Friday, September 14, 2012

Puisi-puisi Solopos (bagian 6)

Oct 6, '08 12:00 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 05 Oktober 2008 , Hal.IV

Kini ku sadari...
Murni cintamu kasih
Cintamu terurai indah dalam syair
Ku ucapkan sumpah atas nama cinta
Tak kan ku berpaling jauh dari sisimu
Kan ku dekap
Kasih cinta suci dalam kalbuku
Kan ku abadikan
Dalam bingkai cintaku


Begitu diriku mencintaimu
Cinta begini yang ku harapkan
Bingkisan kata sayang
Terpancar dalam heningnya petang
Jadikan buku cinta ini
Menjelma menjadi satu karangan arti cinta

Muh Zusuf Qordhowi,
SMA MTA Solo, Jl Kyai Mojo, Semanggi, Solo

rantaikata : solopos.net

Sep 28, '08 12:01 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 28 September 2008 , Hal.IV

Seribu jejak langkah,
Berbuah segenggam doa
Sejangkah kaki berjalan,
Berbuah sekeranjang amal.

Berjalan...
Menikmati malam penuh doa
Terdiam...
Merenung lelap, berjatuhan kurma sebiji.

Berlalu hari...
Secuil malam terakhirpun terbit
Terbuka sebuah lembaran
Lembaran ayat suci Alquran

Di sudut...
Di tengah mesjid...
Di luar ruangan
Senandung pujian dikumandangkan

Di malam beribu ampunan
Berdesakan berjuta sayap putih
Di tiap-tiap debu yang bergulir
Yang tak segan memintakan ampunan

Di malam yang terakhir
Secuil malam yang tengah akhir
Menyimpan sejuta cahaya
Bersama mereka
Yang sungguh dan ikhlas
Memanjat doa kepada-Nya.

Nuruddin Nova S
Klewer RT 02/VII, Sraten, Gatak, Sukoharjo


rantaikata : solopos.net

Sep 28, '08 12:00 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 28 September 2008 , Hal.IV

Nafas yang kuhirup
Nyawa ditubuhku
Kenikmatan ini
Ku rasakan semuanya

Tapi...
Ku tak pernah menyadarinya
Semuanya kurasakan
Karena kuasamu

Slalu kusakiti engkau
Slalu kutinggalkan engkau
Tak pernah ku bersyukur
Atas semua rahmatmu

Kini ku sadari
Semua yang terjadi karena kuasamu
Allah yang maha kuasa

Aku berjanji
Dalam setiap hembusan
Nafasku...
Ku kan slalu bersyukur

Tiara Murti
kelas IX D, SMP N 1 Delanggu, Jl PK Delanggu Baru, Klaten


rantaikata : solopos.net

Sep 21, '08 9:37 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 21 September 2008 , Hal.VIII
.
di negeri gasing

ketika mata melirik
jadi mendelik
layar film terbaru diputar
asing ditemukan

gunung berapi
menahan lahar
minyak tumpah
di atas ombak

angin pusing
di negeri gasing
semua gerak
bau ketiak

ketika tahu
semua beku
sekarung batu
harus membisu

suara menggema
sekejap sirna
angin diam
jadi juara

di negeri gasing
cakrawala digiring


kuakui kesedihan itu

kuakui kau memukau di atas panggung
orang-orang memuji lalu termenung
tetapi bukan itu maumu
ingin mengalir suara-suara madu
nurani memberi tahu
pada gemerlap lampu
serangga-serangga terperangkap dari gelap

baru beberapa waktu mengenalmu
seusai seminar kesenian di kotamu
lalu bertukan sms
tanpa tirai jendela dan pintu
yang menerobos pilu atau gerutu

kuakui kau menjelma pohon
meneduhkan gunung
dan tepi jurang
di pedalaman Ngawi
kau menganyam hari
dari kesederhanaan diri

kuakui kesederhanaan gunung kebiru-biruan

suratku baru saja kulayangkan
berisi sekian banyak desakan

Sunardi KS
lahir di Dukuh Bendowangen, Mayonglor, Mayong, Jepara, tahun 1955. Menulis sejak tahun 1980-an. Dan menulis dalam bahasa Indonesia, dan...
rantaikata : solopos.net

Sep 21, '08 9:34 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 21 September 2008 , Hal.IV

Pagi esok tlah kunanti
Mega sore ingin ku menutupnya
Ingin...


