Friday, September 14, 2012

Puisi-puisi Solopos (bagian 2)

Mar 2, '08 8:11 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 02 Maret 2008 , Hal.V
.
Doa pagi rerumputan
Dengan tahan rasa malu oleh
bebal dan tak tahu diriku
Bagaimana mungkin aku mohon hidup-Mu
Aku yang s’lalu dihantui tantangan-Mu
Nafasku pun yang s’lalu tergantung napas-Mu
Aku puasai diriku dalam lapang-Mu
Dalam tulusmu dalam hangat sayap-Mu
Dalam remang cahaya-Mu dalam
tak pandangku lagi
Dalam jumpa ruang batin yang tak kupahami
Meski tak Kau berikan Kau
Dalam kalah dan kalah-Mu
Aku mohon jangan lagi Kau lemparkan aku
Di sesak hampa tepian-Mu
Meremah kosong harapku pada-Mu

Di tepi lorong pinggir kampung

Aku tahu lorong ini tak sampaikan
hasratku padamu untuk bersua Tuhan
Karena buntu,
melintang luapan bah buatanmu
Meski setitik hurup yang belum jadi
Serupa lukisan tarian jemari pada daunan tua
Bumi kusam dari terang panas
matahari malam

Kaukah yang berkali-kali memanggilku
Akan kau bebaskanku dari sunyi hari-harimu
Bahwa harus aku lepaskan biduk kecil
Menyusuri sungai waktu serupa bayi Musa
kepada gubuk Fir’aun yang bertahta atas
karamba
Ataukah sepetak ladang yang ditinggalkan
para petani
Mengungsi, karena didera arus kali-kali

Aku pun tahu kau telah menciptakan
pulau buatan untukku
Sambil menggali liang lahat dalam-dalam
Kau suruh aku mengubur lapar dahagaku

*) Sutarmanto, Guru SDN 1 Gambiranom, Baturetno, Wonogiri.

rantaikata : http://solopos.net

Feb 24, '08 10:40 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 24 Februari 2008 , Hal.V
jendela itu belum tertutup
Nduk,
Sebelum tidur nanti
Jangan lupa kau tutup jendela itu
Nanti kau masuk angin
Seperti kemarin
Ibu juga yang ngeroki kamu


Pada jendela buatku terlelap
Angin yang menerobos meninakan
Kubuka tanpa berderit
Menatap pada orang-orang yang siap menerkamku

Maaf bu,
Bukan jendela itu yang menjadi sakitku
Juga bukan angin malam
Tapi kebohonganku padamu
Lewat jendela ini aku balaskan
Sakit hatiku pada setiap lelaki
Aku sebarkan Virus itu

Aku tidak pulang malam ini
Mungkin entah sampai kapan
Aku tertankap Kamtib
Aku dikarantinakan,

Maaf bu,
Jangan ceritakan pada cucu ibu
Katakan padanya, ketika dia lahir
Mamanya telah mati
Dan lupa menutup jendela

Aku SMS pahlawanku

Indonesia Raya
Mengalun tanpa nada
Tumpah Darahku
Menggema di Semesta

Sampai sekarang aku belum sadar
Selalu gelisah
Pada
Bagimu Negeri
Maju Tak Gentar
Rayuan Pulau Kelapa
Dari Sabang Sampai Merauke
Sampai pada
Berkibarlah Benderaku

Lalu aku mendengar
Kucing Garong
Bang SMS,
Ketahuan
Gemetar lututku

Ternyata aku harus tinggal lebih lama
Pada Istana Mangunjayan

*) Guntur T Cunong, tinggal di Plesungan, Karanganyar, aktif berkesenian pada musik dan teater, berekspresi musik pada: Lebata Band, Sansekerta, Karet


rantaikata : http://solopos.net

Feb 24, '08 10:39 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 24 Februari 2008 , Hal.VIII

