Friday, September 14, 2012

Puisi-puisi Solopos (bagian 4)

Jun 22, '08 7:48 PM
untuk semuanya
disi : Minggu, 22 Juni 2008 , Hal.VIII



Duniaku...
Dunia di mana harapan, mimpi dan asa
Bercampur dengan kenyataan
Walau begitu ku sadari rasaku ini
Hnya sebuah mimpi

Yang tak kunjung usai...
Mimpi di sebuah hari yang panjang
Aku tidak ingin terbangun
Dari mimpiku saat ini
Karena mimpiku bercerita
Aku hidup bahagia
Tanpa masalah apa-apa
Tak perlu memikirkan cinta pada manusia
Hanya cinta pada-Nya
Hidup untuk-Nya
Karena Dia yang pantas
Dilimpahi dengan cinta
Dialah sang kekasih sesungguhnya
Dia yang telah menciptakan
Sesuatu yang kita sebut cinta
Sudah seharusnya kita mencintai-Nya...

Fahima Irfani Rodhiya, SMPIT Nur Hidayah,
Jl Kahuripan Utara, Sumber, Banjarsari, Solo.

rantaikata : solopos.net

Jun 22, '08 6:27 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 22 Juni 2008 , Hal.VIII

Redup malam, yang kemudian jadi pekat
kuambil penaku kembali
‘tuk ungkap dan tulis rasa, galau di hati hidup....

hidup adalah sebuah lagu yang dapat dinyanyikan
Aku kembali dalam sebuah lembaran kehidupan ini
Kesepian...
Keramaian...
Kejenuhan...
Kesenangan...
Bahkan kesedihan kurasakan di sekitarku
Aku terdiam...
Menatap sebuah memori yang telah usang
Kembali ingin kurangkai mimpiku lewat memoriku
yang telah lama hilang...
Tapi....
Ku lemah, tak berdaya dan enggan ku menyapa
Hidup ini terkadang letih kujalani
27 Mei 2008
Arvita Kusumardani, Donosutan RT 15, Mojopuro, Sumberlawang, Sragen 57272.
rantaikata : solopos.net

Jun 15, '08 10:20 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 15 Juni 2008 , Hal.V
canda jenaka bunga-bunga bangsa dari desa
Dengan tawa dan canda jenaka
Menggantungkan cita-cita
Di atas cakrawala
Sawah-sawah menanti siap digarap
Dada telanjang sambil melenggang
Berkacak pinggang
Mereka berjingkrak bernyanyi:
Naik-naik jabatan tinggi
Nikmati nikmat sekali
Kanan uang, kiri uang
Di depan harapan membentang
Dukamu di televisi
Menyaksikan dukamu terpampang di televisi
Langit mengarak mendung kelabu
kesedihan menancapkan ujungnya
Yang runcing di hati
Menanggalkan luka mengharu biru
Hari-hari meratapi punggung bumi
Tertusuk api dan di bara api
Angin mengiris, aku meringis
Senapan jadi barang mainan
Tak ada bisa dipertahankan
Hilang tanah sejengkal
Mengurangi jatah segumpal
Kehidupan mendatangkan ajal
Matahari dikebiri hilang berperi
- *) R AM Haryadi Salim, tinggal di Jl KS Tubun No 39, Semarang
rantaikata : solopos.net

Jun 15, '08 10:08 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 15 Juni 2008 , Hal.XIII

Senyum
Yang slalu menghiasi wajahmu
Adalah kebahagiaan
Tuk jelang kehidupanmu

Air mata di pipimu
Adalah kesedihanmu
Ketulusan hatimu
Adalah kesungguhanmu

Terima kasih ayah
Untuk segala pengorbanan
Yang kau curahkan untukku
Semoga indah harimu

Tak lupa kupanjatkan
Semoga di usiamu yang semakin senja ini
Selalu bertabur keindahan dan kedamaian
Terima kasih ayah

Insan Fitriyani, Tegalarum RT 05/RW 01,
Mojosongo, Jebres, Solo.

rantaikata : solopos.net

Jun 15, '08 10:01 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 15 Juni 2008 , Hal.XIII
Aku rindu hadirmu seperti dulu
Rintih hatiku menangis
Dalam doa yang mengalir
Aku meratap dalam asa yang hilang
Sepi kurasa hidupku
Tanpa kamu bunda
Andai kau masih di sini
Aku tenang...
Dekap aku bunda
Meski lewat angin malam
Atau sejuk embun pagi yang hanya sesaat
Sekadar pelipur kangenku
Akan belai kasihmu...