Kutunjukkan padanya
Esok penuh ampunan sudah menanti

Ingin...
Ku menjerit padanya
Padanya surga, jalanlah waktumu
Ramadanku...

Ku...nanti
Tak sabar ku nanti menepis hari
Menepis langkah

Kusandarkan waktuku
Di pundak...
Di pundak rembulan malam
Biar esok menjemputku

Istiqomah
Klas XIIAI, MAN 1 Sragen

rantaikata : solopos.net

Sep 20, '08 10:58 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 21 September 2008 , Hal.IV

Tiap detik terus berlalu
Tak berjejak... tak berbekas
Menggores sejarah
Yang kelam nan berliku


Ingin ku kembali
Ingin ku mengejar
Yang tak bisa terkejar
Hanya bisa terkenang

Pantaskah kuberharap
Tentang waktuku yang tlah lalu
Ingin kutata kembali
Ingin kulalui lagi

Ingin kubuang
Kegelisahan, ketakutan, keputusasaan
Ingin kudapatkan
Semua kepastian

Dan demi waktu...
Akankah kembali terulang?

Setia Ayu Maruti
Jagalan RT 01/RW 05, Bumi, Laweyan, Solo 57148.

rantaikata : solopos.net

Sep 16, '08 10:43 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 14 September 2008 , Hal.VIII

jangan gelisah saudara

Walau pengadilan tak mampu berbuat adil
Walau kekayaan bangsa ludes terkuras
Walau harta koruptor telanjur parkir di luar angkasa
Jangan gelisah, Saudara
Kita masih kaya


Memang, Saudara
Ratusan tahun harta musnah dijarah penjajah
Setelah merdeka terkikis habis dipindah ke Swiss
Tetapi takkan Saudara, takkan habis
Tuhan Maha Kaya
Jangan gelisah, saudara
Kita masih Kaya

Lihat Saudara
Laut dan isinya
Gunung dan suburnya
Bumi dan tambangnya
Hutan dan kekayaannya
Anak-anak dan cita-citanya
Adalah milik kita
Tak usah kita gelisah, Saudara
Kita masih kaya

Batu, Januari 2008

apa milik kita?

Bumi dan tambangnya
Laut dan isinya
Gunung dan suburnya
Hutan dan kekayaannya
Anak-anak dan cita-citanya
Guru dan pengabdiannya
Adalah milik kita

Manusia dan serakahnya
Penduduk dan malasnya
Pejabat dan korupnya
Pemuda dan foya-foyanya
Sungai dan keruhnya
Bencana dan korbannya
Sampah dan pemulungnya
Adalah milik kita

Batu, Januari 2008

Wiyono
Guru SMP Negeri 1 Paranggupito Wonogiri.
rantaikata : solopos.net

Sep 16, '08 10:42 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 14 September 2008 , Hal.IV

Malam...
Tersirat sinar rembulan
Bersinar terangi alam
Yang tertidur, terlelap
Meniti waktu perlahan
Berjalan begitu pelan


Malam...
Seperti inikah sepi?
Waktu berjalan pelan
Angin berhembus menghilang

Malam...
Seperti inikah duka?
Tak ada teman bercerita
Sahabat pergi tinggalkan duka

Malam...
Begitu setia temani alam
Tertidur,
Meniti sepi yang seperti ini

Setyaningsih
Garen RT 04/III Pandeyan, Ngemplak, Boyolali.