Sering aku berpikir dalam sendiri
Kenapa ada sunyi dan sepi
Ada susah dan senang

Juga ada gembira dan penderitaan
Lama baru kutemukan jawaban
Bahwa ini yang namanya kehidupan
Beragam aneka warna dan juga rasa
Berbaur menjadi satu kesatuan cerita
Kita bisa memilih sendiri
Cerita apa yang kan kita perani
Namun di atas semua itu
Tetap kuasa Tuhan lah yang berlaku
Ya... inilah hidup
Bagian dari cerita anak manusia yang kadang redup
-

:anonim

rantaikata : http://solopos.net/indexminggu2.asp?kodehalaman=m08#

Feb 24, '08 10:37 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 24 Februari 2008 , Hal.VIII

Penat...
Ku yang terbelenggu oleh partikel-partikel
masa
Ta’ bisa bebaskan raga yang tlah tertancap
oleh bayonet kehidupan
Alter egoku hanya timbulkan luka,
yang semakin menganga

Pantas...
Pun, aku yang slalu torehkan luka pada
andromeda
Aku, yang slalu enyahkan violet dalam sudut
afeksimu
Aku, yang slalu ciptakan fraktur dalam palung
hatimu
Ingin... Ungkap semua instrumental hati
Namun diri seperti prasasti bisu
Yang hanya bisa pahatkan kata maaf,
dalam diri yang tersayat
Yang hanya bisa ukirkan kata maaf,
dalam relief hati yang terkikis
Ta’ ingin...
Berakhir menjadi bagian dari dimensi sejarah
Yang tercatat sebagai Pecundang,
dari sederet anekdot semata
Akhirku...
Hanya seriosa maaf,
Yang Mengalun Sendu...

:anonim

rantaikata : http://solopos.net

Feb 17, '08 10:55 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 17 Februari 2008 , Hal.V

Puting Beliung
Terkurung langit hitam
Sebuah bukit yang runcing
Terpusar oleh angin kencang
Memutar-mutar sejuta pendulum

Dan pepohonon saling tumbang
Mencabik-cabik sawah dan ladang
Digerus digilas oleh hujan es
Seluruh penduduk telah tewas

Setengah jam hari kembali terang benderang
Manamatkan sebuah kiamat di kecamatan
Belasungkawa untuk titik negeri mantan
Bekas menara stasiun televisi yang menantang

Tinggallah sebuah bukit terbelah. Kenangan
Mengubur segala jumawa dan durhaka
Kepada keseimbangan
Alam yang molek. Amanah atau bencana

Di puncak Gunung Merapi

Jikalau engkau mengerti hakikat syair
Dari sedalam-dalam semesta zikir
Pandanglah hening ke sekeliling
Di atas puncak sebuah gunung

Terbacalah bahwa alam terus berproses
Sebagai yang disabdakan ayat kudus
Tidak ada yang berhenti
Kecuali Sang Abadi

Sirotol Mustakim

Sudah kubentang jalan tol
Sejak di dalam rahim
Jembatan sirotol mustakim
Tegak lurus total
Menembus surga
Dari gua garba

Sudah kupancang jalan layang
Dari telapak kaki bunda
Menggerayang semesta
Sejak alif-ba-ta sampai iya
Menerobos alam peta tidak terduga
Jagat Maha Hening
Allahu Akbar!!

Munawar Syamsuddin, penulis sastra tinggal di Jl Pandanaran 223-A Boyolali 57313.


rantaikata : http://solopos.net/indexminggu2.asp?kodehalaman=m10#

Feb 17, '08 10:53 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 17 Februari 2008 , Hal.VIII
 

Engkaulah yang selalu bertahta dalam kalbuku
Nada-nada cinta mengalun membuai sukma
Detik, menit, jam bergulir menembus
empat tahun berlalu

Lama sudah kita menoreh cerita cinta
di planet kita...
Engganku menukarmu dengan apapun itu
Sejatinya cinta... biarlah bersemi apa adanya
Sejatinya cinta... bertahan meski sulit
mengukir setia
Lamanya aku cinta kamu akan lebih lama
daripada selamanya