Tuwuh Santi Prihatin, kelas XII IPA 5, SMAN 4 -

rantaikata : solopos.net

Jun 9, '08 10:04 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 08 Juni 2008 , Hal.V
Suap


Bila suap tak beraksi
Laku Jaksa Hakim suci
Bukti terangi bumi
Indonesia suci


Kepala menolak suap
Anak mencegat gerak setan
Seksi menampik korup
Undang-undang berjalan
Saksi dan pembela lega

Bila suap tak beraksi
Ekonomi negeri
Sehat
Anak bangsa kuat
Republik ini suci abadi!

Kepala

Di pintu surga
Tubuhmu kaku biru
Tak boleh masuk
Di pintu surga
Kepalamu hitam legam
Di pintu surga
Kepalamu celaga
Di pintu surga
Kepalamu aura kelam
Di pintu surga
Kepalamu bekas jeruji penjara
Di pintu surga
Kepalamu bekas pembantai
Di pintu surga
Kepalamu bekas koruptor
Di pintu surga
Kepala tak boleh masuk

 - *) Agus Budi Wahyudi, peminat karya sastra tinggal di Kadipiro, Banjarsari, Solo.


rantaikata : solopos.net

Jun 9, '08 10:02 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 08 Juni 2008 , Hal.VIII
Apa yang kita harapkan dari sebuah penantian?
Matahari petang pasti akan terbenam
Apa yang kita lakukan setelah penantian itu berakhir?
Di ujung tebing pasti kita akan melihat bentangan alam
Lihatlah apa yang bisa kita lihat tanpa satu sudutpun terlewatkan
Adalah rasa syukur atas jawaban dari penantian.
Siti Restiwi, Tiris Candi Ampel RT 01/RW 12, Candi, Ampel, Boyolali
rantaikata : solopos.net

Jun 9, '08 9:37 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 08 Juni 2008 , Hal.VIII
Keindahan yang sempat ku rasakan
Singkat...begitu sangat berarti
Namun...harus berakhir dengan luka
Seperti kupu-kupu yang kehilangan sayapnya
Aku berjalan sendiri seolah tak berarti
Ku biarkan air mengalir laksana air
Ku biarkan luka-luka itu terhapus
Hingga esok kembali, untuk
Menghapus sepi...menemani mimpi...
Susanti, Ponpes Imam Syuhodo, Jl KH Ahmad Dahlan 154, Wonorejo, Polokarto, Sukoharjo 57555.
rantaikata : solopos.net

Jun 1, '08 6:56 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 01 Juni 2008 , Hal.V

Cerita seorang anak kepada ibunya


Ibu, tak perlu kau mendongeng seperti dulu
atau kau nyanyikan sebuah lagu
sebab kutahu bola matamu sayu
terlalu lelah menatap tungku
perlahan-lahan mulai berdebu


