uniaku... | untuk semuanya |
disi : Minggu, 22 Juni 2008 , Hal.VIII
|
|
Duniaku... Dunia di mana harapan, mimpi dan asa Bercampur dengan kenyataan Walau begitu ku sadari rasaku ini Hnya sebuah mimpi |
Yang tak kunjung usai... Mimpi di sebuah hari yang panjang Aku tidak ingin terbangun Dari mimpiku saat ini Karena mimpiku bercerita Aku hidup bahagia Tanpa masalah apa-apa Tak perlu memikirkan cinta pada manusia Hanya cinta pada-Nya Hidup untuk-Nya Karena Dia yang pantas Dilimpahi dengan cinta Dialah sang kekasih sesungguhnya Dia yang telah menciptakan Sesuatu yang kita sebut cinta Sudah seharusnya kita mencintai-Nya... Fahima Irfani Rodhiya, SMPIT Nur Hidayah, Jl Kahuripan Utara, Sumber, Banjarsari, Solo. rantaikata : solopos.net |
tentang aku | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 22 Juni 2008 , Hal.VIII
|
Redup malam, yang kemudian jadi pekat kuambil penaku kembali ‘tuk ungkap dan tulis rasa, galau di hati hidup.... |
hidup adalah sebuah lagu yang dapat dinyanyikan
Aku kembali dalam sebuah lembaran kehidupan ini
Kesepian...
Keramaian...
Kejenuhan...
Kesenangan...
Bahkan kesedihan kurasakan di sekitarku
Aku terdiam...
Menatap sebuah memori yang telah usang
Kembali ingin kurangkai mimpiku lewat memoriku
yang telah lama hilang...
Tapi....
Ku lemah, tak berdaya dan enggan ku menyapa
Hidup ini terkadang letih kujalani
27 Mei 2008
Arvita Kusumardani, Donosutan RT 15, Mojopuro, Sumberlawang, Sragen 57272.
rantaikata : solopos.net
Aku kembali dalam sebuah lembaran kehidupan ini
Kesepian...
Keramaian...
Kejenuhan...
Kesenangan...
Bahkan kesedihan kurasakan di sekitarku
Aku terdiam...
Menatap sebuah memori yang telah usang
Kembali ingin kurangkai mimpiku lewat memoriku
yang telah lama hilang...
Tapi....
Ku lemah, tak berdaya dan enggan ku menyapa
Hidup ini terkadang letih kujalani
27 Mei 2008
Arvita Kusumardani, Donosutan RT 15, Mojopuro, Sumberlawang, Sragen 57272.
rantaikata : solopos.net
canda jenaka bungabunga bangsa dari desa | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 15 Juni 2008 , Hal.V
canda jenaka bunga-bunga bangsa dari desa
Dengan tawa dan canda jenaka
Menggantungkan cita-cita
Di atas cakrawala
Sawah-sawah menanti siap digarap
Dada telanjang sambil melenggang
Berkacak pinggang
Mereka berjingkrak bernyanyi:
Naik-naik jabatan tinggi
Nikmati nikmat sekali
Kanan uang, kiri uang
Di depan harapan membentang
Dukamu di televisi
Menyaksikan dukamu terpampang di televisi
Langit mengarak mendung kelabu
kesedihan menancapkan ujungnya
Yang runcing di hati
Menanggalkan luka mengharu biru
Hari-hari meratapi punggung bumi
Tertusuk api dan di bara api
Angin mengiris, aku meringis
Senapan jadi barang mainan
Tak ada bisa dipertahankan
Hilang tanah sejengkal
Mengurangi jatah segumpal
Kehidupan mendatangkan ajal
Matahari dikebiri hilang berperi
- *) R AM Haryadi Salim, tinggal di Jl KS Tubun No 39, Semarang
rantaikata : solopos.net
canda jenaka bunga-bunga bangsa dari desa
Dengan tawa dan canda jenaka
Menggantungkan cita-cita
Di atas cakrawala
Sawah-sawah menanti siap digarap
Dada telanjang sambil melenggang
Berkacak pinggang
Mereka berjingkrak bernyanyi:
Naik-naik jabatan tinggi
Nikmati nikmat sekali
Kanan uang, kiri uang
