Disabilitas dan Pandangan Masyarakat adalah dua hal yang menjadi ramai dibicarakan. Bahkan menjadi perhatian bagi kartunet.com guna
memperingati hari internasional penyandang disabilitas pada 3 Desember
2011. Melalui tulisan ini semoga masyarakat dapat lebih mengenal dunia
disabilitas dan dapat ikut berpartisipasi dalam mewujudkan masyarakat
tanpa diskriminasi (inklusif).
Disabilitas dan Pandangan Masyarakat – Penguatan Defenisi dan Tingkatan Disabilitas
Disabilitas dan Pandangan Masyarakat
terdiri atas dua kelompok kata. Disabilitas itu sendiri adalah sebuah
keterbatasan fungsional yang dimiliki oleh seseorang dan kesulitan
melakukan aktivitas sebagaimana manusia biasanya, baik aktivitas sosial
maupun ekonomi. Sedangkan Pandangan Masyarakat adalah gambaran, baik
berpua opini maupun idealisme yang tertanam dalam diri yang menjadi
pemicu dalam mengambil langkah dan argumen. Jadi, Disabilitas dan Pandangan Masyarakat
adalah argumen-argumen atau sikap-sikap yang muncul dari sekelompok
manusia (baca: masyarakat) terhadap manusia-manusia yang memiliki
keterbatasan dalam beraktivitas.
Disabilitas
itu sendiri juga memiliki beberapa tingkatan berdasarkan waktu, jenis
dan juga berdasarkan faktor penyebab hal tersebut harus dialami.
Tingkatan disabilitas berdasarkan waktu:
Tingkatan disabilitas berdasarkan waktu:
- Disabilitas jangka pendek, dapat kembali normal dalam waktu yang cepat
- Disabiltas jangka panjang, dapat kembali normal namun membutuhkan waktu yang lama
- Disabilitas permanen, dialami seumur hidup
Tingkatan disabilitas berdasarkan jenis:
- Netra, tidak dapat melihat
- Rungu, tidak dapat mendengar
- Wicara, tidak dapat berbicara
- Tubuh, sebagian anggota tubuh tidak ada
- Grahita, mental yang terganggu
- Ganda, fisik dan mental yang terganggu
- Jiwa, dunia batin yang terganggu
Tingkatan disabilitas berdasarkan faktor penyebab:
- Kecelakaan
- Kongenital
- Penyakit
Disabilitas dan Pandangan Masyarakat – Potret Kehidupan Salah Satu Penyandang Disabilitas
Seorang
penyandang disabilitas telah mampu membangunkanku dalam mimpi panjang
sebuah kehidupan yang normal. Keberadaan sosok mungil yang kemudian
harus menjadi pejuang bagi dirinya sendiri telah mengetuk hati yang
terlelap dalam hidup yang serba nyaman. Seorang penyandang disabilitas
ini kemudian mengajariku arti sebuah ketegaran ketika pihak sekolah
mengembalikannya ke lingkungan keluarga. Lagi-lagi hanya persoalan
keterbatasan yang berbeda dengan anak-anak lainnya meski sejatinya sang
anak cerdas.
Pandangan
masyarakat terlalu luas untuk dimintai argumen tentang penyandang
disabilitas. Dalam skala kecil, sebuah institusi pendidikan justru
harus menjadi penghalang sebuah kecerdasan natural yang dimiliki sang
murid sebagai penyandang disabilitas. Murid cerdas harus rela
dikeluarkan karena dianggap tidak mampu bersaing, kemampuan berbicara
yang sulit. Padahal keterbatasan justru harusnya menjadi hal unik yang
akan mengangkat nama sekolah tersebut. Akan sangat membanggakan ketika
terdapat siswa berprestasi namun memiliki keterbatasan. Namun, semua
kembali kepada pandangan masyarakat, khususnya masyarakat pendidikan,
terhadap penyandang disabilitas. Kini, sang anak hanya mendapatkan
pendidikan dari keluarga sebab keluarga juga tidak ingin anak mereka
terkungkung dalam lingkungan yang serba “terbatas”. Mereka lebih baik
mendidik sang anak sendiri layaknya orang normal daripada
menenggelamkannya pada sekolah luar biasa, khusus penyandang
disabilitas.
