puisipuisi wahyu priyono | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 10 Agustus 2008 , Hal.V
Si keparat yang hebat
Cerita terhebat di abad ini
Melelahkan telinga jagat raya
Membakar gelora amarah tiap anak manusia
Menjadi dongeng busuk sang nenek pada cucunya
Si Keparat yang hebat
Mungkin ia hanya tertawa
Ketika cerita ini masuk kurikulum negeri tak bertuan ini
Bahkan prolognya pun mampu menghentakkan memori jiwa
Menghalau kebaikan cerita Sang Kancil
Si Keparat yang hebat
Dongeng yang tak pernah tamat
Menghadirkan episode-episode anti klimaks
Melahirkan generasi keparat yang tak kalah hebat
Solo, 2002
Ketika belati bicara
Ketika hati panas membara
Ketika mulut berpacu dalam amarah
Ketika mata berubah menjadi merah
Belati pun bicara menerjemahkan kata dengan darah
Mengapa lidah rakyat bangsa ini berubah menjadi belati?
Solo, 2002
Orkestra gamelan
Nang ning nung neng gong
Mengalun serempak, rampak
Membelah kesunyian dalam ketakutan bicara
Menyuarakan kebenaran
Nang ning nung neng gong
Saron, bonang, gambang, kendang, gong bersatu
Dalam perbedaan bunyi
Menggelegar dalam irama laras. Lembut
Nang ning nung neng gong
Demokrasi gamelan adalah cermin bening
Suara keadilan tanpa aling-aling
Tanpa topeng hitam, apalagi bermuka dua
Irama sampak adalah gelora kebersamaan. Nada
Nang ning nung neng gong
Gong besar berbunyi
Semua berhenti
Solo, 2003
Wahyu Priyono (merangkum puisi-puisi karya sendiri dalam buku Nyanyian Jiwa; 2000 dan Antologi Adalah Cinta: 2004 yang dicetak terbatas)
rantaikata : solopos.net
wajah negeriku Wajah negeriku penuh jelaga; darah Dihiasi warna-warna ketidakpastian Tangan-tangan Sang penguasa Menari-nari di atas kaki penderitaan Ketika seribu wajah berteriak Hanya kesunyian yang terdengar Wajah negeriku kini telah membantu, beku Di tengah arus gelombang reformasi Solo, 1998 |
Si keparat yang hebat
Cerita terhebat di abad ini
Melelahkan telinga jagat raya
Membakar gelora amarah tiap anak manusia
Menjadi dongeng busuk sang nenek pada cucunya
Si Keparat yang hebat
Mungkin ia hanya tertawa
Ketika cerita ini masuk kurikulum negeri tak bertuan ini
Bahkan prolognya pun mampu menghentakkan memori jiwa
Menghalau kebaikan cerita Sang Kancil
Si Keparat yang hebat
Dongeng yang tak pernah tamat
Menghadirkan episode-episode anti klimaks
Melahirkan generasi keparat yang tak kalah hebat
Solo, 2002
Ketika belati bicara
Ketika hati panas membara
Ketika mulut berpacu dalam amarah
Ketika mata berubah menjadi merah
Belati pun bicara menerjemahkan kata dengan darah
Mengapa lidah rakyat bangsa ini berubah menjadi belati?
Solo, 2002
Orkestra gamelan
Nang ning nung neng gong
Mengalun serempak, rampak
Membelah kesunyian dalam ketakutan bicara
Menyuarakan kebenaran
Nang ning nung neng gong
Saron, bonang, gambang, kendang, gong bersatu
Dalam perbedaan bunyi
Menggelegar dalam irama laras. Lembut
Nang ning nung neng gong
Demokrasi gamelan adalah cermin bening
Suara keadilan tanpa aling-aling
Tanpa topeng hitam, apalagi bermuka dua
Irama sampak adalah gelora kebersamaan. Nada
Nang ning nung neng gong
Gong besar berbunyi
Semua berhenti
Solo, 2003
Wahyu Priyono (merangkum puisi-puisi karya sendiri dalam buku Nyanyian Jiwa; 2000 dan Antologi Adalah Cinta: 2004 yang dicetak terbatas)
rantaikata : solopos.net
ikhtiar | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 10 Agustus 2008 , Hal.VIII
Tapi mau apa lagi
semua telah kulakukan
berusaha,
berusaha,
berdoa
Tapi memang tak ada yang percuma
karena harapan selalu ada
dan Tuhan...
Dia penentu segala
Roni Tri Juwarko
Cubluk RT 01/RW IV, Giritirto, Wonogiri.
rantaikata : solopos.net
|
Rasa lelah itu terkadang singgah penat dan letih |
Tapi mau apa lagi
semua telah kulakukan
berusaha,
berusaha,
berdoa
Tapi memang tak ada yang percuma
karena harapan selalu ada
dan Tuhan...
Dia penentu segala
Roni Tri Juwarko
Cubluk RT 01/RW IV, Giritirto, Wonogiri.
rantaikata : solopos.net
memori dalam malam | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 10 Agustus 2008 , Hal.VIII
Bulan setengah cembung
pancarkan lembut sinarnya
menyusup dari celah-celah
mega mendung yang beriringan
kerlip bintang
tersebar sejauh mata memandang
sayup-sayup daun di ranting
berdesah halus dalam angin
Tersirat dalam benak
siluet yang ku kenal
yang kini hilang tak berbekas
taman persahabatan
terbengkalai berantakan
kering kerontang
Sahabat...
ku ingat kenangan bersamamu
lalui suka duka bersama
semua tersimpan dalam memoriku
terpendam dalam.