Di depan harapan membentang
Dukamu di televisi
Menyaksikan dukamu terpampang di televisi
Langit mengarak mendung kelabu
kesedihan menancapkan ujungnya
Yang runcing di hati
Menanggalkan luka mengharu biru
Hari-hari meratapi punggung bumi
Tertusuk api dan di bara api
Angin mengiris, aku meringis
Senapan jadi barang mainan
Tak ada bisa dipertahankan
Hilang tanah sejengkal
Mengurangi jatah segumpal
Kehidupan mendatangkan ajal
Matahari dikebiri hilang berperi
- *) R AM Haryadi Salim, tinggal di Jl KS Tubun No 39, Semarang
rantaikata : solopos.net
ayahku | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 15 Juni 2008 , Hal.XIII
rantaikata : solopos.net
Senyum Yang slalu menghiasi wajahmu Adalah kebahagiaan Tuk jelang kehidupanmu Air mata di pipimu Adalah kesedihanmu Ketulusan hatimu Adalah kesungguhanmu Terima kasih ayah Untuk segala pengorbanan Yang kau curahkan untukku Semoga indah harimu Tak lupa kupanjatkan Semoga di usiamu yang semakin senja ini Selalu bertabur keindahan dan kedamaian Terima kasih ayah Insan Fitriyani, Tegalarum RT 05/RW 01, Mojosongo, Jebres, Solo. |
rantaikata : solopos.net
kangen | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 15 Juni 2008 , Hal.XIII
Aku rindu hadirmu seperti dulu
Rintih hatiku menangis
Dalam doa yang mengalir
Aku meratap dalam asa yang hilang
Sepi kurasa hidupku
Tanpa kamu bunda
Andai kau masih di sini
Aku tenang...
Dekap aku bunda
Meski lewat angin malam
Atau sejuk embun pagi yang hanya sesaat
Sekadar pelipur kangenku
Akan belai kasihmu...
Tuwuh Santi Prihatin, kelas XII IPA 5, SMAN 4 -
rantaikata : solopos.net
Aku rindu hadirmu seperti dulu
Rintih hatiku menangis
Dalam doa yang mengalir
Aku meratap dalam asa yang hilang
Sepi kurasa hidupku
Tanpa kamu bunda
Andai kau masih di sini
Aku tenang...
Dekap aku bunda
Meski lewat angin malam
Atau sejuk embun pagi yang hanya sesaat
Sekadar pelipur kangenku
Akan belai kasihmu...
Tuwuh Santi Prihatin, kelas XII IPA 5, SMAN 4 -
rantaikata : solopos.net
sajaksajak Agus Budi Wahyudi | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 08 Juni 2008 , Hal.V
Suap |
|
Bila suap tak beraksi Laku Jaksa Hakim suci Bukti terangi bumi Indonesia suci |
Kepala menolak suap Anak mencegat gerak setan Seksi menampik korup Undang-undang berjalan Saksi dan pembela lega Bila suap tak beraksi Ekonomi negeri Sehat Anak bangsa kuat Republik ini suci abadi! Kepala Di pintu surga Tubuhmu kaku biru Tak boleh masuk Di pintu surga Kepalamu hitam legam Di pintu surga Kepalamu celaga Di pintu surga Kepalamu aura kelam Di pintu surga Kepalamu bekas jeruji penjara Di pintu surga Kepalamu bekas pembantai Di pintu surga Kepalamu bekas koruptor Di pintu surga Kepala tak boleh masuk - *) Agus Budi Wahyudi, peminat karya sastra tinggal di Kadipiro, Banjarsari, Solo. |
rantaikata : solopos.net
nikmatku syukurku | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 08 Juni 2008 , Hal.VIII
Apa yang kita harapkan dari sebuah penantian?
Matahari petang pasti akan terbenam
Apa yang kita lakukan setelah penantian itu berakhir?
Di ujung tebing pasti kita akan melihat bentangan alam
Lihatlah apa yang bisa kita lihat tanpa satu sudutpun terlewatkan
Adalah rasa syukur atas jawaban dari penantian.