Disabilitas dan Pandangan Masyarakat – Penyatuan Dua Hal yang Seharusnya Saling Mendukung
Tidak
banyak masyarakat kemudian harus merasakan sebuah ‘kerisihan’ berbaur
dengan penyandang disabilitas. Bahkan yang lebih banyak kita lihat dan
saksikan justru malah menjauh dan memisahkan diri. Hal ini dikarenakan
penyandang disabilitas selalu mengandung makna ketidakmampuan dan
ketertinggalan akibat fungsional organ yang tidak berjalan dengan baik.
Sehingga masyarakat seringkali memandang sebelah mata penyandang
disabilitas jika harus berada di tengah masyarakat yang mayoritas
berada dalam keadaan normal.
Hal
tersebut seharusnya tidak boleh terjadi sebab penyandang disabilitas
adalah makhluk ciptaan Tuhan yang juga ingin berkarya dan dihargai
dalam kehidupan. Pandangan masyarakat yang kemudian selalu
meng-underestimate penyandang disabilitas harus kemudian berubah.
Masyarakat sekitar seharusnya menjadi batubara semangat mereka dalam
menjalani kehidupan dengan penuh keterbatasan. Dengan begitu, hubungan
sosial dan juga emosional diantara penyandang disabilitas dan
masyarakat bisa terjalin harmonis untuk mewujudkan kestabilan, baik
dalam skala kecil maupun besar.
Disabilitas dan Pandangan Masyarakat – Bentuk Kebijakan Pemerintah yang Masih Tidak Terealisasi
Sebagaimana yang kita ketahui bersama, Pemerintah memberikan kebijakan berdasarkan:
- Undang-Undang No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Disabilitas, bahwa kesetaraan dan non-diskriminasi merupakan salah satu syarat dari terbukanya berbagai akses bagi orang dengan disabilitas. Undang-undang tersebut mengandung berbagai hak terkait penyandang disabilitas, yakni dalam bidang-bidang pendidikan, ketenagakerjaan, kesetaraan dalam pembangunan dan dalam menikmati hasil pembangunan, aksesibilitas, rehabilitasi dan kesejahteraan sosial, serta pengembangan bakat dan kehidupan sosial secara setara.
- Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak telah mengatur hal-hal terkait anak dengan disabilitas yang meliputi: Perlindungan khusus; hak atas pendidikan (baik pendidikan biasa maupun pendidikan luar biasa; kesejahteraan sosial; dan hak untuk memperoleh perlakuan yang sama dengan anak lainnya untuk mencapai integrasi sosial sepenuh mungkin dan pengembangan individu. Mengenai diskriminasi terhadap anak (secara umum) yang mengakibatkan anak mengalami kerugian fisik ataupun mental sehingga terganggu fungsi sosialnya. Pasal 77 UU ini memberi ancaman pidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah).
Namun,
kenyataan yang terjadi tentang tahap pelaksanaan, tidak terdapat
harmonisasi antara aturan hukum dan implementasi di tingkatan
masyarakat dan pemangku kebijakan di tingkat lokal. Penyandang
disabilitas masih mendapatkan ketidakharmonisan dalam hidup
bermasyarakat.
Disabilitas dan Pandangan Masyarakat – Peranan Kartunet.com sebagai Solusi
Hadirnya situs kartunet.com
diharapkan sangat membantu dalam hal penyebaran informasi-informasi
positif seputar penyandang disabilitas. Kalaupun kemudian terdapat
permasalahan yang mengarah pada kesimpulan negatif terhadap sebuah
peristiwa, kartunet.com
menjadi penengah dan menjadi solusinya. Hadirkan sajian informasi yang
membuka paradigma kepicikan yang berkembang di masyarakat.
*****************************************************************
Paradigma
masyarakat digital sudah saatnya diubah terhadap penyandang
disabilitas. Kita semua sama di mata Sang Pencipta, yang membedakan
hanyalah amal perbuatan yang bersumber dari sucinya hati. Jika saat ini
kita masih memandang rendah penyandang disabilitas karena
keterbatasannya, coba tanyakan pada hati kecil kita semua, Sudah
pantaskah kita dengan kesempurnaan ciptaanNya? Sudah siapkah kita
sekiranya kita harus berdiri pada posisi penyandang disabilitas?
Palangkaraya, 19 November 2011
*) Rahmah M Haniest
* * * * *
Tetep
semangat adikku. Maafkan kakakmu ini yang selalu menyakitimu. Kulihat
engkau selalu tersenyum. Ya Robb, tegarkan hati kami.
No comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar Anda. No Spam No Ads. Thanks.