Ibu, kemarin ayah pulang
kulihat beliau meradang
menggenggam amplop berisi uang
bukankah kita harusnya senang
mengapa pintu keras ditendang
Ibu, malam ini aku tak tidur
tak akan kau dengar lagi aku mendengkur
entah karena nasib tak lagi mujur
sebait mimpi pun enggan datang menghibur
ataukah lapar telah membunuhnya
Surakarta, 5 Mei 2008
Bisakah kita ganti arti demokrasi
Seperti inikah nuansa demokrasi
saat partai politik giat memonopoli
calon-calon pemimpin yang hendak naik kursi
dan kita hanya bisa menerima
dengan agak bersabar juga harus memilihnya
Mengapa kami tak mengerti juga
saat mereka mengatasnamakan rakyat jelata
sedang mereka berupaya untuk berdiri di atas roda
lewat kampanye-kampanye megahnya:
di sudut sana anak kecil mati tertikam nyeri
belum tersentuh aroma nasi sedari pagi!
Kami lihat berita-berita suram di televisi
lagi-lagi oknum peradilan terjerat korupsi
bukannya ditinjau moralitasnya yang kian menepi
malah dinaikkan tunjangan gaji:
tanpa melihat ke arah bawah
betapa untuk bernapas kami semakin payah
Penuh kesal kami cari arti demokrasi
menurut etimologi di kamus besar KBBI:
”Kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat,
dan untuk rakyat”
di sini kami mulai sedikit mengerti
para pejabat-pejabat tinggi
ternyata juga seorang rakyat!
Dengan ini, bisakah kita ganti arti demokrasi
yang lebih spesial lagi?
*Lasinta Ari Nendra Wibawa (Ari Nendra) Surakarta, 16 April 2008 - 
rantaikata : solopos.net

Jun 1, '08 6:51 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 01 Juni 2008 , Hal.VIII
Ibu, sekian lama engkau pergi
Aku di sini, terus menanti
Mungkinkah engkau kan kembali
Berkumpul bersama kami lagi
Ibu, lihatlah
Di saat matahari bersinar, bunga bermekaran
Waktupun berputar, hingga tinta dalam penaku
terus mengalir
Menuliskan jawaban singkatnya
Tentangmu yang tak mungkin kembali
Dan tak mungkin bertemu kami lagi
Karena engkau telah pergi
Ibu, bacalah
Kata demi kata yang kurangkai tulus
Hanya untukmu, Ibu...
Aku kan slalu mengenangmu
*Setia Ayu M, Bumi RT 01/RW 05, Laweyan, Solo 57148.
rantaikata : solopos.net

May 26, '08 12:00 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 25 Mei 2008 , Hal.VIII
Nadimu yang slalu temani hidupku
Saat muncul senyum, tangis...
Kau slalu ada untukku
Sahabat....
Kucoba ungkap rasa
Keluarlah jika hujan turun...
deras dan lama
Coba kluar...
Hitung dan rasakan
tetes hujan yang membasahi
Sebanyak itulah bahagiaku
mendapat teman sepertimu
Monita Rossy Pratiwi, SMAN 6 Solo, Jl Mr Sartono No 30, Solo. -

rantaikata : solopos.net

May 25, '08 11:57 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 25 Mei 2008 , Hal.IX
Begitu banyak kisah yang kita lalui
Cerita indah tentang tawa, canda dan luka
Tak lewat satu pun kata
Untuk ungkapkan itu semua
Dan kini,
Saat dirimu pergi entah kemana
Aku merasa sepi tanpamu
Segala gundahku tak bisa lagi kucurahkan
Sahabat,
Kembalilah ke sisiku lagi
Lupakan segala cerita luka itu
Mari kita rangkai lagi
Cerita baru yang penuh keceriaan
Yuniarsih, Pucungan RT 01/RW 04, Sidorejo, Tirtomoyo, Wonogiri.
rantaikata : solopos.net

May 18, '08 12:21 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 18 Mei 2008 , Hal.V
Antara aku dan kotaku

Bagiku kau adalah kesejukan
Laksana mata air di padang arafah
Memberi kesempatan sang mawar merekah
Dengan warna indah memerah


