Cinta
itu merah, semerah darahku yang mengalir dalam tubuhku. Begitu rindu
menggebu. Rona senja yang menggelora. Rerintik air hujan yang
berkeliaran. Suasana yang sangat aku inginkan. Tepat sekali buat
menikmati kenangan atau hanya sekedar mengenang wajahmu yang ayu.
Ditemani secangkir teh mungkin atau kopi. Kertas-kertas berserakan.
Bait-bait puisi yang belum selesai aku bikin. Dirimu memang spesial
bagiku. Hatimu sangat spesial.
Kapan
lagi kita memesan sunyi yang seperti dulu. Indah rasanya bila
kuingat-ingat kenangan yang ada. Segala tumpah ruah dalam otak ini. Ada
geletar apa aku tak tahu. Inikah cinta itu? Aku hanya tak menyadarinya.
Sekian waktu telah berlalu menyeret memori. Menguliti umur dan
menghempaskan
Sesungguhnya
hati ini tak memaksa untuk memiliki dirimu. Bagiku cinta itu tetap
butuh logika atau rasio. Lihatlah kedalam diri. Siapa kamu? Bisa apa
kamu? Bagaimana kamu? Itu adalah kata-kata salah seorang teman saya. Dan
kurenung-renungkan, cocok juga.
Ah,
tapi seperti dibuat gila aja bila ingat senyumanmu. Aku lihat ketulusan
dimatamu. Entah benar atau tidak aku tidak tahu. Dan yang aku rasakan
hanyalah sepenggal cerita saja. Pun juga dengan dirimu. Walaupun tak
bisa bersatu nantinya, aku berpuas saja sampai apapun nantinya. Biarpun
melati tak beraroma semerbak mengelilingi kita, sudah cukup bagiku. Kau
pemanis dalam hidupku. Kau begitu special, hatimu. Dirimulah yang
menggerakkan di banyak pepuisian yang ada. Disetiap napas, aku bermohon
kepada Tuhan, sudilah kiranya Tuhan mengabulkan permintaanku.
"Ya
Allah, tautkanlah hatinya dengan hatiku. Satukanlah kami, satukanlah
kami, satukanlah kami. Jodohkanlah kami dihari yang berbahagia. Amin"
* * *
Kerlip
malam mulai temaram. Rona jingga berpudar pekat menghitam. Ada sesuatu
yang mengganjal hati. Benar ketidakpastian (sesuatu). Tak apalah,
biarkan saja semuanya berjalan sendiri.
Mari
berdansa, mari bermain saja. Menikmati alam dan rona jingga sebelum
benar habis kali ini.Tertawalah cinta, jangan kau bersedih oleh sebab
apapun? Aku bersedia memapah kakimu kemana engkau pergi. Sekuat dan
semampuku sayang.
Mari
berdendang tentang lagu hujan dan senja yang bersemayam dalam hati
kita. Kita eratkan rerinduan yang menggelora dalam cangkir-cangkir kopi.
Mari bermain-main dengan pelangi. Hidupmu adalah pelangi. Kau adalah
pelangi.
Mari
lekatkan kening kita. Memadu sunyi diantara rerintik hujan yang
berjelaga. Kita tautkan rindu dikejauhan. Hatimu hatiku. Puisi adalah
hatimu.
Jakal KM 14 Jogja, 02 Maret 2012
Dalam sebuah Subuh
*) Ekohm Abiyasa
No comments:
Post a Comment
Silakan beri komentar Anda. No Spam No Ads. Thanks.