Orang inilah yang ‘kan membasuh air matamu
Vide! Lihatlah keagungan cinta kita berdua

- Yessy partysia S, Nglangak RT 02/RW 01, Kwangen, Gemolong, Sragen 57274

rantaikata : http://solopos.net

Feb 17, '08 10:43 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 17 Februari 2008 , Hal.VIII
 

Begitu jauh jalan yang kutempuh
Ke arah mana? Entah, aku tak tahu...
Begitu berat perjalanan hidup
Mampukah aku melewati? Aku pun tak tahu...

Aku hanyalah remaja yang penuh tanya
Aku selalu mengeluh
Mengapa hidup haruslah sulit?
Mengapa tidak dimudahkan saja?
Hidup ini hanya sekali
Pada akhirnya pasti mati
Mengapa hidup sekali tak bisa dinikmati?

Aku jenuh, aku bosan, aku penat
Haruskah jalan setapak ini kutempuh?
Haruskah keras dunia kurasakan?
Haruskah hari-hari kelam kulalui?
Sampai mana aku mampu bertahan
Mencari arti hidup,
Mencari masa depan yang belum tampak bagiku...

Sekar Ratri Andarini, Universitas Sahid Solo, Jl Adisucipto 154, Jajar, Solo.


rantaikata : http://solopos.net/indexminggu2.asp?kodehalaman=m08#

Feb 10, '08 12:02 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 10 Februari 2008 , Hal.V


Pemulung: kau jalan kaki
Panggul karung keliling kampung
Barang bekas kau kumpul
Demi sesuap nasi penjaga gawang jiwa-raga anak isteri

Pemulung, kau bersepeda
Bonceng bronjong keliling kampung
Barang bekas kau kemas
Pulang petang

Pemulung, kau naik mobil
Keliling kampung
Kau timbang, kau bayar barang bekas

Pemulung, maju ikuti jejak zaman!

Pemulung I

Jalan kaki
Keliling kampung
Bawa karung

Kumpulkan bekas-bekas
Kehadiranmu tak buas
Dan tak beku cemas

Jalan kaki
Bertemu sapa
Warga rela bersua

Barang bekas
Kau kumpulkan
Kau pilah-pilah
Kau tukar
Kau gelar rupiah sesampai di rumah
Menggugah gairah isterimu
Menggugah gairah malam (hidupmu selalu)

Jalan kaki
Keliling kampung
Bawa karung
Perilaku suci
Ketika bumi memutar abadi

Pemulung II

Tak tersisa barang bekas
Di kampung di gang
Sampai halaman rumah
Yang rapi berpagar
Diserbu...ribuan pemulung

Kampung jadi rapi dan bersih
Barang bekas kikis habis
Ribuan pemulung bingung
Pikiran limbung
Anak isteri terbayang
Lesu dan kurang darah
Tak pulang tak beruang
Pulang tak bawa uang
Menghitung utang
Gemas pikir teralih

Pemulung bingung memasuki kampung
Lupa diri
Memunguti barang yang masih
Berarti pencuri
Menyerbu rumah tanpa ramah
Pemulung, apakah pencuri abadi?

*) Drs Agus Budi Wahyudi MHum, staf pengajar di PBSID FKIP UMS.



rantaikata : http://solopos.net/indexminggu2.asp?kodehalaman=m10#

Feb 10, '08 12:00 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 10 Februari 2008 , Hal.VIII


Pagi yang sempurna menantikan aku
Untuk pergi ke awan yang paling damai
Aku bosan melihat hal-hal tabu
Ataukah aku harus pergi ke pantai yang landai?