Bagiku kau adalah sinaran
Yang mentari pancarkan dengan segenap
ketulusan
Tanpa mengharap sepeser pun imbalan
Bagiku kau adalah purnama
Begitu sabar menyulut lilin-lilin angkasa
Tatkala malam tiba
Bagiku kau adalah taman surga
Selalu setia
Meredam segala penat dalam dada
Solo kotaku,
Izinkan aku bersemayam dipelukmu
Sambil kunikmati hangatnya nasi liwetmu
Hingga waktu tak kuasa memisahkanku
Darimu...
Alam raya bertasbih
Sore itu...
Langit tampak begitu indah
Warna keperakan bercampur jingga
meluas tanpa batas
Pohon cemara melambaikan tangannya
mengajakku bercengkerama dalam riang
dan sepi pun menghilang
Kabut kelam turun dengan perlahan
pertanda sore berganti malam
Kulihat purnama memancarkan cahaya
menyulut lilin-lilin angkasa
Malam itu...
Seluruh alam raya menundukkan kepala
mengucap syukur pada-Nya
atas segala nikmat karunia
- *) Imam Abdul Rofik, mahasiswa jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Solo.

rantaikata : solopos

May 18, '08 12:19 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 18 Mei 2008 , Hal.VIII

Kemarin langit mendung
Awan hitam berat menggantung
Benar-benar, aku tak nyaman
Tak seperti itu jika semua hanya mimpi
Ku takkan pernah khawatir
Jika semua kesedihan hanya mimpi
Sepi takkan membiusku
Kesal takkan membakarku
Penat takkan menghimpitku
Semua itu hanya bisa berpusar
Di dunia mimpi saja, tak menyakitiku

Setelah kuterbangun
Kudapati diriku yang masih berseragam
Kusadar, semua yang kuhadapi
Kenyataan yang sama sekali bukan mimpi

- Havita Rahmawati, SMK Farmasi Nasional, Jl Yos Sudarso No 338, Solo.


rantaikata : solopos

May 18, '08 12:11 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 18 Mei 2008 , Hal.VIII

Saat langit meratapi senja,
Hanya gulungan mimpi semu
Bertemu harapan kosong

Awan memayungi sepi
Mengejar gerimis,
Lonceng menara bertahta
Menabur pesona surga

- Setyaningsih, SMA Negeri 1 Ngemplak, Boyolali.
rantaikata : solopos

May 4, '08 10:46 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 04 Mei 2008 , Hal.V
Lihatlah kini!
Kali-kali banjir
Sungai-sungai menyeringai
Banyak orang terkulai
Tahulah orang kini
bahwa hujan
yang mengguyur semalam
tlah menjelma menjadi
lautan
bencana alam yang
berkepanjangan

Tuhan tlah memperingatkan!
Tapi kita mengabaikan
31 Des 2007

Pejabat

Tadi siang kulihat
Pejabat!
Terlihat mata kuyup
penuh harap
Rupanya angin dan awan
tlah membangkitkan
hati dan jiwanya
yang dulu beku dan bisu
yang dulu tawar dan hambar

Terakhir kulihat
Pejabat!
Tersenyum lebar
Menyematkan kuntum bunga
di bibirnya
Di tangan kanannya
tergenggam erat
sebuah pernyataan:
Camkan keadilan!
Pejabat!
Khianat!
Tamat!
10 Des 2007

Sajak-sajak Sri Nuryani


rantaikata : http://www.solopos.net


May 4, '08 10:44 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 04 Mei 2008 , Hal.VIII
Perkenalanku dengannya
meninggalkan kenangan indah tiada tara
Sahabat...
Darimu aku tau arti hidup
Darimu aku mengenal makna kebersamaan
Darimu aku tau apa yang tak kutau
Darimu aku dan kau selalu ada dalam baik doaku dan doamu
Sahabat...

by : Uswatun Khasanah
Jumeneng RT 12, Padas, Tanon, Sragen 57277.