Siti Restiwi, Tiris Candi Ampel RT 01/RW 12, Candi, Ampel, Boyolali
rantaikata : solopos.net
Apa yang kita harapkan dari sebuah penantian?
Matahari petang pasti akan terbenam
Apa yang kita lakukan setelah penantian itu berakhir?
Di ujung tebing pasti kita akan melihat bentangan alam
Lihatlah apa yang bisa kita lihat tanpa satu sudutpun terlewatkan
Adalah rasa syukur atas jawaban dari penantian.
Siti Restiwi, Tiris Candi Ampel RT 01/RW 12, Candi, Ampel, Boyolali
rantaikata : solopos.net
luka yang sempurna | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 08 Juni 2008 , Hal.VIII
Keindahan yang sempat ku rasakan
Singkat...begitu sangat berarti
Namun...harus berakhir dengan luka
Seperti kupu-kupu yang kehilangan sayapnya
Aku berjalan sendiri seolah tak berarti
Ku biarkan air mengalir laksana air
Ku biarkan luka-luka itu terhapus
Hingga esok kembali, untuk
Menghapus sepi...menemani mimpi...
Susanti, Ponpes Imam Syuhodo, Jl KH Ahmad Dahlan 154, Wonorejo, Polokarto, Sukoharjo 57555.
rantaikata : solopos.net
Keindahan yang sempat ku rasakan
Singkat...begitu sangat berarti
Namun...harus berakhir dengan luka
Seperti kupu-kupu yang kehilangan sayapnya
Aku berjalan sendiri seolah tak berarti
Ku biarkan air mengalir laksana air
Ku biarkan luka-luka itu terhapus
Hingga esok kembali, untuk
Menghapus sepi...menemani mimpi...
Susanti, Ponpes Imam Syuhodo, Jl KH Ahmad Dahlan 154, Wonorejo, Polokarto, Sukoharjo 57555.
rantaikata : solopos.net
sajaksajak Lasinta Ari Nendra Wibawa | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 01 Juni 2008 , Hal.V
Cerita seorang anak kepada ibunya |
Ibu, tak perlu kau mendongeng seperti dulu atau kau nyanyikan sebuah lagu sebab kutahu bola matamu sayu terlalu lelah menatap tungku perlahan-lahan mulai berdebu |
Ibu, kemarin ayah pulang
kulihat beliau meradang
menggenggam amplop berisi uang
bukankah kita harusnya senang
mengapa pintu keras ditendang
Ibu, malam ini aku tak tidur
tak akan kau dengar lagi aku mendengkur
entah karena nasib tak lagi mujur
sebait mimpi pun enggan datang menghibur
ataukah lapar telah membunuhnya
Surakarta, 5 Mei 2008
Bisakah kita ganti arti demokrasi
Seperti inikah nuansa demokrasi
saat partai politik giat memonopoli
calon-calon pemimpin yang hendak naik kursi
dan kita hanya bisa menerima
dengan agak bersabar juga harus memilihnya
Mengapa kami tak mengerti juga
saat mereka mengatasnamakan rakyat jelata
sedang mereka berupaya untuk berdiri di atas roda
lewat kampanye-kampanye megahnya:
di sudut sana anak kecil mati tertikam nyeri
belum tersentuh aroma nasi sedari pagi!
Kami lihat berita-berita suram di televisi
lagi-lagi oknum peradilan terjerat korupsi
bukannya ditinjau moralitasnya yang kian menepi
malah dinaikkan tunjangan gaji:
tanpa melihat ke arah bawah
betapa untuk bernapas kami semakin payah
Penuh kesal kami cari arti demokrasi
menurut etimologi di kamus besar KBBI:
”Kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat,
dan untuk rakyat”
di sini kami mulai sedikit mengerti
para pejabat-pejabat tinggi
ternyata juga seorang rakyat!
Dengan ini, bisakah kita ganti arti demokrasi
yang lebih spesial lagi?