Jurusan sinar mentari makin membuatku bingung
Ingin bertukar tempat, berbalik arah
Agar tak seperti lebah yang mendengung
Dan ubah saja menjadi tulip yang merekah

Dunia ini dibatasi bayangan hampa
Jagad raya menghimpit dada
Hingga aku tak bisa lagi bernapas
Kini, aku mati bosan di senja hari


Maria Monasias, Kelas IX G, SMP Pangudi Luhur Laut, Solo - wasis


rantaikata : http://solopos.net

Feb 10, '08 11:38 AM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 10 Februari 2008 , Hal.VIII

kepada seorang sahabat
Meski aku hanya puing yang tercecer dalam
endapan ilusi waktu:

tapi aku ingin
menjelma angin
hingga aku bisa bercumbu dengan
embun yang begitu cantik
lalu kuajak ia menelusup ke ceruk hatimu.
Agar kita bisa merenda asa
di tengah buritan
Jiwa yang kerontang ini
Dan kubantu kau melukis bintang
di atas mimpi
Dan bersama kita rengkuh rembulan itu,
Yang kan kita jadikan lentera
Agar tak salah kita mencampur
warna.
Sekali lagi, aku ingin menjelma angin!
Dan bersamamu:
‘kan kita terbangkan debu.
(14.01.04)

Desta Suprihatin, SMA Negeri 1 Wonogiri, Jl Perwakilan No 24, Wonogiri 57612 - wasis


rantaikata : http://solopos.net/indexminggu2.asp?kodehalaman=m08#

Feb 4, '08 2:49 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 03 Februari 2008 , Hal.V


Desember



Desember adalah saat kita duduk
di baris akhir sebuah antrean
sambil melihat hujan


pintu belum terbuka
angka-angka di kalender menggeliat resah
tertusuk dingin angin
yang disisipkan gerimis lewat jendela

di belakang kita
kenangan masih menyusun bayangan
di depan kita
masa depan mulai berbenah menjadi kenyataan

Desember adalah saat kita menunggu
dan jadi saksi bisu
jejak kita sempurna menjadi masa lalu
Solo, 2006

Pawang hujan

hujan telah reda
Sang Pawang bergegas pulang
laksana kusir tak berkuda
yang mengendalikan kekang cuaca
dengan mantra rahasia

ketika misteri matahari terpahami
semenjak awan dapat dipadatkan
saat geliat angin dapat dibaca
tak ada lagi rahasia
dunia berjalan di belakangnya

tetapi ia tetap dihantui tanya
mengapa masih saja gagal
menangkal setitik air
di mata isterinya
Solo, 2007

Sejarah

tidak ditulis oleh pihak yang kalah
karena pena mereka patah
kesaksian hanya setengah kisah

kita menunggu sejarah berubah
tapi kita lengah
benda-benda bersejarah
ramai dijarah dan dijual murah
Solo, 2007

*) Gunawan Tri Atmodjo dilahirkan di Solo, 1 Mei 1982. Karya-karyanya memenangkan beberapa sayembara sastra, di antaranya Cerpen Terbaik Majalah Horis


rantaikata : http://solopos.net

Feb 4, '08 2:47 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 03 Februari 2008 , Hal.VIII

Gelak tawa seketika terhenti
Entah ke mana mereka pergi
Manusia berlari-lari menyelamatkan diri
Padahal hidup dan mati di tangan Ilahi
Apa jadinya jika gempa genap sehari

Dunia pasti hancur berantakan
Umat manusia tak kan mampu bertahan
Apa bekal yang mesti harus dipersiapkan

Tuhan Allah sudah banyak memberi peringatan
Uniknya manusia banyak yang mentertawakan
Jiwa dan otak hanya memikirkan keduniawian
Ulama memberi fatwa malah ditertawakan
Hasut dengki bagaikan hidangan

Mari kita segera sadar
Enyahkan sifat takabur dan perilaku mungkar
Itu segera bantu orang yang susah lagi lapar

Nofia Ika Puspitasari, kelas VII-B/SMP Kasatriyan 1 Solo.


rantaikata : http://solopos.net

Feb 4, '08 2:24 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 03 Februari 2008 , Hal.VIII

Jujur...
Sulit temui
Jika tiada dicari
Bentuk indah ketulusan
Pada sebuah ikatan

Tali kasih, jalinan sayang
Dalam selaksa lagu dendang
Sanjak-sanjak pertemanan
Pun puisi yang bawakan
Damai, riuh mengalun
Tiada pengaruh dan paksa
Hulu awal menuju hilir
Setelah lalui
macam kisah
dalam kenangan
Akankah purnama yang sama
Kita temui
Sepuluh tahun lagi?