Namun malam ini,
memori itu menyeruak
mengusik tatanan kalbu
tinggalkan luka perih
terbuka menganga
entah sampai kapan?
dalam malam
tetes air mata ini
Jadi saksi bisu
atas luka batin
tak terobati
Satriya Tjahya Hudaya
SMA Al Islam 1 Solo.
rantaikata : solopos.net
Ketika malam merambah langit senyap tanpa suara hanya deru sepoi angin di antara sersah daun |
Bulan setengah cembung
pancarkan lembut sinarnya
menyusup dari celah-celah
mega mendung yang beriringan
kerlip bintang
tersebar sejauh mata memandang
sayup-sayup daun di ranting
berdesah halus dalam angin
Tersirat dalam benak
siluet yang ku kenal
yang kini hilang tak berbekas
taman persahabatan
terbengkalai berantakan
kering kerontang
Sahabat...
ku ingat kenangan bersamamu
lalui suka duka bersama
semua tersimpan dalam memoriku
terpendam dalam.
Namun malam ini,
memori itu menyeruak
mengusik tatanan kalbu
tinggalkan luka perih
terbuka menganga
entah sampai kapan?
dalam malam
tetes air mata ini
Jadi saksi bisu
atas luka batin
tak terobati
Satriya Tjahya Hudaya
SMA Al Islam 1 Solo.
rantaikata : solopos.net
kampanye | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 03 Agustus 2008 , Hal.V
Kukibarkan bendera partai
Menyusui keinginanku
Kugunakan waktu kampanye
Untuk berkomunikasi
Biar suci nurani tumbuh di negeri ini
Abadi rasa kemerdekaan berpolitik
Golput
Tidak ada komunikasi
Kibarkan suara hati
Tidak ada tinta di ujung jari
Demokrasi suci?
Tidak ada tilas tapak jejak kaki
Bilik suara hampa angka
Botol tinta masih berisi dijaga ketat panitia
Tidak ada celup-mencelup ujung jari
Tidak ada janji
Lembaran hati suci
Tidak ada pendusta
Tidak ada warna
Ujung jemari leluasa menari-nari
Tidak ada komunikasi
Di antara kandidat dan kami!
Bilik suara
Aku kuasa atas satu suara
Buka lembaran tusuk segera
Gambar-gambar wajah kandidat warna menyala
Gema debat antarkandidat
Mengingatkan jemariku
Tapi, tidak ada waktu
Mengingat
Menakar timbang janjimu
Lalu, kutusuk salah satu wajah yang paling menyala
Tidak ada gema
Di bilik suara, onggokan janji di gudang jiwa
Warna tinta celup di ujung jari akan sirna
Aku tahu kau kandidat yang jadi pejabat
Kuasa atas satu wilayah
Tidak pernah singgah
Tidak pernah menggugah
Kehidupan kampungku
Kehidupan masa depanku
Aku hanya kuasa atas satu suara
Satu-satu-satu, hanya satu suara
Sia-sia, sia-sia, hanya sia-sia
Drs Agus Budi Wahyudi MHumstaf pengajar di PBSID FKIP UMS
rantaikata : solopos.net
Kugunakan waktu kampanye Untuk berkomunikasi Membeber visi, menggelar misi Partaiku idolaku Partaiku pilihanku Partaiku anti pembuih janji Partaiku tanpa pengganda janji |
Kukibarkan bendera partai
Menyusui keinginanku
Kugunakan waktu kampanye
Untuk berkomunikasi
Biar suci nurani tumbuh di negeri ini
Abadi rasa kemerdekaan berpolitik
Golput
Tidak ada komunikasi
Kibarkan suara hati
Tidak ada tinta di ujung jari
Demokrasi suci?
Tidak ada tilas tapak jejak kaki
Bilik suara hampa angka
Botol tinta masih berisi dijaga ketat panitia
Tidak ada celup-mencelup ujung jari
Tidak ada janji
Lembaran hati suci
Tidak ada pendusta
Tidak ada warna
Ujung jemari leluasa menari-nari
Tidak ada komunikasi
Di antara kandidat dan kami!
Bilik suara
Aku kuasa atas satu suara
Buka lembaran tusuk segera
Gambar-gambar wajah kandidat warna menyala
Gema debat antarkandidat
Mengingatkan jemariku
Tapi, tidak ada waktu
Mengingat
Menakar timbang janjimu
Lalu, kutusuk salah satu wajah yang paling menyala
Tidak ada gema
Di bilik suara, onggokan janji di gudang jiwa
Warna tinta celup di ujung jari akan sirna
Aku tahu kau kandidat yang jadi pejabat
Kuasa atas satu wilayah
Tidak pernah singgah
Tidak pernah menggugah
Kehidupan kampungku
Kehidupan masa depanku
Aku hanya kuasa atas satu suara
Satu-satu-satu, hanya satu suara
Sia-sia, sia-sia, hanya sia-sia
Drs Agus Budi Wahyudi MHumstaf pengajar di PBSID FKIP UMS
rantaikata : solopos.net
melepas kenangan (untuk tiga tahun yang indah di SMP) | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 03 Agustus 2008 , Hal.VIII
Aku rindu...