*Lasinta Ari Nendra Wibawa (Ari Nendra) Surakarta, 16 April 2008 -
rantaikata : solopos.net
untuk ibu | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 01 Juni 2008 , Hal.VIII
Ibu, sekian lama engkau pergi
Aku di sini, terus menanti
Mungkinkah engkau kan kembali
Berkumpul bersama kami lagi
Ibu, lihatlah
Di saat matahari bersinar, bunga bermekaran
Waktupun berputar, hingga tinta dalam penaku
terus mengalir
Menuliskan jawaban singkatnya
Tentangmu yang tak mungkin kembali
Dan tak mungkin bertemu kami lagi
Karena engkau telah pergi
Ibu, bacalah
Kata demi kata yang kurangkai tulus
Hanya untukmu, Ibu...
Aku kan slalu mengenangmu
*Setia Ayu M, Bumi RT 01/RW 05, Laweyan, Solo 57148.
rantaikata : solopos.net
Ibu, sekian lama engkau pergi
Aku di sini, terus menanti
Mungkinkah engkau kan kembali
Berkumpul bersama kami lagi
Ibu, lihatlah
Di saat matahari bersinar, bunga bermekaran
Waktupun berputar, hingga tinta dalam penaku
terus mengalir
Menuliskan jawaban singkatnya
Tentangmu yang tak mungkin kembali
Dan tak mungkin bertemu kami lagi
Karena engkau telah pergi
Ibu, bacalah
Kata demi kata yang kurangkai tulus
Hanya untukmu, Ibu...
Aku kan slalu mengenangmu
*Setia Ayu M, Bumi RT 01/RW 05, Laweyan, Solo 57148.
rantaikata : solopos.net
tentangmu sahabat | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 25 Mei 2008 , Hal.VIII
Nadimu yang slalu temani hidupku
Saat muncul senyum, tangis...
Kau slalu ada untukku
Sahabat....
Kucoba ungkap rasa
Keluarlah jika hujan turun...
deras dan lama
Coba kluar...
Hitung dan rasakan
tetes hujan yang membasahi
Sebanyak itulah bahagiaku
mendapat teman sepertimu
Monita Rossy Pratiwi, SMAN 6 Solo, Jl Mr Sartono No 30, Solo. -
rantaikata : solopos.net
Nadimu yang slalu temani hidupku
Saat muncul senyum, tangis...
Kau slalu ada untukku
Sahabat....
Kucoba ungkap rasa
Keluarlah jika hujan turun...
deras dan lama
Coba kluar...
Hitung dan rasakan
tetes hujan yang membasahi
Sebanyak itulah bahagiaku
mendapat teman sepertimu
Monita Rossy Pratiwi, SMAN 6 Solo, Jl Mr Sartono No 30, Solo. -
rantaikata : solopos.net
untuk sahabat | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 25 Mei 2008 , Hal.IX
Begitu banyak kisah yang kita lalui
Cerita indah tentang tawa, canda dan luka
Tak lewat satu pun kata
Untuk ungkapkan itu semua
Dan kini,
Saat dirimu pergi entah kemana
Aku merasa sepi tanpamu
Segala gundahku tak bisa lagi kucurahkan
Sahabat,
Kembalilah ke sisiku lagi
Lupakan segala cerita luka itu
Mari kita rangkai lagi
Cerita baru yang penuh keceriaan
Yuniarsih, Pucungan RT 01/RW 04, Sidorejo, Tirtomoyo, Wonogiri.
rantaikata : solopos.net
Begitu banyak kisah yang kita lalui
Cerita indah tentang tawa, canda dan luka
Tak lewat satu pun kata
Untuk ungkapkan itu semua
Dan kini,
Saat dirimu pergi entah kemana
Aku merasa sepi tanpamu
Segala gundahku tak bisa lagi kucurahkan
Sahabat,
Kembalilah ke sisiku lagi
Lupakan segala cerita luka itu
Mari kita rangkai lagi
Cerita baru yang penuh keceriaan
Yuniarsih, Pucungan RT 01/RW 04, Sidorejo, Tirtomoyo, Wonogiri.
