Friday, October 11, 2013

Katarsis Dalam Pendidikan

  • Oleh : Muh. Aziz Widayat, S.Pd.I*
  • Terbit pada: Volume 6,Nop.2012
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain (Q.S. Al Insyiroh 6-7)

Pendahuluan
Kualitas seorang anak didik sangat ditentukan dan dipengaruhi oleh budaya dan suasana belajar di rumah dan di sekolah. Beberapa faktor pendukung kualitas anak di rumah adalah seperti tingkat sosial ekonomi, dan Sumber Daya Manusia (SDM) orang tua, keharmonisan keluarga serta pengaruh teman bermain dan hiburan. Sedangkan faktor pendukung di lingkungan sekolah adalah seperti tingkat SDM dan kehangatan pribadi guru, fasilitas penunjang, sarana belajar dan pengaruh budaya dan iklim belajar di sekolah itu sendiri.

Dalam sebuah kesempatan seorang teman bercerita. Dia mempunyai seorang murid yang dalam kesehariannya pendiam dan senang menyendiri. Murid ini tidak terlalu suka dengan keramaian. Sekali waktu, dalam rangka mengisi acara pentas akhir tahun, si teman ini mendapat tugas membuat pentas drama. Dari sekian skenario yang dia siapakan, dia membutuhkan satu tokoh dengan karakter pemarah, tidak mudah menghargai hasil karya orang lain, dan kurang empati. Tanpa diduga, si murid pendiam itu mengajukan diri untuk memerankan karakter tersebut. Teman-temannya hanya menertawakan anak tersebut. Mereka mencibir dan mengolok-olok bahwa dia tidak akan bisa memainkan perannya dengan baik. Sang gurupun pada awalnya juga pesimis, namun untuk menghargai apresiasi siswanya dia akhirnya mengizinkan si anak memerankan karakter tersebut. Pada saat pementasan, tanpa diduga oleh siapapun, sia anak yang pendiam tadi bisa memerankan karakternya dengan baik, bahkan lebih menjiwai dibanding pada saat latihan. Dia bisa marah seperti orang marah yang sesungguhnya, dia bisa mencaci maki dengan tanpa beban. bahkan mampu berimprovisasi lebih baik lagi. Sang guru dan teman-teman anak tersebut terpana akan kondisi tersebut.

Setelah selesai acara, sang guru memberi apresiasi terhadap siswa tersebut. Diluar perkiraan, si murid bercerita bahwa dia sudah terbiasa menyaksikan orang marah, baik marah karena sebab yang jelas ataupun marah dengan sebab yang tidak jelas sekalipun. Dia juga sudah terbiasa dengan lingkungan hidup saling menyalahkan satu sama lain dan tanpa ada rasa percaya kepada sesama. Dia menyaksikan peristiwa seperti itu hampir setiap hari karena pelaku utamanya adalah kedua orang tuanya sendiri. Kondisi itulah yang menyebabkan si anak tersebut tidak percaya diri di sekolah. Dia merasakan beban psikis yang lebih sehingga tidak nyaman beraktivitas di sekolah bahkan di rumah. Hal tersebut akhirnya berdampak pada prestasi belajarnya.

Sebagaimana diketahui bahwa selain kebutuhan yang bersifat fisik, salah satu jenis kebutuhan dalam hidup manusia adalah kebutuhan yang bersifat psikis yang kerap disebut dengan kebutuhan pribadi. Dalam kondisi normal, jiwa akan sehat kalau kebutuhan pribadi dapat kita terpenuhi. Kebutuhan pribadi yang terpenting adalah seperti rasa kasih sayang, rasa sukses, kebebasan, pengalaman dan kebutuhan akan rasa kekeluargaan.

Sebagaimana dikutip Mohamad Nur (2001:8), berdasarkan teori kebutuhan Maslow diketahui bahwa kebutuhan yang berada pada hierarkhi lebih bawah paling tidak harus sudah terpenuhi sebagian sebelum mencoba memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi tingkatnya.

Kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, cinta, dan penghargaan) adalah kebutuhan penting untuk kesehatan fisik dan psikologis karena itu harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum berusaha memenuhi kebutuhan tumbuh (kebutuhan untuk mengetahui dan memahami sesuatu, kebutuhan menghargai keindahan, dan kebutuhan menumbuhkan dan mengembangkan apresiasi atau aktualisasi diri).

Pengertian Katarsis
Dalam KBBI, katarsis diartikan 1 Kris penyucian diri yg membawa pembaruan rohani dan pelepasan dr ketegangan; 2 Psi cara pengobatan orang yg berpenyakit saraf dengan membiarkannya menuangkan segala isi hatinya dng bebas; 3 Sas kelegaan emosional setelah mengalami ketegangan dan pertikaian batin akibat suatu lakuan dramatis.

Katarsis adalah suatu metode terapi dimana pasien diminta untuk mengingat kembali dan melepaskan emosi yang tidak menyenangkan, mengalami kembali ketegangan dan ketidakbahagiaannya dengan tujuan untuk melepaskan dari penderitaan emosional/gangguan mental. Terapi katarsis ini dikenalkan oleh Josef Breuer dan kemudian dikembangkan oleh Sigmund Freud. Freud mengembangkan “katarsis” pengobatan untuk orang yang menderita gejala histeris melalui penggunaan hipnosis.

Fanny dalam millisnya “OCEAN” menulis “banyak orang yang kurang begitu familiar dengan istilah katarsis. Istilah ini terkait erat dengan tekanan, stress, beban, emosi. Bila diumpamakan, seperti sedang mengisi air di bak mandi, bila terus menerus diisi tentunya air akan meluber keluar, begitu pula dengan tekanan dan emosi, bila tidak ada katup penyaluran atau pengeluaran tentunya dapat meledak. Masalah yang ada dapat semakin parah bila emosi yang keluar meledak-ledak. Jadi apa itu katarsis? Untuk lebih mudahnya, katarsis merupakan suatu mekanisme untuk penyaluran dan pereduksian emosi atau tekanan agar psikis manusia tetap dapat mempertahankan fungsinya menjaga realitas. atau lebih mudahnya. Seperti perumpamaan di atas, katarsis merupakan suatu sumbat yang bila dicabut dapat mereduksi air dalam bak sehingga tidak meluber. Begitu halnya dengan emosi dan tekanan yang terus menerus dipendam dapat menjadi suatu ledakan yang berakibat fatal bila tidak disalurkan. Selain itu, emosi dan tekanan yang terus menerus direpresi dapat menyesakkan dada dan teralihkan menjadi masalah fisik”.

Katarsis dalam pendidikan
Setiap anak melalui tahapan perkembangan psikologis namun dalam kurun usia yang sama belum tentu tahapan perkembangan psikologis semua anak juga sama. Masing-masing mempunyai ritme sendiri karena banyak factor yang menyertainya. Namun demikian jika tugas perkembangan pada level tertentu belum tuntas maka hal tersebut akan berpengaruh pada tahapan berikutnya.

Proses katarsis sangat dikenal dalam psikologi, terutama dalam aliran psikoanalisis. Maksudnya adalah adanya pelepasan emosi-emosi yang terpendam. Proses katarsis sangat penting bagi orang-orang yang sedang menghadapi masalah emosional. Proses ini sangat penting bagi orang-orang yang sedang menghadapi masalah-masalah emosional. Dan pada umumnya, mereka juga sedang menghadapi situasi yang menyedihkan, mengecewakan, dan menjengkelkan. Mereka tidak mau bercerita kepada orang lain. Mereka lebih suka memendamnya sendiri atau berusaha untuk melupakan masalahnya meskipun dalam kenyataan, suatu masalah semakin dipendam dan diusahakan untuk dilupakan, maka akan muncul berbagai macam ganguan fisik dan psikologis seperti depresi, kecemasan dan berbagai bentuk penyakit psikologis.