Masa-masa itu...
Guru-guru yang tersenyum ramah
Walau kadang beliau juga marah
Karena kami sering berulah
Aku rindu...
Waktu-waktu itu...
Berdiri menunggu jemputan
Sambil tersipu berpandangan
Lalu ia mengajak berkenalan
Andai saja...
Jarum waktu dapat diputar kembali
Kuingin mengalaminya sekali lagi
Namun apa daya...
Dunia terus berlari
Aku tidak boleh berhenti
Hanya sampai di sini
Ninggar Ayu Soraya
Alumni 2007/2008, SMP Negeri 7 Solo.
rantaikata : solopos.net
Aku rindu... Hari-hari itu... Berseragam putih biru Mengawali petualangan seru Bersama dengan sahabat baru |
Masa-masa itu...
Guru-guru yang tersenyum ramah
Walau kadang beliau juga marah
Karena kami sering berulah
Aku rindu...
Waktu-waktu itu...
Berdiri menunggu jemputan
Sambil tersipu berpandangan
Lalu ia mengajak berkenalan
Andai saja...
Jarum waktu dapat diputar kembali
Kuingin mengalaminya sekali lagi
Namun apa daya...
Dunia terus berlari
Aku tidak boleh berhenti
Hanya sampai di sini
Ninggar Ayu Soraya
Alumni 2007/2008, SMP Negeri 7 Solo.
rantaikata : solopos.net
nasib peminta-minta | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 03 Agustus 2008 , Hal.VIII
Melihat apa, yang menjadi mimpi
Bermimpi apa, yang menjadi kenyataan
Suara, suara kau keluarkan
Hanya untuk belas kasihan
Tak seorangpun menghiraukan
Betapa sedihnya yang engkau usahakan
Di tengah lalu lalang orang
Darahmu mengalir di tengah jalan
Bercampur hujan mengalir tak karuan
Tidak, sungguh tidak
Hanya kata-kata yang keluar dari mulut mereka
“malang nasib peminta-minta”
Cahyo Sayful Rochim, SMA Negeri 1
Ngemplak, Donohudan, Ngemplak, Boyolali.
rantaikata : solopos.net
Setapak demi setapak Kakimu melangkah Melawan teriknya siang Melawan dinginnya malam |
Bermimpi apa, yang menjadi kenyataan
Suara, suara kau keluarkan
Hanya untuk belas kasihan
Tak seorangpun menghiraukan
Betapa sedihnya yang engkau usahakan
Di tengah lalu lalang orang
Darahmu mengalir di tengah jalan
Bercampur hujan mengalir tak karuan
Tidak, sungguh tidak
Hanya kata-kata yang keluar dari mulut mereka
“malang nasib peminta-minta”
Cahyo Sayful Rochim, SMA Negeri 1
Ngemplak, Donohudan, Ngemplak, Boyolali.
rantaikata : solopos.net
derita anak asuh | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 27 Juli 2008 , Hal.IX
Yang terdengar caci maki mencabik-cabik riuh
Air mata yang getir tampak mengeluh
Dalam sorotan indra mereka, diriku bagai figur musuh
Bercengkrama denganku baginya makruh
Tak seorangpun datang menjamah
Untuk sekedar melantunkan tutur yang ramah
Tetapi mereka malah tertawa melihatku terbaring lemah
Inilah derita anak asuh
Seutas senyum tersimpan hati yang pedih
Setiap kayuhan sampahku terbesit konflik batin
Mereka tak mencerminkan kasih sayang yang mendamaikan
Bahkan, mereka menganggapku seonggok sampah
Yang tak layak diperbudak dan selalu kalah
Dipermainkan bak boneka oleh para bedebah
Mereka membuatku terpisah dari inti darah
Di tengah pedihnya keluarga asuh, kuhanya pasrah
Bertemu orang tuaku adalah doa dalam asa yang indah
Tega mereka biarkanku terkapar di asa yang musnah
Kini ku bangkit membalut luka mencari orang tua
Telah lamaku ingin mencium kedua tangannya
Wahyu Wulandari
SMK Negeri 3 Solo, Jl Brigjen Sudiarto No 34, Solo.
rantaikata : solopos.net
|
Ku terkulai lemah di selembar tikar lusuh Batinku menjerit menahan fakta yang keruh |
Yang terdengar caci maki mencabik-cabik riuh
Air mata yang getir tampak mengeluh
Dalam sorotan indra mereka, diriku bagai figur musuh
Bercengkrama denganku baginya makruh
Tak seorangpun datang menjamah
Untuk sekedar melantunkan tutur yang ramah
Tetapi mereka malah tertawa melihatku terbaring lemah
Inilah derita anak asuh
Seutas senyum tersimpan hati yang pedih
Setiap kayuhan sampahku terbesit konflik batin
Mereka tak mencerminkan kasih sayang yang mendamaikan
Bahkan, mereka menganggapku seonggok sampah
Yang tak layak diperbudak dan selalu kalah
Dipermainkan bak boneka oleh para bedebah
Mereka membuatku terpisah dari inti darah
Di tengah pedihnya keluarga asuh, kuhanya pasrah
Bertemu orang tuaku adalah doa dalam asa yang indah
Tega mereka biarkanku terkapar di asa yang musnah
Kini ku bangkit membalut luka mencari orang tua
Telah lamaku ingin mencium kedua tangannya
Wahyu Wulandari
SMK Negeri 3 Solo, Jl Brigjen Sudiarto No 34, Solo.
rantaikata : solopos.net
keajaiban waktu | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 27 Juli 2008 , Hal.VIII
Hingga waktu kini pergi
Dan memperolok kita di tengah dunia
Seharusnya, kita tahu...
