-melompat,
Menggembung-memangsa,
Wahai katak-katak syuhada
Telah kau buang waktu, asa dan kepunyaan
Untuk memangsa danau reformasi
Kini nurani suci gerimis atasmu
Merah putih kan sia-sia
Bung, seekor semut tak akan mencubitmu
Jika kau sediakan yang ia mau
Bung, jangan pernah kau injak-injak semut-semut yang menyambutmu
Cukuplah kau ingat bung,
Ketika semut-semut menyusu pada kayu bambu
Terlebih bambu runcing berlumur merah
Pada tangan-tangan hati yang suci dalam mengais merah putih
Namun, apakah kini jadi merah muda?
Donohudan 2008
Nadiyah El Karim, SMAN 1 Ngemplak.
rantaikata : solopos.net
Melompat-berenang-menggembung-memangsa Demikian banyak lembah dan bukit Terus saja kau lompati Walau banyak air mengalir Kau lewat saja walau perih |
Menggembung-melompat-menggembung-melompat
Darah hitam bertebaran di sekeliling
Kau tenang tak bergidig
Telah mengalir berjuta taktik
Tuk didihkan sekeliling, demi wujudkan impian kami
Melompat-berenang-melompat-berenang,
Menggembung-melompat,
Menggembung-melompat,
Menggembung-memangsa,
Wahai katak-katak syuhada
Telah kau buang waktu, asa dan kepunyaan
Untuk memangsa danau reformasi
Kini nurani suci gerimis atasmu
Merah putih kan sia-sia
Bung, seekor semut tak akan mencubitmu
Jika kau sediakan yang ia mau
Bung, jangan pernah kau injak-injak semut-semut yang menyambutmu
Cukuplah kau ingat bung,
Ketika semut-semut menyusu pada kayu bambu
Terlebih bambu runcing berlumur merah
Pada tangan-tangan hati yang suci dalam mengais merah putih
Namun, apakah kini jadi merah muda?
Donohudan 2008
Nadiyah El Karim, SMAN 1 Ngemplak.
rantaikata : solopos.net
sahabat | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 17 Agustus 2008 , Hal.VIII
Aku tahu perpisahan kita akan menjadi awal dari hidup kita
Hidup yang lebih baik di masa nanti
Tapi, bagaimana dengan kita?
Bagaimana dengan cinta?
Masa-masa yang telah kita lalui bersama
Apakah semua hanya akan jadi kenangan begitu saja?
Sahabat... waktu telah membuat kita semakin dewasa
Tapi waktu pulalh yang memisahkan kita
Dan waktu pulalah yang akan mempertemukan kita
Maharani, SMA Batik I Solo, Kelas XII A-3.
rantaikata : solopos.net
|
Sahabat... mengapa hatiku ini bagiku tak tenang? Sebelah hatiku senang, dan sebelahnya lagi bimbang Aku merasa belum siap untuk berpisah denganmu |
Hidup yang lebih baik di masa nanti
Tapi, bagaimana dengan kita?
Bagaimana dengan cinta?
Masa-masa yang telah kita lalui bersama
Apakah semua hanya akan jadi kenangan begitu saja?
Sahabat... waktu telah membuat kita semakin dewasa
Tapi waktu pulalh yang memisahkan kita
Dan waktu pulalah yang akan mempertemukan kita
Maharani, SMA Batik I Solo, Kelas XII A-3.
rantaikata : solopos.net
Kegundahan | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 17 Agustus 2008 , Hal.VIII
Saat termangu dalam kegelapan malam
Hanyalah kesunyian yang menghampiri
Kedinginan malam semakin mencekam
Saatku terjaga dalam mimpi
Kesunyian malam membuatku tetap termangu
Rasa ini, ingin terjaga dari mimpi
Hanyalah hati yang gundah membuatku begini
Hingga fajar aku tetap termangu
Entah apa yang terjadi
Mulut ini terasa terkunci rapat-rapat
Hati ini tak merasa bergeming
Bagai belenggu tak berujung
Inginku tenggelamkan kegundahan ini
Kegundahan...
Yang membuatku begini
Ririn Crisnandari
SMA Negeri 1 Sukoharjo, Jl Pemuda No 38 Sukoharjo.
rantaikata : solopos.net
Hanyalah kesunyian yang menghampiri
Kedinginan malam semakin mencekam
Saatku terjaga dalam mimpi
Kesunyian malam membuatku tetap termangu
Rasa ini, ingin terjaga dari mimpi
Hanyalah hati yang gundah membuatku begini
Hingga fajar aku tetap termangu
Entah apa yang terjadi
Mulut ini terasa terkunci rapat-rapat
Hati ini tak merasa bergeming
Bagai belenggu tak berujung
Inginku tenggelamkan kegundahan ini
Kegundahan...
Yang membuatku begini
Ririn Crisnandari
SMA Negeri 1 Sukoharjo, Jl Pemuda No 38 Sukoharjo.
rantaikata : solopos.net
No comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar Anda. No Spam No Ads. Thanks.