rantaikata : solopos.net

Sep 16, '08 10:37 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 14 September 2008 , Hal.IV

Di lingkaran pekat
terpaku
tak terlihat


setitik nur
menghampiri
Terangi jalan pada-Mu
Segala puji bagi-Mu
Yang mencukupkan rizki
Untuk Alif kecil

Ya Rab semesta alam
Pereratlah taliku dengan Alif

Jadikanlah ia mutiara terindahku
kusumaku yang ayu
Istiqomahkan ia di jalan-Mu
Dan berikan padanya miftah menuju Jannah-Mu

Nabiela Tiarasari
SMP IT Nur Hidayah, Jl Kahuripan Utara, Sumber, Solo.

rantaikata : solopos.net

Sep 13, '08 11:12 AM
untuk semuanya
hari ini ku takkan kemana
menunggu apa yang terjadi


semua yang kuharap semula

dari lubuk ku tajam memaknai

ramai!

nan damai!


kunjungku harapkan

biar terbawa sampai kau mau

otakku takkan mampu mencernai, kawan!

aku harus ikuti saja kemauan isi hatiku

tetapi..!

saranmu akan s'lalu kuingat kawan!

di lubuk yang hampir mati ini


aku takkan kemana

kemanapun ku langkahkan kaki

kan tiba juga kita bersua kembali

lagi, disini...


memang...!


segala pertemuan itu menyenangkan

tapi pula harus kita renungkan, kawan!

segala pertemuan itu pasti ada perpisahan

bukankah!

itu sudah jadi kodrat Ilahi


dan kaupun menangis terharu dan bahagia

kawanku...

bagaimana jalan panjang kita nanti ?

ingatkah kau padaku...

pada sobatsobat kita...


semua...


dan akupun takkan kemana

kan ku jaga persahabatan kita

atau terkoyak waktu!

selamanya...

jadi beku!


karanganyar,- - -

rantaikata :
serampaikata

dimuat di solopos

Edisi : Minggu, 08 Oktober 2006 , Hal.V

Sep 7, '08 10:34 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 31 Agustus 2008 , Hal.V

Marhaban Ramadan

Sekuntum bulan sabit
Mencium ubun-ubun embun
Sekemilau mata pisau silet
Perintah tarawih hidmat sedang turun


Makan minum sahur sebelum imsak
Tadarus ayat kitab suci kudus kusimak
Kuhangatkan subuh sembahyang
Merapat tubuh mulut semua liang

Seharian kelamin kembali kusunat
Saat azan magrib serentak pulih dan sehat
Sekuntum bulan bertambah ranum
Di halaman taman tergelar pasar malam

Di surau mesjid upacara ibadah malam
Asap api masakan menyalakan dapur umum
Mereguk teh kopi hangat di bibir makrifat
Terima kasih Tuhan, hidup semakin nikmat
2008

Magrib Ramadan

Setetes senja
Tergenang merah kesumba
Mengambang di pelupuk
Mataku membasah di ufuk

Setetes air mata
Menangis bahagia
Melepas matahari terpuruk
Ditenggelamkan ombak

Jauh luas laut pancaroba
Kuicip nikmat garamnya
Alhamdulillah tubuh ruh
Menebus puasa tuntas utuh

Tapi, Allah, aku terdampar jauh
Di pulau asing terpencil
Jemaat kapalku sudah punah
Tinggal seorang imam tunggal

Menyembahyang nasib
Sekusuk salat Magrib
Aku pun sembahyang gaib
Untuk korban-korban raib
2008

Sahur Pertama

Nyanyian zikir seekor burung pungguk
Menurunkan kesejukan kudus garis ufuk
Kunci pintu batinku membuka terbangun
Demi makan minum sahur setetes embun