Bahwa dunia ini serba kilat
Seharusnya, kita tahu...
Bahwa dunia ini melesat cepat
Karenanya, waktu tak bisa ditawar
Penghargaan dan aplikasi adalah yang terpenting
Dan semestinya, detik jam bukan saja sebagai patokan
Namun, sasaran!
Indahkah bila waktu berhenti?
Sungguh itu hanya untuk kekerdilan
Dan ingat!
Kita bukan manusia yang terlalu rapuh
Karena sebenarnya,
Waktu yang tepat adalah hidup yang menakjubkan
Maria Monasias Nataliani,
SMP Pangudi Luhur Bintang Laut, Jl Slamet Riyadi No 94 Solo 57131.
rantaikata : solopos.net
|
Terkadang kita hanya bisa diam Menunggu kesanggupan dan keyakinan |
Dan memperolok kita di tengah dunia
Seharusnya, kita tahu...
Bahwa dunia ini serba kilat
Seharusnya, kita tahu...
Bahwa dunia ini melesat cepat
Karenanya, waktu tak bisa ditawar
Penghargaan dan aplikasi adalah yang terpenting
Dan semestinya, detik jam bukan saja sebagai patokan
Namun, sasaran!
Indahkah bila waktu berhenti?
Sungguh itu hanya untuk kekerdilan
Dan ingat!
Kita bukan manusia yang terlalu rapuh
Karena sebenarnya,
Waktu yang tepat adalah hidup yang menakjubkan
Maria Monasias Nataliani,
SMP Pangudi Luhur Bintang Laut, Jl Slamet Riyadi No 94 Solo 57131.
rantaikata : solopos.net
yogyakarta dan tawangmangu | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 20 Juli 2008 , Hal.V
Gang-gangmu dengan kamar-kamar sempit
Seronok anak-anak kost
Prajurit-prajurit malam bersandal jepit
Tawanya yang ceria bagaikan cericit pipit
Telah kau bikin stress ayamku
Tak ada yang aku kenang bagaimana stasiun tugumu
Warna-warni bagaikan mozaik televisi
Ambarukma Pallace, aku hanya tatapi ketinggian
Sedang di Gembiraloka aku takut singa
Dalam kamarnya, terbuka lubang-lubang udara
Menyeringai, berkilatan biru matanya
Aku berteduh di bawah terik siangnya
Teater jalanan seorang diri kau sapa
Menyelinap bawah jembatan layang terbaring
Kelu menunggu dingin malam
Kujumpai kau di atas mimpiku s’lalu.
Baturetno, 26 Mei 2008
Edisi : Minggu, 20 Juli 2008 , Hal.V
Manakah tempat kau duduk
Menungguku, kelindan cahaya pelangi
Dahulu, mengenang masa-masa penuh cakrawala
Duri-duri sunyi tusuk ulu hatiku
Kosong memburuku hingga titik
Paling relung paling limbung
Padamkan tapakku pada riap kanak-kanak
Tercabik jarak pandang mata
Memaksa diri tertawa dan teriak
Iringi gumam irama daunan hening
Lantunan perih sepanjang dakian
Terpuruk dalam himpitan sia-sia
Baturetno, 10 Juni 2008
rantaikata : solopos.net
Yogyakarta |
Aku hanya kenal alun-alunmu Boulevard dengan kelitikannya Tak aku cari Malioboromu yang dulu konon Dengan warung lesehannya bertingkah obrolan |
Seronok anak-anak kost
Prajurit-prajurit malam bersandal jepit
Tawanya yang ceria bagaikan cericit pipit
Telah kau bikin stress ayamku
Tak ada yang aku kenang bagaimana stasiun tugumu
Warna-warni bagaikan mozaik televisi
Ambarukma Pallace, aku hanya tatapi ketinggian
Sedang di Gembiraloka aku takut singa
Dalam kamarnya, terbuka lubang-lubang udara
Menyeringai, berkilatan biru matanya
Aku berteduh di bawah terik siangnya
Teater jalanan seorang diri kau sapa
Menyelinap bawah jembatan layang terbaring
Kelu menunggu dingin malam
Kujumpai kau di atas mimpiku s’lalu.
Baturetno, 26 Mei 2008
Edisi : Minggu, 20 Juli 2008 , Hal.V
Tawangmangu |
Hanya serakan daun pinus kering Akukah sisipus itu? Entah berapa kujejaki Tangga-tangga batu melawan Rintik-rintik air yang Ditebarkan dingin pegunungan |
Menungguku, kelindan cahaya pelangi
Dahulu, mengenang masa-masa penuh cakrawala
Duri-duri sunyi tusuk ulu hatiku
Kosong memburuku hingga titik
Paling relung paling limbung
Padamkan tapakku pada riap kanak-kanak
Tercabik jarak pandang mata
Memaksa diri tertawa dan teriak
Iringi gumam irama daunan hening
Lantunan perih sepanjang dakian
Terpuruk dalam himpitan sia-sia
Baturetno, 10 Juni 2008
rantaikata : solopos.net
teruntuk sahabat | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 20 Juli 2008 , Hal.VIII
Bagaikan bintang yang mewarnai malam
Yang tak membiarkan rembulan mengangkasa
tanpa teman
Membawa keceriaan dan kesetiaan
Bersamamu...