Pada akhir tahun pelajaran kemarin, seorang teman bercerita tentang kondisi siswanya. Dia mempunyai dua siswa (saat itu kelas IV) yang berat untuk dinaikkan ke tingkat lebih lanjut mengingat si anak mempunyai kelemahan dalam menerima pelajaran dan kelemahan pula dalam bersosialisasi. Setelah berdiskusi kami sepakat bahwa kedua siswa tersebut mempunyai permasalahan yang sama. Permasalahan yang berkaitan dengan pelajaran berakar pada belum tuntasnya kemampuan membaca dan berhitung di kelas bawah tetapi dipaksa dinaikkan ke kelas atas sehingga anak merasa terbebani. Sedangkan permasalahan berikutnya (bahkan menurut penulis adalah masalah paling mendasar selama anak tersebut di kelas) adalah kurang diterimanya kedua anak tersebut di dalam kelas. Mereka cenderung dikucilkan oleh teman-temannya. Mereka terlalu sering dipesepsikan sebagai anak yang bodoh oleh teman-temannya. Kondisi tersebut menyebabkan kedua anak tersebut tidak nyaman dalam belajar. Sang guru sudah berusaha untuk mencairkan suasana tetapi tetap tidak bertahan lama karena kelas didominasi oleh mereka yang mempunyai karakter keras (kebetulan komposisi kelas didominasi oleh anak-anak yang posisinya dalam keluarga sebagai anak tunggal, anak pertama dan anak bungsu). Menurut hemat penulis, langkah pertama yang harus dilakukan adalah memisahkan kedua anak tersebut dengan komunitasnya yang sekarang. Hal itu untuk membangkitkan kepercayaan diri kedua anak tersebut. Untuk menguji hipotesa tersebut, penulis iseng meminta teman tadi bertanya kepada muridnya seandainya disuruh memilih antara naik kelas atau tetap tinggal di kelas empat, mereka memilih yang mana? Dan perkiraan penulis tepat, mereka menjawab lebih memilih tidak dinaikkan ke kelas lima meskipun orangtua mereka lebih memilih untuk tetap dinaikkan dengan berbagai konsekuensinya.

Guru dalam melaksanakan tugas profesinya dihadapkan pada berbagai pilihan, seperti cara bertindak bagaimana yang paling tepat, bahan belajar apa yang paling sesuai, metode penyajian bagaimanayang paling efektif, alat bantu apa yang paling cocok, langkah-langkah apa yang paling efisien, sumber belajar mana yang paling lengkap, system evaluasi apa yang paling tepat, dan sebagainya (Sahabuddin, 1995).

Beratnya tanggung jawab bagi guru menyebabkan pekerjaan guru harus memerlukan keahlian khusus. Untuk itu, pekerjaan guru tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar bidang pendidikan karena jika itu yang terjadi maka profesi guru rentan terkena pencemaran. Guru sebagai pelaksana tugas otonom harus dapat menentukan pilihannya dengan mempertimbangkan semua aspek yang relevan atau menunjang tercapainya tujuan. Dalam hal ini guru bertindak sebagai pengambil keputusan.

Mengacu pada definisi di atas, dapat dipahami bahwa katarsis itu adalah proses bagaimana kita mengeluarkan emosi yang tertahan. Adapun cara katarsis tiap orang berbeda, tergantung dari karakter orang itu sendiri. Ada berbagai jenis katarsis seperti curhat, menangis, karaokean, bermain video games yang keras, bermain air, berteriak dan sebagainya. Adapun proses katarsis yang mudah dilakukan secara klasikal (dalam proses pembelajaran) diantaranya dengan menulis, bermain air, berteriak untuk mengeluarkan ekspresi (bermain peran), dan permainan yang memicu adrenalin (out bond).

Sumber Rujukan:
Badudu, J.S. 2003. Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Kompas
Blog: Brown et de la pluie
Kamus Besar Bahasa Indonesia
http://www.tqn-jakarta.org / http://id.wikipedia.org / etc
www.wikipedia.org
Penulis adalah guru SDN 2 Wates Jenangan
Nomor HP. 085 649 541 354

No comments:

Post a Comment

Silakan beri komentar Anda. No Spam No Ads. Thanks.