Kesunyian abadi saya kira adalah di akhirat. Ketika kita meratapi, meraung dan merasakan kesakitan dalam penyiksaan di neraka. Tak ada orang, seorangpun menemani kita. Kita sendirian! Orang-orang betapa menerima segala sebab dan akibat ketika hidup. Amalan apa yang sudah kuperbuat. Selama ini aku hanya bersenda gurau belaka. Banyak hal terlewatkan olehku. Yang jelas banyak sekali perintah dan larangan masih kulanggar. Apakah ini sudah takdir?
Ada hakikat dan makna. Setiap waktu yang berlalu adalah hikmah-hikmah yang terpetik untuk direnungkan dan diperbaiki. Oh, kiranya aku perlu mengaji lebih banyak lagi. Pada jalur hijau yang dahulu kupelajari. Kehidupan terus berputar. Selalu saja kehidupan sering membawaku pada lumpur.
Diluar sana ada lebih banyak lagi orang bermandi lumpur lebih asyik. Apakah aku seperti mereka yang asyik dengan kehidupan sementara ini. "Kamu harus teliti dan hati-hati. Jangan sampai kau asyik dalam kubangan lumpur itu!" Suara hati selalu mengingatkanku.
Ingatku, ketika bagaimana Nabi Adam diciptakan. Bukankah Nabi Adam diciptakan dengan kesendirian. Dan akhirnya Nabi Adam juga merasa kesepian dalam taman surga-Nya. Hingga Allah pun berkenan menciptakan pendamping untuk menemani Nabi Adam. Diciptakannya Hawa dari tulang rusuk kiri Nabi Adam.
Semua akan berakhir kepada yang mula. Dan kesepian dalam neraka itu sungguh abadi. Itulah, kesunyian ini abadi.
Ada dua pilihan kesunyian, yang manis dan pahit. Manis ketika kita berhasil menamatkan ujian di dunia ini dan masuk surga-Nya. Pahit ketika kita berjalan pada jalur neraka dan masuk ke dalamnya. Apalagi sampai kekal di dalamnya. Untuk selama-lamanya.
"Kamu harus teliti dan hati-hati. Jangan sampai kau asyik dalam kubangan lumpur itu!" Suara hati itu selalu mengingatkanku.
Ada hakikat dan makna. Setiap waktu yang berlalu adalah hikmah-hikmah yang terpetik untuk direnungkan dan diperbaiki. Oh, kiranya aku perlu mengaji lebih banyak lagi. Pada jalur hijau yang dahulu kupelajari. Kehidupan terus berputar. Selalu saja kehidupan sering membawaku pada lumpur.
Diluar sana ada lebih banyak lagi orang bermandi lumpur lebih asyik. Apakah aku seperti mereka yang asyik dengan kehidupan sementara ini. "Kamu harus teliti dan hati-hati. Jangan sampai kau asyik dalam kubangan lumpur itu!" Suara hati selalu mengingatkanku.
Ingatku, ketika bagaimana Nabi Adam diciptakan. Bukankah Nabi Adam diciptakan dengan kesendirian. Dan akhirnya Nabi Adam juga merasa kesepian dalam taman surga-Nya. Hingga Allah pun berkenan menciptakan pendamping untuk menemani Nabi Adam. Diciptakannya Hawa dari tulang rusuk kiri Nabi Adam.
Semua akan berakhir kepada yang mula. Dan kesepian dalam neraka itu sungguh abadi. Itulah, kesunyian ini abadi.
Ada dua pilihan kesunyian, yang manis dan pahit. Manis ketika kita berhasil menamatkan ujian di dunia ini dan masuk surga-Nya. Pahit ketika kita berjalan pada jalur neraka dan masuk ke dalamnya. Apalagi sampai kekal di dalamnya. Untuk selama-lamanya.
"Kamu harus teliti dan hati-hati. Jangan sampai kau asyik dalam kubangan lumpur itu!" Suara hati itu selalu mengingatkanku.
Gandekan-Solo, 21 Maret 2013
No comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar Anda. No Spam No Ads. Thanks.