Melalui hari-hari yang penuh liku
Bergenggaman erat menepis gundah dan
nestapa
Berbagi kisah...
Tentang cita-cita namun bukanlah angan belaka
Tentang cinta yang membuncah namun tertahan
di dalam jiwa
Tentang harapan yang hendak digapai
di masa datang
Tentang kegagalan yang hampir meremukkan
keyakinan
Sahabat...
Kita bersama dalam suka maupun duka
Saling mengingatkan di tengah canda
Aku berharap dan berdoa...
Kita kan terus melangkah bersama
Menggapai ridho dan cintaNya
Meski jarak membentang di antara kita
Tak kubiarkan meluluhkan benang kasih yang telah tercipta
Sahabat...
Terima kasih untuk segalanya
Dan biarkanlah kisah kita terus terangkai
Kini, esok, hingga masa depan
Dinda Setyahati Asrining Tyas, Laban Kulon RT 04/II Mojolaban, Sukoharjo.
rantaikata : solopos.net
|
Layaknya lilin di tengah gulita Menyiramkan cahaya dalam kegelapan Seperti mentari di pagi buta Menghantarkan sirna kehangatan mengusir kebekuan |
Yang tak membiarkan rembulan mengangkasa
tanpa teman
Membawa keceriaan dan kesetiaan
Bersamamu...
Melalui hari-hari yang penuh liku
Bergenggaman erat menepis gundah dan
nestapa
Berbagi kisah...
Tentang cita-cita namun bukanlah angan belaka
Tentang cinta yang membuncah namun tertahan
di dalam jiwa
Tentang harapan yang hendak digapai
di masa datang
Tentang kegagalan yang hampir meremukkan
keyakinan
Sahabat...
Kita bersama dalam suka maupun duka
Saling mengingatkan di tengah canda
Aku berharap dan berdoa...
Kita kan terus melangkah bersama
Menggapai ridho dan cintaNya
Meski jarak membentang di antara kita
Tak kubiarkan meluluhkan benang kasih yang telah tercipta
Sahabat...
Terima kasih untuk segalanya
Dan biarkanlah kisah kita terus terangkai
Kini, esok, hingga masa depan
Dinda Setyahati Asrining Tyas, Laban Kulon RT 04/II Mojolaban, Sukoharjo.
rantaikata : solopos.net
teruntuk kawanku | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 20 Juli 2008 , Hal.VIII
rantaikata : solopos.net
|
Terus kuayuh untaian langkah ini... Mengarungi dalam luasnya samudra Menghadapi keras tajamnya karang dan palung Menaklukkan siang malam dalam usaha |
Laksana air mengalir aku berdiri Terlihat pelan...namun deras ombaknya Telah kita rasakan asin dan perihnya air Tak terasa harus kita tinggalkan Tetap tersenyum walau badai menerjang Tangan berkaitan saat ombak menghadang Kini waktu yang kan memisahkan Memori menyambut matahari bersamamu, Kawan! Saat bahaya di hadapan... Kau tersenyum di sisiku, menghangatkanku Walau suka berakhir perpisahan... Namun kan slalu terukir, di setiap hembus nafasku (Special 4: all my friend in 8D, Luph you!) Alifia Fathur Rizkiyah, SMP Negeri 9 Solo, Jl Sekar Jagad 1, Laweyan, Solo. |
rantaikata : solopos.net
petak-petak pendidikan | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 13 Juli 2008 , Hal.V
Jalur itu berpetak-petak
Karena pupuk yang akan ditaburkan beda rasa
Itu kata mereka!
Mereka yang sok menyuarakan pendidikan
harus merata
Bapaknya yang pegawai rendahan tak mampu
Dan tak akan pernah mampu membeli
Membeli mimpi-mimpi pahlawan kecilnya
Mimpi yang bukan sekadar kembang
Mimpi yang ternyata tak bisa diraup
hanya dengan ribuan
Ibunya yang penjahit kelas emperan tak sanggup
Dan tak akan pernah sanggup menyuap
Menyuap si perut gendut berseragam pimpinan
Yang bersahabat karib dengan pecundang kebijakan
Kebijakan itu lentur,
Kanan dianggap benar,
Kiri pun tak sortiran!
Obral ijazah
Ada sekumpulan pedagang
Termangu,
Menunggu datangnya hujan
Karena basahnya akan jadi ladang nan subur
Bagi dapurnya yang harus terus mengepul
Lembaran kertas sakti itu
Diobral!
Pada kerumunan tikus pencari kursi
Kursi yang empuk
Dan kebal akan virus demokrasi
Kejujuran terkoyak,
Oleh stempel dan ayunan tanda tangan
Harga diri hangus,
Oleh api bangga akan pujian
Makna deretan gelar,
Yang mengelilingi nama
Hanya untuk penghias kolong sempit
Yang jadi singgasana
- *) Santi Utami, pecinta sastra, tinggal di Teloyo RT 03/RW I
rantaikata : solopos.net
Budi kecil tertatih di jalan, nan luas tanpa ambang Jalan yang dibandrol mahal Karena diklaim sebagai jalur masa depan |
Jalur itu berpetak-petak
Karena pupuk yang akan ditaburkan beda rasa
Itu kata mereka!