rantaikata : solopos.net
sajak Imam Abdul Rofik | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 18 Mei 2008 , Hal.V
Antara aku dan kotaku Bagiku kau adalah kesejukan Laksana mata air di padang arafah Memberi kesempatan sang mawar merekah Dengan warna indah memerah |
Bagiku kau adalah sinaran
Yang mentari pancarkan dengan segenap
ketulusan
Tanpa mengharap sepeser pun imbalan
Bagiku kau adalah purnama
Begitu sabar menyulut lilin-lilin angkasa
Tatkala malam tiba
Bagiku kau adalah taman surga
Selalu setia
Meredam segala penat dalam dada
Solo kotaku,
Izinkan aku bersemayam dipelukmu
Sambil kunikmati hangatnya nasi liwetmu
Hingga waktu tak kuasa memisahkanku
Darimu...
Alam raya bertasbih
Sore itu...
Langit tampak begitu indah
Warna keperakan bercampur jingga
meluas tanpa batas
Pohon cemara melambaikan tangannya
mengajakku bercengkerama dalam riang
dan sepi pun menghilang
Kabut kelam turun dengan perlahan
pertanda sore berganti malam
Kulihat purnama memancarkan cahaya
menyulut lilin-lilin angkasa
Malam itu...
Seluruh alam raya menundukkan kepala
mengucap syukur pada-Nya
atas segala nikmat karunia
- *) Imam Abdul Rofik, mahasiswa jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Solo.
rantaikata : solopos
ketiduran | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 18 Mei 2008 , Hal.VIII
Kemarin langit mendung Awan hitam berat menggantung Benar-benar, aku tak nyaman Tak seperti itu jika semua hanya mimpi Ku takkan pernah khawatir Jika semua kesedihan hanya mimpi Sepi takkan membiusku Kesal takkan membakarku Penat takkan menghimpitku Semua itu hanya bisa berpusar Di dunia mimpi saja, tak menyakitiku Setelah kuterbangun Kudapati diriku yang masih berseragam Kusadar, semua yang kuhadapi Kenyataan yang sama sekali bukan mimpi - Havita Rahmawati, SMK Farmasi Nasional, Jl Yos Sudarso No 338, Solo. |
rantaikata : solopos
kosong | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 18 Mei 2008 , Hal.VIII
Saat langit meratapi senja,
Hanya gulungan mimpi semu
Bertemu harapan kosong
Awan memayungi sepi
Mengejar gerimis,
Lonceng menara bertahta
Menabur pesona surga
- Setyaningsih, SMA Negeri 1 Ngemplak, Boyolali.
rantaikata : solopos
Saat langit meratapi senja,
Hanya gulungan mimpi semu
Bertemu harapan kosong
Awan memayungi sepi
Mengejar gerimis,
Lonceng menara bertahta
Menabur pesona surga
- Setyaningsih, SMA Negeri 1 Ngemplak, Boyolali.
rantaikata : solopos
peringatan tuhan | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 04 Mei 2008 , Hal.V
Lihatlah kini! Kali-kali banjir Sungai-sungai menyeringai Banyak orang terkulai Tahulah orang kini bahwa hujan yang mengguyur semalam tlah menjelma menjadi lautan bencana alam yang berkepanjangan Tuhan tlah memperingatkan! Tapi kita mengabaikan 31 Des 2007 Pejabat Tadi siang kulihat Pejabat! Terlihat mata kuyup penuh harap Rupanya angin dan awan tlah membangkitkan hati dan jiwanya yang dulu beku dan bisu yang dulu tawar dan hambar Terakhir kulihat Pejabat! Tersenyum lebar Menyematkan kuntum bunga di bibirnya Di tangan kanannya tergenggam erat sebuah pernyataan: Camkan keadilan! Pejabat! Khianat! Tamat! 10 Des 2007 Sajak-sajak Sri Nuryani rantaikata : http://www.solopos.net |
sahabat | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 04 Mei 2008 , Hal.VIII
Perkenalanku dengannya meninggalkan kenangan indah tiada tara Sahabat... Darimu aku tau arti hidup Darimu aku mengenal makna kebersamaan Darimu aku tau apa yang tak kutau Darimu aku dan kau selalu ada dalam baik doaku dan doamu Sahabat... by : Uswatun Khasanah Jumeneng RT 12, Padas, Tanon, Sragen 57277. |
rantaikata : http://www.solopos.net
akupun mau | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 04 Mei 2008 , Hal.VIII
Tak ada yang cemas aku suka Aku benci terlihat rapuh Biar tetap ku seakan tegar Walau kubangun tempat bersandar Dengan air mata... Berdiri tegak tak tergoyahkan Tapi aku takut Takut hanyut dan tenggelam Tanpa peduli dengan perasaan Yang kadang butuh pengertian Tidak untuk slalu tersenyum Tapi, menitikkan air mata Setetes...untuk senyum Walau sekali Akupun mau Nor Khoiriyah, SMA Negeri 1 Sukoharjo, Jl Pemuda No 38, Sukoharjo. rantaikata : http://www.solopos.net |
sajaksajak Poetry Maulina January | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 20 April 2008 , Hal.V
Maaf untuk bumiku
maaf untukmu
tangan-tangan bernyawa
koyak rantak tirai indahmu
bobol jantung rentamu
keringkan samudra tanpa batas
milikmu....