Poetry Maulina J, Universitas Sebelas Maret, Jl Ir Sutami 36A Solo


rantaikata : http://solopos.net

Jan 28, '08 11:49 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 27 Januari 2008 , Hal.V

Perempuan Cantik Itu
Perempuan cantik itu
Bernama Indonesia
Anaknya ada lima sudah besar
Beberapa masih kecil
Yang terkecil selalu minta adik baru
Ada yang gemuk bergizi
Kebanyakan kurus tak bergizi


Perempuan cantik itu
Bernama Indonesia
Suaminya dari berbagai penjuru dunia
Ia bukan pelacur
Meski berganti-ganti yang menidurinya
Lelaki pertama suaminya tak berdaya
Tak bisa memenuhi hasratnya
Penyakitnya tak kunjung mereda

Ia bukan pelacur meski
Berganti-ganti yang menidurinya
Hanya satu tujuannya
Untuk kesejahteraan anak-anaknya

Perempuan cantik itu
Bernama Indonesia
Dialah ibu kita tercinta

Paranggupito, September 2007

Wakil Mucikari

Pelacur yang dulu itu telah mati
Hartanya melimpah di sana sini
Sertifikat tanahnya hampir memenuhi bumi

Anaknya ahli waris sejati
Pemilu lalu ia mencalonkan diri
Jadi wakil mucikari
Tak susah payah ia dapat kursi
Jadilah ia pelacur tingkat tinggi

Tak perlu ia mengumpulkan upeti
Apalagi korupsi
Teman sejawatnya bergaji tinggi
Upeti mengalir sendiri

Paranggupito, September 2007
- *) Wiyono, guru SMP Negeri 1 Paranggupito Wonogiri.


rantaikata : http://solopos.net

Jan 28, '08 11:47 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 27 Januari 2008 , Hal.VIII
 

Diri ini buta
Semua hanya bias semu
Tak memaknai segala
Hanya kata yang kian bisu


Secercah cahaya kuat terbelenggu
Terhalang arang hitam pencemburu
Hitam seakan putih
Yang merajai kepalsuan kasih

Diri tak kuasa mengubah segala
Mengakar kuat dalam kehangatan
Menyiksa batin
Membarakan hati yang kian dingin

Pasrah...
Hanya mampu kuserahkan pada-Nya
Zat yang menguasai setiap perkara -

Helti Nur Aisyiah, SMA Al Islam 1 Solo.


rantaikata : http://solopos.net

Jan 28, '08 11:45 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 27 Januari 2008 , Hal.VIII
 

Ada biru terselip di sana
Ada cahaya di balik kegelapan
Ada pengorbanan terselip di sana
Ada kesetiaan di balik pengkhianatan

Sepucuk hati untuk sebuah penantian
Sepucuk ketulusan untuk sebuah harapan
Sepucuk senyuman untuk sebuah pengorbanan
Ketika penantian berujung pengkhianatan
Ketika harapan berujung dusta
Ketika pengorbanan berujung benci
Adakah cinta di sana?
Adakah kerinduan di sana?
Adakah pengharapan di sana?
Adakah keindahan yang menyedihkan
Persembahan cinta tuk langit telah mati
Akankah ketegaran menghapus kepahitan
Adakah ketegaran terselip di sana?

