Wednesday, August 8, 2012

Sebuah Tulisan Untuk Adikku, Dwi Prihatin: Ketika Disabilitas dan Pandangan Masyarakat Terus Berlaga

Disabilitas dan Pandangan Masyarakat adalah dua hal yang menjadi ramai dibicarakan. Bahkan menjadi perhatian bagi kartunet.com guna memperingati hari internasional penyandang disabilitas pada 3 Desember 2011. Melalui tulisan ini semoga masyarakat dapat lebih mengenal dunia disabilitas dan dapat ikut berpartisipasi dalam mewujudkan masyarakat tanpa diskriminasi (inklusif).

Disabilitas dan Pandangan Masyarakat – Penguatan Defenisi dan Tingkatan Disabilitas

Disabilitas dan Pandangan Masyarakat terdiri atas dua kelompok kata. Disabilitas itu sendiri adalah sebuah keterbatasan fungsional yang dimiliki oleh seseorang dan kesulitan melakukan aktivitas sebagaimana manusia biasanya, baik aktivitas sosial maupun ekonomi. Sedangkan Pandangan Masyarakat adalah gambaran, baik berpua opini maupun idealisme yang tertanam dalam diri yang menjadi pemicu dalam mengambil langkah dan argumen. Jadi, Disabilitas dan Pandangan Masyarakat adalah argumen-argumen atau sikap-sikap yang muncul dari sekelompok manusia (baca: masyarakat) terhadap manusia-manusia yang memiliki keterbatasan dalam beraktivitas.
Disabilitas itu sendiri juga memiliki beberapa tingkatan berdasarkan waktu, jenis dan juga berdasarkan faktor penyebab hal tersebut harus dialami.
Tingkatan disabilitas berdasarkan waktu:
  1. Disabilitas jangka pendek, dapat kembali normal dalam waktu yang cepat
  2. Disabiltas jangka panjang, dapat kembali normal namun membutuhkan waktu yang lama
  3. Disabilitas permanen, dialami seumur hidup
Tingkatan disabilitas berdasarkan jenis:
  1. Netra, tidak dapat melihat
  2. Rungu, tidak dapat mendengar
  3. Wicara, tidak dapat berbicara
  4. Tubuh, sebagian anggota tubuh tidak ada
  5. Grahita, mental yang terganggu
  6. Ganda, fisik dan mental yang terganggu
  7. Jiwa, dunia batin yang terganggu
Tingkatan disabilitas berdasarkan faktor penyebab:
  1. Kecelakaan
  2. Kongenital
  3. Penyakit

Disabilitas dan Pandangan Masyarakat – Potret Kehidupan Salah Satu Penyandang Disabilitas

Seorang penyandang disabilitas telah mampu membangunkanku dalam mimpi panjang sebuah kehidupan yang normal. Keberadaan sosok mungil yang kemudian harus menjadi pejuang bagi dirinya sendiri telah mengetuk hati yang terlelap dalam hidup yang serba nyaman. Seorang penyandang disabilitas ini kemudian mengajariku arti sebuah ketegaran ketika pihak sekolah mengembalikannya ke lingkungan keluarga. Lagi-lagi hanya persoalan keterbatasan yang berbeda dengan anak-anak lainnya meski sejatinya sang anak cerdas.
Pandangan masyarakat terlalu luas untuk dimintai argumen tentang penyandang disabilitas. Dalam skala kecil, sebuah institusi pendidikan justru harus menjadi penghalang sebuah kecerdasan natural yang dimiliki sang murid sebagai penyandang disabilitas. Murid cerdas harus rela dikeluarkan karena dianggap tidak mampu bersaing, kemampuan berbicara yang sulit. Padahal keterbatasan justru harusnya menjadi hal unik yang akan mengangkat nama sekolah tersebut. Akan sangat membanggakan ketika terdapat siswa berprestasi namun memiliki keterbatasan. Namun, semua kembali kepada pandangan masyarakat, khususnya masyarakat pendidikan, terhadap penyandang disabilitas. Kini, sang anak hanya mendapatkan pendidikan dari keluarga sebab keluarga juga tidak ingin anak mereka terkungkung dalam lingkungan yang serba “terbatas”. Mereka lebih baik mendidik sang anak sendiri layaknya orang normal daripada menenggelamkannya pada sekolah luar biasa, khusus penyandang disabilitas.

