Thursday, August 30, 2012

Review: Efek Rumah Kaca - Self Titled (2007)

Efek Rumah Kaca
self titled
Paviliun Records (2007)
8.1

Sebuah album pop emosional dengan penjiwaan yang begitu dalam, namun ini bukan tentang putus cinta dan mereka tidak menggunakan fashion potongan rambut gondrong depan berponi. Tetapi ini adalah sebuah album pop yang memiliki kedewasaan dan kekritisan pola pikir.

Menggunakan lirik-lirik cerdas berisikan pesan yang tersirat penuh makna dan arti. Di iringi oleh progresi cord dan agresifitas melodi impulsif. Saya rasa album ini akan mudah menarik perhatian para penggemar musik di Indonesia, terutama mereka yang mengisi hari-harinya memuja album-album progresif dengan melodi ngejelimet namun membutuhkan sesuatu yang sedikit lebih ringan, tapi tetap memiliki kualitas yang cerdas.

Begitupula album ini akan cocok jika kamu sudah bosan dengan begitu instantnya lagu-lagu pop yang beredar saat ini. Apalagi lirik sebagian besar hits pengisi chart lagu Indonesia mainstream yang bertemakan selingkuh dan selingkuh lagi ditambah lagi kenyataan lagu-lagu ‘hits’ tersebut menggunakan aransemen cupu yang sama sekali ga keren.

Efek Rumah Kaca adalah penyegaran bagi musik Indonesia, menjadi sebuah renungan bagi kita untuk lebih menghargai hidup kita. Dimana kita diajak untuk menghargai kaum gay (bukan lawan jenis), menghargai lingkungan (efek rumah kaca). Sekaligus merenung tentang penindasan yang dilakukan oleh para penguasa (Jalang, di Udara). Dan berbagai macam aspek kehidupan lainnya.

Saya merekomendasikan lagu “Jatuh Cinta itu Biasa Saja” dengan lirik yang terasa begitu romantis tanpa menjadi cheesy “… kita berdua tak pernah mengucapkan maaf, tapi saling mengerti, kita berdua tak hanya menjalani cinta tapi menghidupi…”

Saya juga menyukai “Di Udara” yang saya rasa dapat menjadi single terkuat dialbum ini, dengan pesan yang begitu straight to the point mengkritisi para mafia yang dekat dengan penguasa, yang selalu mengancam kebenaran. “… ku bisa tenggelam dilautan, aku bisa diracun diudara, aku bisa terbunuh di jalan raya, tapi aku tak pernah mati, tak akan berhenti…” yang di dedikasikan kepada almarhum Munir.

Akhir kata, album ini dapat dikatakan sebuah album yang bagus dan berkarakter. Semoga mereka bisa terus berkarya dan tetap produktif menulis lagu. Dan begitu besar harapan saya moga-moga saja mereka tidak terjebak dalam repetisi-repetisi ‘pendewasaan’ yang begitu tipis bedanya dengan ‘kehabisan ide’ seperti banyak band lainnya.

No comments:

Post a Comment

Silakan beri komentar Anda. No Spam No Ads. Thanks.