Sebutir dua butir nasi putih berasap harum
Berlauk pauk rebus daun bunga sekuntum
Demi perintah suci dari dalam diriku sendiri
Sehangat suhu tubuh ruhani sebelum ku mati

Aku berniat ibadah puasa sehidup semati
Senyawa sehati sepasang panas dengan api
Menyalakan pijar puisi sinar cahaya ilahi
Di lubuk matahari siang malam kekal abadi
2008

Munawar Syamsuddin
tinggal di Boyolali, aktif menulis puisi di media cetak sejak tahun 1970.

rantaikata : solopos.net

Sep 7, '08 10:22 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 07 September 2008 , Hal.IV
.
Sejenak ku memandang lukisan agung Sang Kuasa:
Langit dan para bidadari penerangnya, bintang-bintang
Ingin katakan sebuah jeritan pada cinta
Ungkapan hati budak hati yang kan ditinggal pergi


Ku tak kan berjanji bila tak kan tepati
Ku tak kan meminta bila tak sanggup memberi
Ku hanya tawarkan satu cinta
Tempatmu berbagi dan tertawa

Seribu kataku, tak membuatmu mengenal
Senyum manisku, tak membuatmu terjerat
Kau tetap melangkah dan tak kan kembali
Teman, sulitkah kau percaya arti persahabatan?

Alifia Fathur Rizkiyah
SMP Negeri 9 Solo, Jl Sekar Jagad 1, Laweyan, Solo.

rantaikata : solopos.net

Sep 7, '08 10:20 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 07 September 2008 , Hal.IV

Ingin ku terbang menyusuri indahnya awan
Ingin ku lepas dari segala akar-akar kepedihan
Ingin ku bernyanyi dengan bayangan jiwa
Bayangan yang selalu melekat
Dengan puing-puing kehidupan

Hai!
Di manakah kau berada?
Kemarilah wahai bayangan jiwa!
Ku ingin kau tahu keinginanku padamu!
Kemarilah wahai bayangan jiwa!
Bantulah saudaramu yang merana ini!
Biarlah aku tak melihatmu
Yang terpenting adalah kau bisa melihatku
Melihatku mewarnai dunia
Dunia yang tak bisa menampakkanmu
Dunia yang telah memisahkan diriku dengan mu
Hai!
Bayangan jiwa!
Kemarilah wahai saudaraku!
Marilah kita bersajak irama!
Marilah kita bercengkerama ria!
Karena dirimulah aku ada dalam kedamaian...

Galih Purnama Sari
SMA Negeri 3 Sukoharjo, Jl Jend Sudirman No 197, Sukoharjo.

rantaikata : solopos.net

Sep 7, '08 10:17 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 31 Agustus 2008 , Hal.VIII

Ketika cahaya matahari bersinar
Embun pagi yang sejuk
Dedaunan yang bersemi
Rizki yang melimpah


Allah berikan kenikmatan itu
Inilah bulan terindah
Ramadan yang damai
Bulan penuh kenikmatan

Ku telah rasakannya
Udara sejuk dan kedamaian
Inilah bulan terindah
Ku tak bisa pungkirinya

Oh Tuhanku...
Pencipta alam semesta ini
Lindungi aku hambamu
Sampai hari kemenangan itu tiba

Tiara Murti PD
kelas IX D SMP Negeri 1 Delanggu, Klaten.
rantaikata : solopos.net

Sep 7, '08 10:13 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 31 Agustus 2008 , Hal.VIII

Sahabat...
Dengar, ku punya cerita...
Tentang sahabat yang tak bersahabat,
Tentang musuk yang memakai topeng sahabat,
Tentang perkataan manis yang sebenarnya candu...


Munafik, bebal, cerdik seperti ular...
Itulah dia, sahabat palsuku...

Dia pecahkan kepingan hatiku yang telah hancur...
Dia ambil belahan jiwaku...
Dia jahat, sangat...

Bukan, dia bukan sahabat...
Dia musuh yang cerdik...