- Erlin Setyaningsih, Tegalharjo RT 03/RW 03, Tegalharjo, Jebres, Solo 57128.
rantaikata : http://solopos.net

Jan 20, '08 6:15 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 20 Januari 2008 , Hal.V
Bengawan Solo

Mengapa engkau tak bersahaja
mengapa engkau marah padaku
apa karena engkau frustrasi
oleh sampah-sampah yang mengotori
wajahmu
atau pohon-pohon yang menyangga
kepalamu
telah digunduli satu-satu
bengawan solo
mata airmu membanjiri
air mataku
menerjang rumah
sawah
kampung
desa dan harta benda
bengawan solo
bertahun engkau manjakan aku
namun saat ini
riwayat terulang lagi
sejarah menulis kembali
engkau menggenangi jiwa kami

(27 Desember 2007, sehari setelah Bengawan Solo membanjiri sebagian Solo dan sekitarnya)

Jembatan Jurug

Mengapa kau berdiam diri
saat bengawan solo marah pada kami
mungkinkah engkau merasa menderita
hingga dirimu tak mampu berbuat apa-apa
tulang-tulangmu yang kuat
mengalahkan tembok-tembok rumah kami
yang hanyut oleh amarah
amukan bengawan solo
mungkinkah satu nanti
kau seperti nasib kami
hancur oleh bengawan Solo

Desember 2007 - *) Dwi Setia Yuliawan (Danik DS), Guru Seni Budaya
rantaikata : solopos.net

Jan 20, '08 5:53 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 20 Januari 2008 , Hal.VIII


Surgaku
Keheningan malamMu terusik
Merajut kilauan embun malam
Ketika hujan meraihmu
Tatkala semua buta

Keindahan malamMu terbelah
Sunyi pun meronta tatkala bumi menari
KeindahanMu sekejap sirna

Ketika pagi menyambut
Semua tlah berduka
Hingga tak terasa air mata pun mengalir
Mengikis hitamnya hati.
31 Desember 2007

- Junaidi, Plawar RT 19 Saren, Kalijambe, Sragen 57275.
rantaikata:http://www.solopos.net

Jan 20, '08 5:49 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 20 Januari 2008 , Hal.VIII


aku tenggelam
dalam dilema hatiku
yang selalu timbul tenggelam
di permukaan anganku

kutengadahkan wajah
kuteriakkan kegalauan hatiku
oh, gurun jiwaku rindu kesejukan
seperti sejuknya jiwa
saat berbasuh hidayah Ilahi

bilakah esok kujumpai
cerahnya surya pagi
menyapa tulus senyumannya?

seiring impian mahligai
menanti di tepi telaga ketulusan
sembari menyenandungkan cintanya
dari balik terali adat, syari’at
harapan kasih yang masih sederhana

- Gunawan, Welar RT 02/RW 07 Pandeyan, Ngemplak, Boyolali.
rantaikata: http://www.solopos.net

Jan 13, '08 12:13 PM
untuk semuanya
Edisi : Minggu, 06 Januari 2008 , Hal.V

Hamparan luas pohon jati yang rindang
banyak setan penunggu hutan
dengan wajah-wajah seram muka bercambang
ber-gaman kapak gergaji klewang
mereka bebas menebang kayu hutan
tanpa ada berani menghalangi
sebab aparatpun tak cukup nyali menghadapi
setan penunggu hutan bisa menghilang
menjarah ribuan meter kubik kekayaan alam
hingga tampak gundul-gundul hutan
2004

Sajak-sajak pendek
buat para penguasa
Ajari kami demokrasi
dengan menghargai
dan mengasah nurani;
Kalian adalah keteladanan
dengan kejujuran
mendidik generasi yang kan datang;
Korupsi
Kolusi
Nepotisme
jangan dibudayakan di negeri ini;
Sejahtera lahir batin
penduduk di negeri ini
Dwi Setia Yuliawan (Danik DS), guru di SMPN 4 Polokarto, Sukoharjo. Tinggal di Solo.
rantaikata: http://www.solopos.co.id

No comments:

Post a Comment

Silakan beri komentar Anda. No Spam No Ads. Thanks.