Disabilitas dan Pandangan Masyarakat – Penyatuan Dua Hal yang Seharusnya Saling Mendukung

Tidak banyak masyarakat kemudian harus merasakan sebuah ‘kerisihan’ berbaur dengan penyandang disabilitas. Bahkan yang lebih banyak kita lihat dan saksikan justru malah menjauh dan memisahkan diri. Hal ini dikarenakan penyandang disabilitas selalu mengandung makna ketidakmampuan dan ketertinggalan akibat fungsional organ yang tidak berjalan dengan baik. Sehingga masyarakat seringkali memandang sebelah mata penyandang disabilitas jika harus berada di tengah masyarakat yang mayoritas berada dalam keadaan normal.
Hal tersebut seharusnya tidak boleh terjadi sebab penyandang disabilitas adalah makhluk ciptaan Tuhan yang juga ingin berkarya dan dihargai dalam kehidupan. Pandangan masyarakat yang kemudian selalu meng-underestimate penyandang disabilitas harus kemudian berubah. Masyarakat sekitar seharusnya menjadi batubara semangat mereka dalam menjalani kehidupan dengan penuh keterbatasan. Dengan begitu, hubungan sosial dan juga emosional diantara penyandang disabilitas dan masyarakat bisa terjalin harmonis untuk mewujudkan kestabilan, baik dalam skala kecil maupun besar.

Disabilitas dan Pandangan Masyarakat – Bentuk Kebijakan Pemerintah yang Masih Tidak Terealisasi

Sebagaimana yang kita ketahui bersama, Pemerintah memberikan kebijakan berdasarkan:
  1. Undang-Undang No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Disabilitas, bahwa kesetaraan dan non-diskriminasi merupakan salah satu syarat dari terbukanya berbagai akses bagi orang dengan disabilitas. Undang-undang tersebut mengandung berbagai hak terkait penyandang disabilitas, yakni dalam bidang-bidang pendidikan, ketenagakerjaan, kesetaraan dalam pembangunan dan dalam menikmati hasil pembangunan, aksesibilitas, rehabilitasi dan kesejahteraan sosial, serta pengembangan bakat dan kehidupan sosial secara setara.
  2. Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak telah mengatur hal-hal terkait anak dengan disabilitas yang meliputi: Perlindungan khusus; hak atas pendidikan (baik pendidikan biasa maupun pendidikan luar biasa; kesejahteraan sosial; dan hak untuk memperoleh perlakuan yang sama dengan anak lainnya untuk mencapai integrasi sosial sepenuh mungkin dan pengembangan individu. Mengenai diskriminasi terhadap anak (secara umum) yang mengakibatkan anak mengalami kerugian fisik ataupun mental sehingga terganggu fungsi sosialnya. Pasal 77 UU ini memberi ancaman pidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah).
Namun, kenyataan yang terjadi tentang tahap pelaksanaan, tidak terdapat harmonisasi antara aturan hukum dan implementasi di tingkatan masyarakat dan pemangku kebijakan di tingkat lokal. Penyandang disabilitas masih mendapatkan ketidakharmonisan dalam hidup bermasyarakat.

Disabilitas dan Pandangan Masyarakat – Peranan Kartunet.com sebagai Solusi

Hadirnya situs kartunet.com diharapkan sangat membantu dalam hal penyebaran informasi-informasi positif seputar penyandang disabilitas. Kalaupun kemudian terdapat permasalahan yang mengarah pada kesimpulan negatif terhadap sebuah peristiwa, kartunet.com menjadi penengah dan menjadi solusinya. Hadirkan sajian informasi yang membuka paradigma kepicikan yang berkembang di masyarakat.
*****************************************************************
Paradigma masyarakat digital sudah saatnya diubah terhadap penyandang disabilitas. Kita semua sama di mata Sang Pencipta, yang membedakan hanyalah amal perbuatan yang bersumber dari sucinya hati. Jika saat ini kita masih memandang rendah penyandang disabilitas karena keterbatasannya, coba tanyakan pada hati kecil kita semua, Sudah pantaskah kita dengan kesempurnaan ciptaanNya? Sudah siapkah kita sekiranya kita harus berdiri pada posisi penyandang disabilitas?
Palangkaraya, 19 November 2011
*) Rahmah M Haniest
* * * * *
Tetep semangat adikku. Maafkan kakakmu ini yang selalu menyakitimu. Kulihat engkau selalu tersenyum. Ya Robb, tegarkan hati kami.

No comments:

Post a Comment

Silakan beri komentar Anda. No Spam No Ads. Thanks.