Sahabat tak kan pernah seperti itu...
Karena sahabat akan selalu mengalah meski hatinya terluka...

Korinta Mitayani Gilang Pamungkas
kelas 3 IPS 2 SMA Kristen 1 Solo.
rantaikata : solopos.net

Aug 24, '08 12:42 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 24 Agustus 2008 , Hal.V
 
Penjual Bunga

Sang mentari mulai beranjak dari tidurnya
Bersiap jalankan tugas suci
Instruksi Sang Maha Tinggi


Wanita tua itu pun melakukan hal yang sama
Menuruni lereng, menyusuri sungai
Sambil membawa sekarung bunga
Dengan aneka rupa dan warna

Sesampainya di pasar
Ia tata beragam bunga itu
dengan posisi seperti biasa,
posisi yang paling tepat tentunya
karena ia tahu,
Posisi menentukan pembeli

Hari itu, mungkin bukan hari baik untuknya
Dari fajar hingga mentari mulai tenggelam
Belum satu pun kembang terjual

Wajahnya pun mulai layu
Seperti melati tak disiram seminggu
Namun senyum senantiasa melekat di bibirmu
Aku pun menghampiri wanita tua itu
Ia berkata dengan penuh harap:

Badhe ngersakke napa, Den?

Lalu kubeli seikat mawar merah
Dengan harga tujuh ribu rupiah

Wajahnya pun mulai cerah kembali
Bagai bunga tulip di pagi hari
Tak lupa ia bungkus mawar itu
dengan doa untukku dan citaku

Pasar Kembang, 29 April 2008


Penerimaan

Kutanam benih cinta di hatiku
Tiap hari kusiram dengan air kerinduan
Tak lupa kupupuk dengan rasa kasih sayang

Benih mulai tumbuh dengan suburnya
Daun mulai menghijau di mana-mana
Bunga mulai mekar dengan seksama

Tiba saatnya sang bunga siap kupetik,
siap ku antarkan

Kucium bunga itu
Harumnya semerbak
dari tangkai hingga kelopak

Kuberikan bunga itu
Tepat dihari ulang tahunmu
Kau sambut aku dengan senyummu
Tak terasa air mata menetes di pipiku
Dan kau usap air mataku dengan jari lentikmu

Anyer, 4 Desember 2005

Imam Abdul Rofik, mahasiswa jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).


rantaikata : solopos.net

Aug 24, '08 12:38 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 17 Agustus 2008 , Hal.V
 
Bianglala Reformasi

Lelaki tua tanpa kaca mata
Diam memandang sawah puso
Kemudian bertanya pada jerami-jerami
Inikah akibat reformasi?
Ketika pupuk beranjak naik
Hasil panen meringkuk di kolong tempat tidur
Petani pun berselimut kelaparan tidur di atas jerami
Lelaki itu masih diam
Mencoba mengejawantahkan reformasi
Terus berpikir merenung dalam gejolak pikiran kosong
Mata terlihat merah berduka maya
Nanar memandang sawah puso menjelma raksasa
Kemudian menelannya ke sebuah lembah
Yang disebut orang-orang sebagai lembah reformasi masa lalu
Ia sekarang tertidur dalam waktu tak lain dari dulu
Kembali ke masa lalu
Kakinya beranjak bangun dan bergumam
“Apa guna reformasi?!”