Mereka yang sok menyuarakan pendidikan
harus merata
Bapaknya yang pegawai rendahan tak mampu
Dan tak akan pernah mampu membeli
Membeli mimpi-mimpi pahlawan kecilnya
Mimpi yang bukan sekadar kembang
Mimpi yang ternyata tak bisa diraup
hanya dengan ribuan
Ibunya yang penjahit kelas emperan tak sanggup
Dan tak akan pernah sanggup menyuap
Menyuap si perut gendut berseragam pimpinan
Yang bersahabat karib dengan pecundang kebijakan
Kebijakan itu lentur,
Kanan dianggap benar,
Kiri pun tak sortiran!
Obral ijazah
Ada sekumpulan pedagang
Termangu,
Menunggu datangnya hujan
Karena basahnya akan jadi ladang nan subur
Bagi dapurnya yang harus terus mengepul
Lembaran kertas sakti itu
Diobral!
Pada kerumunan tikus pencari kursi
Kursi yang empuk
Dan kebal akan virus demokrasi
Kejujuran terkoyak,
Oleh stempel dan ayunan tanda tangan
Harga diri hangus,
Oleh api bangga akan pujian
Makna deretan gelar,
Yang mengelilingi nama
Hanya untuk penghias kolong sempit
Yang jadi singgasana
- *) Santi Utami, pecinta sastra, tinggal di Teloyo RT 03/RW I
rantaikata : solopos.net
tentang dia | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 13 Juli 2008 , Hal.VIII
Karena...
Selangkah kecerobohan dapat merusak
keterampilan
Segelincir keteledoran ini pun menusuk
semangat juang
Sehelai kegagalan merupakan awal dari keberhasilan
Sepucuk kesuksesan membawa seberkas
kebahagiaan
Dan ingatlah...wahai sahabat...
Bahwa...
Keridhoan-Nya ampuh mewarnai senyumanmu
Kasih sayang-Nya mengilhami
keharmonisan hidupmu
Kebijaksanaan-Nya yang perkasa melukiskan
tanggung jawabMu...
Surga-Nyalah tempat sgala khayalan yang terlintas
Hudha Abdul Rohman, X-1 SMA MTA Solo, Jl Kyai Mojo, Semanggi, Pasarkliwon, Solo 57117.
rantaikata : solopos.net
Jiwa terguncang perlahan oleh godaan Bekasnya terkikis luka yang mendalam Titik fokusnya pun menghujam ketenangan Tak khayal adalah sebuah ketidakberdayaan |
Karena...
Selangkah kecerobohan dapat merusak
keterampilan
Segelincir keteledoran ini pun menusuk
semangat juang
Sehelai kegagalan merupakan awal dari keberhasilan
Sepucuk kesuksesan membawa seberkas
kebahagiaan
Dan ingatlah...wahai sahabat...
Bahwa...
Keridhoan-Nya ampuh mewarnai senyumanmu
Kasih sayang-Nya mengilhami
keharmonisan hidupmu
Kebijaksanaan-Nya yang perkasa melukiskan
tanggung jawabMu...
Surga-Nyalah tempat sgala khayalan yang terlintas
Hudha Abdul Rohman, X-1 SMA MTA Solo, Jl Kyai Mojo, Semanggi, Pasarkliwon, Solo 57117.
rantaikata : solopos.net
cinta | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 13 Juli 2008 , Hal.VIII
Mengalun indah menggapai khayal
Terukir mesra dalam curah air hujan
Membendung haluan asmara dalam
getaran nahkoda jiwa
Ia memberi asa dalam tiap harapan
Memberi kesejukan dalam relung keabadian
Cinta...
Memberi pesona ditiap mata yang terpejam
Terujar penuh makna dalam liang
hati yang berselimut cahaya
Hingga kesejukan mentari serasa terhenti.
Rois Dendi CS, SMP Negeri 23, Solo, Jl Kapten Adisumarmo, Solo.
rantaikata : solopos.net
|
Cinta.... |
Terukir mesra dalam curah air hujan
Membendung haluan asmara dalam
getaran nahkoda jiwa
Ia memberi asa dalam tiap harapan
Memberi kesejukan dalam relung keabadian
Cinta...
Memberi pesona ditiap mata yang terpejam
Terujar penuh makna dalam liang
hati yang berselimut cahaya
Hingga kesejukan mentari serasa terhenti.
Rois Dendi CS, SMP Negeri 23, Solo, Jl Kapten Adisumarmo, Solo.
rantaikata : solopos.net
memori dalam malam | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 06 Juli 2008 , Hal.IX
Bulan setengah cembung
pancarkan lembut sinarnya
menyusup dari celah-celah
mega mendung yang beriringan
kerlip bintang
tersebar sejauh mata memandang
sayup-sayup daun di ranting
berdesah halus dalam dingin
Tersirat dalam benak
siluet yang ku kenal
yang kini hilang tak berbekas
taman persahabatan
terbengkalai berantakan
kering kerontang
Sahabat...
ku ingat kenangan bersamamu
lalui suka duka bersama
semua tersimpan dalam memoriku
terpendam dalam
Namun malam ini,
memori itu menyeruak
mengusir tatanan kalbu
tinggalkan luka perih
terbuka menganga
entah sampai kapan?