May 4, '08 10:42 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 04 Mei 2008 , Hal.VIII

Tak ada yang cemas aku suka
Aku benci terlihat rapuh
Biar tetap ku seakan tegar
Walau kubangun tempat bersandar
Dengan air mata...
Berdiri tegak tak tergoyahkan
Tapi aku takut
Takut hanyut dan tenggelam
Tanpa peduli dengan perasaan
Yang kadang butuh pengertian
Tidak untuk slalu tersenyum
Tapi, menitikkan air mata
Setetes...untuk senyum
Walau sekali
Akupun mau

Nor Khoiriyah, SMA Negeri 1 Sukoharjo, Jl Pemuda No 38, Sukoharjo.


rantaikata : http://www.solopos.net


Apr 27, '08 11:20 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 20 April 2008 , Hal.V

Maaf untuk bumiku
maaf untukmu
tangan-tangan bernyawa
koyak rantak tirai indahmu
bobol jantung rentamu
keringkan samudra tanpa batas
milikmu....
Kau marah?
Marahlah!!!
tapi beri satu kesempatan
jangan biarkan kami berhenti
nikmati harum nafas ini
Bumiku...
Kau memang terlalu baik
Rindu pulang
Di sana bunda...
dengan senyum kearifan
penuh wibawa
Kuingin kembali
pulang ke rumah damai
Benar...
sibuknya dunia
buat jasmani terpisah
semoga bukan batin
Kurindu pulang
dunia luar mengubah tingkah
kangen semua aturan rumah
pulang kuingin kembali
Lingkaran rasa
hariku senang, esok menangis
kini tawa, sedetik kristal bening
mengalir
basahi pipi... hangat
janji terbiar tanpa bukti
luka menganga disiram tirta
perih...
Heran,
tanpa jeritan
Rasakan mati
Bahagia dan luka silih berganti
- *) Poetry Maulina January, mahasiswa Fakultas Teknik UNS Solo
rantaikata : http://www.solopos.net

Apr 27, '08 11:18 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 27 April 2008 , Hal.V

Kau Lukis Wajahmu dengan Gincu
Kau masih melukis wajah lugumu dengan gincu
merah merona,
Sebagai pertanda akan ada petualangan lagi
di tempat kita pernah berbagi
Namun kau masih belum berubah
Ketika tuntutan sesuap nasi telah mengabdikanmu
Di lembah yang akan kau tentukan sendiri,
siapa sasaran petualangmu;
Sedang aku kini telah meratapi hidup di bawah atap
Tak bisa ke mana tak bisa lagi kita bersama
Namun aku masih ingat,
Ketika aku berada dalam tangan besi itu,
gincu kesayanganmu
Masih kugenggam dengan erat,
Masih kuselipkan di saku celana jeansku.
Kau masih melukis wajah lugumu dengan gincu yang berbeda
Karena dirimu kini, telah temukan sahabat pengganti
Solo, 5 Maret 2008
Ketika sore dengan dinginnya
Sajak proklamir seorang guru
Aku memang tidak seberuntung para konglomerat
yang dapat mandi SPA tiap harinya,
aku selalu berjejal memperebutkan gaji di awal bulan untuk hidup selama satu bulan. Tidak cukup
terkadang jauh dari harapan mencapai level pegawai negeri
Aku memang tidak seberuntung para anggota DPR/MPR
yang tinggal absen, tidur mengikuti sidang,
tanda tangan. Dapat gaji
Aku hanya seorang pejuang kecil yang hanya sedikit
memberi andil
mencerdaskan anak bangsa. Itupun tak seberapa
Penghargaan tak pernah mampir
Tertuju padaku. Tak heran,
dan tak terlalu berharap penuh
Aku memang tak seberuntung seperti para pejabat lain
Aku hanya guru kontrak, guru tidak tetap.
Tapi aku punya hati. Punya suara
Ijinkan aku sedikit meneguk harapan untuk menatap
jauh ke depan.
Aku memang tidak seberuntung apa yang kami lihat,
tapi aku bersyukur...jiwa-jiwa ini masih mengisi di raga yang hampir tak pernah terbersit untuk bermimpi lebih.
Solo Baru, 10 Maret 2008
Wati Istanti SPd,
Guru Bahasa Indonesia di Singapore Piaget Academy Solo Raya. Saat ini sedang menyelesaikan studi di Pendidikan Bahasa Indonesia,

rantaikata : http://www.solopos.net

No comments:

Post a Comment

Silakan beri komentar Anda. No Spam No Ads. Thanks.