Efek Rumah Kaca
self titled
Paviliun Records (2007)
8.1
self titled
Paviliun Records (2007)
8.1
Sebuah album pop emosional dengan penjiwaan yang begitu dalam, namun
ini bukan tentang putus cinta dan mereka tidak menggunakan fashion
potongan rambut gondrong depan berponi. Tetapi ini adalah sebuah album
pop yang memiliki kedewasaan dan kekritisan pola pikir.
Menggunakan lirik-lirik cerdas berisikan pesan yang tersirat penuh
makna dan arti. Di iringi oleh progresi cord dan agresifitas melodi
impulsif. Saya rasa album ini akan mudah menarik perhatian para
penggemar musik di Indonesia, terutama mereka yang mengisi hari-harinya
memuja album-album progresif dengan melodi ngejelimet namun membutuhkan
sesuatu yang sedikit lebih ringan, tapi tetap memiliki kualitas yang
cerdas.
Begitupula album ini akan cocok jika kamu sudah bosan dengan begitu
instantnya lagu-lagu pop yang beredar saat ini. Apalagi lirik sebagian
besar hits pengisi chart lagu Indonesia mainstream yang bertemakan
selingkuh dan selingkuh lagi ditambah lagi kenyataan lagu-lagu ‘hits’
tersebut menggunakan aransemen cupu yang sama sekali ga keren.
Efek Rumah Kaca adalah penyegaran bagi musik Indonesia, menjadi
sebuah renungan bagi kita untuk lebih menghargai hidup kita. Dimana kita
diajak untuk menghargai kaum gay (bukan lawan jenis), menghargai
lingkungan (efek rumah kaca). Sekaligus merenung tentang penindasan yang
dilakukan oleh para penguasa (Jalang, di Udara). Dan berbagai macam
aspek kehidupan lainnya.
Saya merekomendasikan lagu “Jatuh Cinta itu Biasa Saja” dengan lirik
yang terasa begitu romantis tanpa menjadi cheesy “… kita berdua tak
pernah mengucapkan maaf, tapi saling mengerti, kita berdua tak hanya
menjalani cinta tapi menghidupi…”
Saya juga menyukai “Di Udara” yang saya rasa dapat menjadi single
terkuat dialbum ini, dengan pesan yang begitu straight to the point
mengkritisi para mafia yang dekat dengan penguasa, yang selalu mengancam
kebenaran. “… ku bisa tenggelam dilautan, aku bisa diracun diudara, aku
bisa terbunuh di jalan raya, tapi aku tak pernah mati, tak akan
berhenti…” yang di dedikasikan kepada almarhum Munir.
Akhir kata, album ini dapat dikatakan sebuah album yang bagus dan
berkarakter. Semoga mereka bisa terus berkarya dan tetap produktif
menulis lagu. Dan begitu besar harapan saya moga-moga saja mereka tidak
terjebak dalam repetisi-repetisi ‘pendewasaan’ yang begitu tipis bedanya
dengan ‘kehabisan ide’ seperti banyak band lainnya.
No comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar Anda. No Spam No Ads. Thanks.