dalam malam
tetes air mata ini
jadi saksi bisu
atas luka batin
tak terobati
Satriya Tjahya Hudaya,
SMA Al Islam 1 Solo, Jl Honggowongso 84, Solo.
rantaikata : solopos.net
Ketika malam merambah langit senyap tanpa suara hanya deru sepoi angin di antara sersah daun |
pancarkan lembut sinarnya
menyusup dari celah-celah
mega mendung yang beriringan
kerlip bintang
tersebar sejauh mata memandang
sayup-sayup daun di ranting
berdesah halus dalam dingin
Tersirat dalam benak
siluet yang ku kenal
yang kini hilang tak berbekas
taman persahabatan
terbengkalai berantakan
kering kerontang
Sahabat...
ku ingat kenangan bersamamu
lalui suka duka bersama
semua tersimpan dalam memoriku
terpendam dalam
Namun malam ini,
memori itu menyeruak
mengusir tatanan kalbu
tinggalkan luka perih
terbuka menganga
entah sampai kapan?
dalam malam
tetes air mata ini
jadi saksi bisu
atas luka batin
tak terobati
Satriya Tjahya Hudaya,
SMA Al Islam 1 Solo, Jl Honggowongso 84, Solo.
rantaikata : solopos.net
Bukan Ujung Sebuah Petualangan | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 06 Juli 2008 , Hal.IX
Tembok batas harapan t’lah runtuh Perasaan mewakili jiwa yang menyeluruh Mengakhiri segala keluh Belenggu pun luluh menjauh |
Keceriaan t’lah datang
Mengusir segala aral melintang
Bebas...
Kebebasan kian menjelang
Namun...
Hidup layak roda
Berputar dan terus berputar
Tiada noktah akhir di setiap kesempatan
Berganti di setiap posisi
Menuai hasil dan cermin diri
Helti Nur Aisyiah,
Jl Srinarendro Timur 10 RT 06/RW IV, Solo.
rantaikata : solopos.net
Mengusir segala aral melintang
Bebas...
Kebebasan kian menjelang
Namun...
Hidup layak roda
Berputar dan terus berputar
Tiada noktah akhir di setiap kesempatan
Berganti di setiap posisi
Menuai hasil dan cermin diri
Helti Nur Aisyiah,
Jl Srinarendro Timur 10 RT 06/RW IV, Solo.
rantaikata : solopos.net
sangkuni si politisi | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 29 Juni 2008 , Hal.V
Pada butir-butir dadu segala dipertaruhkan tak sebatas keberuntungan tapi juga kehormatan |
Kemenangan sudah digaris di papan kalangan
diiringi bengis tawa Kurawa
Drupadi harus dinistai di meja judi
di wajah Pandawa
secuil kepatutan berangsur menjadi aib dan murka
setelah harta melayang dan dihukum buang
haruskah kesucian ikut digadaikan?
Pukat telah ditebar Sangkuni
lebih menjerat dari seribu sanksi
memerangkap yang lengah
menggilas yang lemah
dengan sejuta wajah
Maka kelicikan adalah keniscayaan
jalan berliku penuh rambu pembenaran
menuju tahta bagi yang tak berhak
dengan menghalalkan segala cara
Di palagan yang sebenarnya
dia akan binasa
dengan tubuh terbelah dua
Kresna sang negarawan
Jika jalan perang harus ditempuh
maka siapkanlah senjata dan tubuh
tapi gunakan dulu kata-kata
untuk menyelesaikan sengketa
sebelum genderang ditabuh
Sebagai titisan Wisnu di dunia
kodratnya adalah penyebar kebajikan
maka sudahlah pantas
jika di kubu Pandawa labuh ditambatkan
Sebuah siasat tanpa kelicikan
mesti disusun dengan cermat
sebab perang perlu kemenangan
dengan cara-cara elegan
tanpa mencederai kehormatan
Setelah rencana dimatangkan
Cakra dan Wijayakusuma disarungkan
palagan telah tergelar di luar pagar
di Padang Kurusetra yang haus nyawa
Atas nama kebenaran
dan pembinasaan angkara murka di jagad raya
perang melawan Kurawa
tak bisa lagi ditunda
- *) Katimin Atmo Wiyono
lahir di Pacitan 18 Agustus 1952. Selain menulis puisi juga menulis cerita berlatar budaya Jawa.
rantaikata : solopos.net
diiringi bengis tawa Kurawa
Drupadi harus dinistai di meja judi
di wajah Pandawa
secuil kepatutan berangsur menjadi aib dan murka
setelah harta melayang dan dihukum buang
haruskah kesucian ikut digadaikan?
Pukat telah ditebar Sangkuni
lebih menjerat dari seribu sanksi
memerangkap yang lengah
menggilas yang lemah
dengan sejuta wajah
Maka kelicikan adalah keniscayaan
jalan berliku penuh rambu pembenaran
menuju tahta bagi yang tak berhak
dengan menghalalkan segala cara
Di palagan yang sebenarnya
dia akan binasa
dengan tubuh terbelah dua
Kresna sang negarawan
Jika jalan perang harus ditempuh
maka siapkanlah senjata dan tubuh
tapi gunakan dulu kata-kata
untuk menyelesaikan sengketa
sebelum genderang ditabuh
Sebagai titisan Wisnu di dunia
kodratnya adalah penyebar kebajikan
maka sudahlah pantas
jika di kubu Pandawa labuh ditambatkan
Sebuah siasat tanpa kelicikan
mesti disusun dengan cermat
sebab perang perlu kemenangan
dengan cara-cara elegan
tanpa mencederai kehormatan
Setelah rencana dimatangkan
Cakra dan Wijayakusuma disarungkan
palagan telah tergelar di luar pagar
di Padang Kurusetra yang haus nyawa
Atas nama kebenaran
dan pembinasaan angkara murka di jagad raya
perang melawan Kurawa
tak bisa lagi ditunda
- *) Katimin Atmo Wiyono
lahir di Pacitan 18 Agustus 1952. Selain menulis puisi juga menulis cerita berlatar budaya Jawa.