Menunggu purnama

Purnama telah usai
Namun kau masih berzig-zag melantunkan kidung asmarandana
Di atas rerumputan setelah berperang kelaparan
Kau buat kaki-kakimu menyilang
Mengapit kerikil batu pada semak kekuasaan
Sesuai iramamu
Tubuh bergolek menantang zaman
Tak tahu apa yang baru sadar
Kau membuka ketidakadilan di depan matamu
Kemudian kembali
Mengapit kerikil batu pada semak kekuasaan
Melemparnya ke dalam pasir waktu
Larut dan tenggelam menjadi pusara kematian
Kau tinggalkan risalah pada nisannya
Bahwa kau masih menyuruh liliput di depanmu
Untuk tetap menunggu purnama

Andi Dwi Handoko

mahasiswa PBSID FKIP UNS, aktif di Himpunan Mahasiswa PBSID FKIP UNS Bidang Kreativitas Mahasiswa dan teater Peron Solo. Karya pernah termuat dalam Antologi Cerpen Joglo 3, Antologi Puisi Pendhapa 4, SOLOPOS, Pawonsastra dan buletin intern kampus. Karya lagu dipentaskan dalam pementasan musik Teater Peron Solo.

rantaikata : solopos.net

Aug 23, '08 11:54 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 24 Agustus 2008 , Hal.VIII

Melompat-berenang-menggembung-memangsa
Demikian banyak lembah dan bukit
Terus saja kau lompati
Walau banyak air mengalir
Kau lewat saja walau perih


Menggembung-melompat-menggembung-melompat
Darah hitam bertebaran di sekeliling
Kau tenang tak bergidig
Telah mengalir berjuta taktik
Tuk didihkan sekeliling, demi wujudkan impian kami

Melompat-berenang-melompat-berenang,
Menggembung-melompat,
Menggembung-melompat,
Menggembung-memangsa,

Wahai katak-katak syuhada
Telah kau buang waktu, asa dan kepunyaan
Untuk memangsa danau reformasi
Kini nurani suci gerimis atasmu


Merah putih kan sia-sia

Bung, seekor semut tak akan mencubitmu
Jika kau sediakan yang ia mau
Bung, jangan pernah kau injak-injak semut-semut yang menyambutmu
Cukuplah kau ingat bung,
Ketika semut-semut menyusu pada kayu bambu
Terlebih bambu runcing berlumur merah
Pada tangan-tangan hati yang suci dalam mengais merah putih
Namun, apakah kini jadi merah muda?
Donohudan 2008

Nadiyah El Karim, SMAN 1 Ngemplak.


rantaikata : solopos.net

Aug 23, '08 11:07 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 17 Agustus 2008 , Hal.VIII

Sahabat... mengapa hatiku ini bagiku tak tenang?
Sebelah hatiku senang, dan sebelahnya lagi bimbang
Aku merasa belum siap untuk berpisah denganmu

Aku tahu perpisahan kita akan menjadi awal dari hidup kita
Hidup yang lebih baik di masa nanti
Tapi, bagaimana dengan kita?
Bagaimana dengan cinta?
Masa-masa yang telah kita lalui bersama
Apakah semua hanya akan jadi kenangan begitu saja?

Sahabat... waktu telah membuat kita semakin dewasa
Tapi waktu pulalh yang memisahkan kita
Dan waktu pulalah yang akan mempertemukan kita

Maharani, SMA Batik I Solo, Kelas XII A-3.


rantaikata : solopos.net

Aug 23, '08 10:47 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 17 Agustus 2008 , Hal.VIII


Saat termangu dalam kegelapan malam
Hanyalah kesunyian yang menghampiri
Kedinginan malam semakin mencekam
Saatku terjaga dalam mimpi

Kesunyian malam membuatku tetap termangu
Rasa ini, ingin terjaga dari mimpi
Hanyalah hati yang gundah membuatku begini
Hingga fajar aku tetap termangu
Entah apa yang terjadi
Mulut ini terasa terkunci rapat-rapat
Hati ini tak merasa bergeming
Bagai belenggu tak berujung
Inginku tenggelamkan kegundahan ini
Kegundahan...
Yang membuatku begini

Ririn Crisnandari
SMA Negeri 1 Sukoharjo, Jl Pemuda No 38 Sukoharjo.


rantaikata : solopos.net

No comments:

Post a Comment

Silakan beri komentar Anda. No Spam No Ads. Thanks.