Kau marah?
Marahlah!!!
tapi beri satu kesempatan
jangan biarkan kami berhenti
nikmati harum nafas ini
Bumiku...
Kau memang terlalu baik
Rindu pulang
Di sana bunda...
dengan senyum kearifan
penuh wibawa
Kuingin kembali
pulang ke rumah damai
Benar...
sibuknya dunia
buat jasmani terpisah
semoga bukan batin
Kurindu pulang
dunia luar mengubah tingkah
kangen semua aturan rumah
pulang kuingin kembali
Lingkaran rasa
hariku senang, esok menangis
kini tawa, sedetik kristal bening
mengalir
basahi pipi... hangat
janji terbiar tanpa bukti
luka menganga disiram tirta
perih...
Heran,
tanpa jeritan
Rasakan mati
Bahagia dan luka silih berganti
- *) Poetry Maulina January, mahasiswa Fakultas Teknik UNS Solo
rantaikata : http://www.solopos.net
Maaf untuk bumiku
maaf untukmu
tangan-tangan bernyawa
koyak rantak tirai indahmu
bobol jantung rentamu
keringkan samudra tanpa batas
milikmu....
Kau marah?
Marahlah!!!
tapi beri satu kesempatan
jangan biarkan kami berhenti
nikmati harum nafas ini
Bumiku...
Kau memang terlalu baik
Rindu pulang
Di sana bunda...
dengan senyum kearifan
penuh wibawa
Kuingin kembali
pulang ke rumah damai
Benar...
sibuknya dunia
buat jasmani terpisah
semoga bukan batin
Kurindu pulang
dunia luar mengubah tingkah
kangen semua aturan rumah
pulang kuingin kembali
Lingkaran rasa
hariku senang, esok menangis
kini tawa, sedetik kristal bening
mengalir
basahi pipi... hangat
janji terbiar tanpa bukti
luka menganga disiram tirta
perih...
Heran,
tanpa jeritan
Rasakan mati
Bahagia dan luka silih berganti
- *) Poetry Maulina January, mahasiswa Fakultas Teknik UNS Solo
rantaikata : http://www.solopos.net
sajaksajak Wati Istanti | untuk semuanya |
Edisi : Minggu, 27 April 2008 , Hal.V
Kau Lukis Wajahmu dengan Gincu
Kau masih melukis wajah lugumu dengan gincu
merah merona,
Sebagai pertanda akan ada petualangan lagi
di tempat kita pernah berbagi
Namun kau masih belum berubah
Ketika tuntutan sesuap nasi telah mengabdikanmu
Di lembah yang akan kau tentukan sendiri,
siapa sasaran petualangmu;
Sedang aku kini telah meratapi hidup di bawah atap
Tak bisa ke mana tak bisa lagi kita bersama
Namun aku masih ingat,
Ketika aku berada dalam tangan besi itu,
gincu kesayanganmu
Masih kugenggam dengan erat,
Masih kuselipkan di saku celana jeansku.