rantaikata : solopos.net
bisakah | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 29 Juni 2008 , Hal.IX
|
Senandung itu terdengar menderu Bagai nyanyian rindu yang ingin berlalu Aku diam... Ikut merasakan Kisah hati yang terabaikan |
Bisakah...
Aku lari saja
Menghindar hingga tak mendengar
Tak usah rasakan senandung itu
Bisakah...
Aku sembunyi saja
Menutup mata yang berduka
Lelah...
Rasanya lelah tuk rasakan
Setyaningsih, SMA Negeri I Ngemplak, Boyolali
rantaikata : solopos.net
kasih sayang pelangi | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 29 Juni 2008 , Hal.IX
Puluhan lagu tlah dinyanyikan Mengiringi kisah indah dalam setiap jalanku Sapuan lembut tangan halusmu dalam setiap mimpiku Menghapus luka dalam setiap rinduku |
Tak letih kau iringi langkah mentari
Menemukan cahaya dalam lorong kegelapan
dan persaingan
Kasihmu tak henti mengalir laksana air yang
tak kan kering
Menyerukan semangat yang membahana
merasuk dalam jiwa
Walau padang pasir menghadang
Di hatimu tetap tersedia air
Walau hujan trus membanjiri
Tanganmu masih mampu melindungi
Walau air mata tlah banyak kau tumpahkan
Kau tetap tersenyum bahagia menatapku
Seakan kau berkata, ”tidak apa-apa, sayang!
Aku bahagia!”
Bunda...
Walau mentari tak sanggup lagi memberi
perdamaian
Kau tetaplah pelangi yang mengantarku
Mencapai warna-warna cerah kesempurnaan
Alifia Fathur Rizkiyah, VIII D, SMP Negeri 9,
Jl Sekar Jagad 1, Laweyan, Solo.
rantaikata : solopos.net
sajaksajak Wiji Rocha | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 22 Juni 2008 , Hal.V
|
Jalan Gatsu Malam, gelap petang hanya bintang dan bulan Aku menanti sepi di keramaian Siang terasa malam |
Keramaian menghanyutkan malam sendu
Cahaya sinar saling bertatapan,
bertabrakan di kegelapan
Rindu aku dengan halaman indah menyenangkan
Lihat dingin penuh kesejukan di antara kesunyian
Aku berdiri, bertahan dihembuskan angin malam
Kapan engkau terang, hilang kilau dan kilap sinar
Malamku penuh ragu, pilu menanti rindu
Hanya angan dan karsaku yang membawa
ke imajinasi perasaanku
Malam Denpasar
Cahaya kecil di tengah rimbunnya kegelapan
Nafas berhembus menyelip di antara getaran
Aku berpikir ni malam perpisahan
Padahal ini membahagiakan
Teman dan kerabat melambaikan
tangan menatap kesedihan
Ini bukan luka atau bencana
Ini berjalan kawan, perjalanan tuk masa depan
Tenang, diam, tenanglah
Suatu saat kita pasti bertemu
Di sebuah tempat penuh kebahagiaan
Gelap ini menampakkan kesunyian
dan ketenangan jiwa
Ni malam bertabur bintang
Sayangnya tak kelihatan! Tapi itu bukan
Halangan tuk kita menggapai bintang
*) Wiji Rocha, Pelem Kerep RT 07/RW 06, Tohudan, Colomadu, Karanganyar 57173.
rantaikata : solopos.net
Cahaya sinar saling bertatapan,
bertabrakan di kegelapan
Rindu aku dengan halaman indah menyenangkan
Lihat dingin penuh kesejukan di antara kesunyian
Aku berdiri, bertahan dihembuskan angin malam
Kapan engkau terang, hilang kilau dan kilap sinar
Malamku penuh ragu, pilu menanti rindu
Hanya angan dan karsaku yang membawa
ke imajinasi perasaanku
Malam Denpasar
Cahaya kecil di tengah rimbunnya kegelapan
Nafas berhembus menyelip di antara getaran
Aku berpikir ni malam perpisahan
Padahal ini membahagiakan
Teman dan kerabat melambaikan
tangan menatap kesedihan
Ini bukan luka atau bencana
Ini berjalan kawan, perjalanan tuk masa depan
Tenang, diam, tenanglah
Suatu saat kita pasti bertemu
Di sebuah tempat penuh kebahagiaan
Gelap ini menampakkan kesunyian
dan ketenangan jiwa
Ni malam bertabur bintang
Sayangnya tak kelihatan! Tapi itu bukan
Halangan tuk kita menggapai bintang
*) Wiji Rocha, Pelem Kerep RT 07/RW 06, Tohudan, Colomadu, Karanganyar 57173.
rantaikata : solopos.net
No comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar Anda. No Spam No Ads. Thanks.