Kau masih melukis wajah lugumu dengan gincu yang berbeda
Karena dirimu kini, telah temukan sahabat pengganti
Solo, 5 Maret 2008
Ketika sore dengan dinginnya
Sajak proklamir seorang guru
Aku memang tidak seberuntung para konglomerat
yang dapat mandi SPA tiap harinya,
aku selalu berjejal memperebutkan gaji di awal bulan untuk hidup selama satu bulan. Tidak cukup
terkadang jauh dari harapan mencapai level pegawai negeri
Aku memang tidak seberuntung para anggota DPR/MPR
yang tinggal absen, tidur mengikuti sidang,
tanda tangan. Dapat gaji
Aku hanya seorang pejuang kecil yang hanya sedikit
memberi andil
mencerdaskan anak bangsa. Itupun tak seberapa
Penghargaan tak pernah mampir
Tertuju padaku. Tak heran,
dan tak terlalu berharap penuh
Aku memang tak seberuntung seperti para pejabat lain
Aku hanya guru kontrak, guru tidak tetap.
Tapi aku punya hati. Punya suara
Ijinkan aku sedikit meneguk harapan untuk menatap
jauh ke depan.
Aku memang tidak seberuntung apa yang kami lihat,
tapi aku bersyukur...jiwa-jiwa ini masih mengisi di raga yang hampir tak pernah terbersit untuk bermimpi lebih.
Solo Baru, 10 Maret 2008
Wati Istanti SPd,
Guru Bahasa Indonesia di Singapore Piaget Academy Solo Raya. Saat ini sedang menyelesaikan studi di Pendidikan Bahasa Indonesia,
rantaikata : http://www.solopos.net
merah merona,
Sebagai pertanda akan ada petualangan lagi
di tempat kita pernah berbagi
Namun kau masih belum berubah
Ketika tuntutan sesuap nasi telah mengabdikanmu
Di lembah yang akan kau tentukan sendiri,
siapa sasaran petualangmu;
Sedang aku kini telah meratapi hidup di bawah atap
Tak bisa ke mana tak bisa lagi kita bersama
Namun aku masih ingat,
Ketika aku berada dalam tangan besi itu,
gincu kesayanganmu
Masih kugenggam dengan erat,
Masih kuselipkan di saku celana jeansku.
Kau masih melukis wajah lugumu dengan gincu yang berbeda
Karena dirimu kini, telah temukan sahabat pengganti
Solo, 5 Maret 2008
Ketika sore dengan dinginnya
Sajak proklamir seorang guru
Aku memang tidak seberuntung para konglomerat
yang dapat mandi SPA tiap harinya,
aku selalu berjejal memperebutkan gaji di awal bulan untuk hidup selama satu bulan. Tidak cukup
terkadang jauh dari harapan mencapai level pegawai negeri
Aku memang tidak seberuntung para anggota DPR/MPR
yang tinggal absen, tidur mengikuti sidang,
tanda tangan. Dapat gaji
Aku hanya seorang pejuang kecil yang hanya sedikit
memberi andil
mencerdaskan anak bangsa. Itupun tak seberapa
Penghargaan tak pernah mampir
Tertuju padaku. Tak heran,
dan tak terlalu berharap penuh
Aku memang tak seberuntung seperti para pejabat lain
Aku hanya guru kontrak, guru tidak tetap.
Tapi aku punya hati. Punya suara
Ijinkan aku sedikit meneguk harapan untuk menatap
jauh ke depan.
Aku memang tidak seberuntung apa yang kami lihat,
tapi aku bersyukur...jiwa-jiwa ini masih mengisi di raga yang hampir tak pernah terbersit untuk bermimpi lebih.
Solo Baru, 10 Maret 2008
Wati Istanti SPd,
Guru Bahasa Indonesia di Singapore Piaget Academy Solo Raya. Saat ini sedang menyelesaikan studi di Pendidikan Bahasa Indonesia,
rantaikata : http://www.solopos.net
No comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar Anda. No Spam No Ads. Thanks.